Laporan dari Wamena Papua, Warga Aceh Aman, Plt Gubernur Lega

Saat bertemu dengan tim yang diutus Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh ke Wamena, kemarin, belum seorang pun dari 15 warga Aceh

Editor: bakri
SERAMBI/HENDRI
Empat warga Aceh Tenggara yang dievakuasi dari Papua tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh Besar, Jumat (4/10/2019) 

Saat bertemu dengan tim yang diutus Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh ke Wamena, kemarin, belum seorang pun dari 15 warga Aceh tersebut yang minta segera dipulangkan ke Aceh.

Kondisi belasan warga Aceh di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, dan Kota Jayapura, Provinsi Papua, hingga Jumat (4/10/2019) malam, dilaporkan dalam keadaan sehat dan aman. Saat bertemu dengan tim yang diutus Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh ke Wamena, kemarin, belum seorang pun dari 15 warga Aceh tersebut yang minta segera dipulangkan ke Aceh. Seperti diketahui, setelah demonstrasi yang berakhir rusuh di Wamena pada Senin (23/9/2019) lalu, ribuan warga minta diungsikan dari ibu kota Kabupaten Jayawijaya tersebut. 

Mendapat informasi itu dari Kadis Sosial, Drs Alhudri MM, yang kini berada di Papua untuk melihat warga Aceh di sana, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, pun merasa lega. “Tadi saya dapat laporan dari tim kita yang ke Papua, Alhamdulillah semua warga kita yang tinggal di sana sehat dan aman,” kata Nova menjawab Serambi di Kantor Gubernur Aceh, Jumat (4/10/2019).

Ia berharap, ada sarana transportasi untuk mengevakuasi warga Aceh yang hingga kini masih tinggal di Wamena. “Saya perintahkan untuk membawa langsung warga Aceh yang tersisa itu untuk keluar dari Wamena. Nanti kita bermusyawarah lagi apakah mereka mau tinggal di Jayapura dulu atau ke tempat lain yang aman,” kata Nova.

Jika ada yang ingin pulang ke Aceh untuk sementara waktu karena pengaruh psikologis akibat unjuk rasa yang berakhir rusuh di Wamena, beberapa waktu lalu, Nova menegaskan, Pemerintah Aceh juga akan memfasilitasinya. “Kalau mereka mau pulang ke Aceh, juga akan kita biayai,” janji Plt Gubernur.

Ditambahkan, masalah itu sudah dalam pengendalaian Pemerintah Aceh di samping Pemerintah Pusat yang sudah lebih dulu membantu evakuasi semua warga dari berbagai provinsi dari Wamena. Ditambahkan, pihaknya akan terus mendampingi warga Aceh di Wamena apakah ingin pulang atau tetap menetap di sana.

“Kita tidak tentukan. Terserah mereka sendiri mau ke mana. Kita akan fasilitasi termasuk membiayainya jika ada yang ingin pulang ke Aceh. Alhamdulilllah tak ada warga Aceh yang jadi korban saat kerusuhan di Wamena. Kalaupun yang ada eksodus hanya karena kondisi tidak memungkinkan,” demikian Nova Iriansyah.

Sementara Alhudri yang juga ketua tim Pemerintah Aceh ke Papua, mengungkapkan, warga Aceh di sana masih bersikap wait and see mengamati perkembangan hari demi hari. Jika situasi makin kondusif dan terkendali, maka mereka yang sudah mengungsi ke Jayapura akan kembali ke Wamena. Sementara di Wamena, hingga tadi malam hanya enam lagi orang Aceh yang masih bertahan. Mereka juga merasa aman dan tidak terancam untuk tetap tinggal di kabupaten tersebut.

“Alhamdulillah, kami sudah bertemu dengan delapan warga asal Aceh di Wamena yang mengungsi ke Jayapura. Kami, juga sudah berjumpa dengan enam warga asal Aceh yang masih bertahan di Wamena. Semuanya dalam keadaan sehat wal afiat dan mereka merasa aman,” kata yang menetukan diri Wamenan, Jumat (4/10/2019) malam.

Alhudri mengaku tiba di Sentani Airport, Jayapura, pada Jumat (4/10/2019) pukul 07.30 WIT bersama tiga anggota tim. Saat tiba di Bandara Sentani, tim dari Aceh tersebut disambut Kepala Bappeda Papua, Pieter. Beberapa jam kemudian, tim dari Aceh itu langsung mencari di mana warga asal Aceh yang sudah menjadi penduduk Wamena menginap.

Ternyata, ada yang menginap di Hotel Renggali, milik warga Nagan Raya. Orang-orang Aceh lainnya yang sedang kumpul di Jayapura pun dipanggil. Dari delapan orang yang berhasil dikumpulkan, tak seorang pun yang ingin kembali ke Aceh karena alasan konflik di Wamena. Mereka lebih memilih bertahan di Jayapura sambil menunggu situasi benar-benar kondusif, lalu kembali lagi ke Wamena.

Karena kondisi warga Aceh di Jayapura dianggap tidak terlalu mengkhawatirkan, pukul 12.00 WIT, Alhuddri cs terbang ke Wamena. Di kabupaten itu, tim bertemu dengan enam warga Aceh. Merekalah warga Aceh terakhir yang bertahan di Wamena sejak terjadi kerusuhan di kabupaten itu pada 23 September lalu.

Tim kemudian menuju rumah Aiyub (42), penduduk Wamena asal Geurugok, Bireuen. Lima warga Aceh lain pun diundang ke rumah itu untuk berdialog dengan tim. Dalam pertemuan tersebut diketahui ternyata warga Aceh yang masih tersisa di Wamena ada enam orang, bukan lima seperti yang diberitakan Serambi kemarin.

Mereka adalah Rudi Sunardi (29), asal Sawang, Aceh Utara, bekerja sebagai sopir; Abdul Muthalib (28), asal Peureulak, Aceh Timur, pedagang kain; Tgk Abdul Rahmat Bem (41), asal Kluet Tengah, Aceh Selatan, pedagang; Aiyub (42), asal Geurugok, Bireuen, jualan obat herbal; Faisal (26), asal Kluet Tengah, Aceh Selatan, pedagang; dan Hasan Basri (53), pegawai Inspektorat Wamena, berasal dari Paya Peunaha, Meureubo, Aceh Barat.

Dari enam orang itu, hanya Rudi Sunardi yang ingin segera ke luar dari Wamena ke Jayapura. Alasan Rudi meninggalkan Wamena bukan ingin segera pulang ke Aceh, tapi karena istrinya yang berasal dari Sulawesi sudah lebih dulu mengungsi ke Jayapura. "Secara umum, orang Aceh di Wamena, Jayawijaya, dan Kota Jayapura, hingga hari ini (kemarin-red) semuanya dalam kondisi sehat dan aman. Makanan dan minumannya juga cukup. Jadi, sanak saudaranya di Aceh tidak perlu khawatir lagi,” kata Alhudri.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved