Suriah

Ini Kisah Dua Pengantin Anak Suriah yang Menikah di Umur 14 Tahun

Hidup berpindah-pindah, kemiskinan, dan khawatir akan keselamatan anak-anaknya mendorong keluarga untuk menikahkan putri mereka.

Editor: Taufik Hidayat

Setelah meninggalkan rumahnya di Aleppo, enam tahun lalu, Fatima dan keluarganya telah menahan rasa takut, lapar, dan kemiskinan.

Perang memaksa gadis ini keluar dari sekolah ketika berusia sepuluh tahun. Fatima mengatakan, jika jalan takdirnya berbeda, mungkin ia sudah menjadi dokter sekarang.

Namun, sebaliknya, Fatima kini menjadi istri berusia 16 tahun, juga ibu dari bayi berusia lima bulan dan yang sedang berada dalam kandungannya.  

“Aku cukup senang dengan kehidupanku. Jika aku puas, maka bukan urusan orang lain lagi sekarang,” katanya.

Meski begitu, ketika ditanya tentang anak perempuannya, Fatima mengatakan bahwa ia ingin anaknya menyelesaikan pendidikan dengan baik dan tidak menikah muda.

“Dia harus menunggu sampai berumur 20 atau 25 tahun. Akan ada tanggung jawab yang sangat besar yang sulit ditanggung ketika muda,” imbuh Fatima.

“Aku harap aku bisa menyelesaikan sekolah. Aku ingin menjadi dokter. Tidak pernah berpikir tentang pernikahan sebelumnya,” pungkas Fatima.

Merasa seperti dipenjara

Sementara itu, Ola baru berusia 13 tahun ketika orangtuanya membicarakan topik pernikahan. Setelah satu tahun bertunangan, Ola menikah di usia ke-14.

“Awalnya aku merasa bahagia karena membayangkan mengenakan gaun putih yang cantik. Aku berpikir bahwa pria itu akan mencintaiku dan kami menjalani kehidupan yang lebih baik. Ia akan membawaku ke mana pun yang aku mau. Aku pikir, dia akan mencintaiku lebih dari keluarganya sendiri,” Ola mengenang kembali perasaannya ketika sang orangtua memberi tahu tentang pernikahan.

Namun sayangnya, setelah menikah, hubungan suami istri baru tersebut memburuk dengan cepat.

“Dia tidak memiliki pekerjaan dan bergantung pada keluarganya. Aku tidak tahu kalau keadaannya seperti itu. Setelah pernikahan, kami sering bertengkar karena dia tidak bekerja,” cerita Ola.

“Keluarga suamiku juga ikut campur dalam rumah tangga kami dan itu menimbulkan masalah. Mereka membantah semua perkataanku. Aku harus memasak, mencuci, membersihkan rumah dan sehari-hari tinggal di dapur. Rasanya seperti dipenjara. Aku tidak bisa bebas,” tambahnya.

Ola merasa beruntung karena belum memiliki anak. Gadis berusia 17 tahun ini sudah sering pergi ke pengadilan Yordania untuk bercerai. Namun, suami dan keluarganya menghilang dan kasus perceraiannya pun dihentikan.

Ola mengatakan, ia sangat menyesal menikah muda karena tidak bisa menyelesaikan sekolah.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved