Beasiswa Tahfiz
Fadhil Rahmi Minta Pemerintah Aceh Evaluasi Penerima Beasiswa Tahfiz ke Luar Negeri
Syarat yang mewajibkan LOA dan toafl 500 ini menandakan BPSDM tidak update dengan info terkait sistem pendidikan ke Timur Tengah.
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Anggota DPD RI, Fadhil Rahmi Lc meminta Pemerintah Aceh mengevaluasi ulang program beasiswa S1 dan S2 Tahfiz Alquran Luar Negeri yang saat ini sedang dibuka melalui Badan Peningkatan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Aceh.
Menurut Fadhil, syarat yang mewajibkan Letter of Acception (LOA) dan toafl 500 pada program beasiswa itu, menandakan BPSDM tidak update dengan info terkait sistem pendidikan ke Timur Tengah atau memang tidak membuka kesempatan untuk yang mau melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah.
“Karena LOA di Timur Tengah berbeda dengan LOA di negara lain," kata mantan ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh ini saat berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia, di Banda Aceh, Selasa (15/10/2019).
Kunjungan silaturahmi tersebut diterima oleh Pemimpin Perusahaan Serambi Indonesia Mohd Din, News Manager Bukhari M Ali, Manajer Sirkulasi Saiful Bahri, dan Wakil Manajer Iklan Kurniadi.
Ia menambahkan, di Mesir, surat keterangan kuliah itu didapatkan ketika sudah berada di negara tersebut, dan mahasiswa mengambilnya sendiri ke universitas atau fakultas.
“Enggak ada istilah dapat surat keterangan kuliah kalau kita masih berada di luar Mesir," katanya.
Dalam hal ini, Fadhil menilai Pemerintah Aceh harus mengevaluasi ulang beasiswa tahfidz S1 dan S2 ke luar negeri.
Perlu ada orang yang berkompeten dalam mengelola ataupun mengurusi urusan beasiswa tahfiz ke luar negeri, khususnya ke Timur Tengah.
Selama ini juga banyak putra putri Aceh yang ke luar negeri, khususnya ke Universitas Al Azhar, Mesir.
Dikatakan, beberapa tahun ini, pihaknya baik secara personal maupun lembaga di IKAT juga memfasilitasi putra putri Aceh yang ingin melanjutkan pendidikan ke negara tersebut.
“Banyak dari mereka yang lulus seleksi secara nasional dan bisa berangkat ke Timur Tengah, tapi mereka itu lulus non beasiswa. Selama ini seperti itu,” kata Fadhil.
Sebab itu, ia pun menilai sebaiknya beasiswa tahfiz itu diberikan kepada mereka yang sudah lolos di tingkat nasional.
Tahun ini ada 49 orang asal Aceh yang lulus ke Timur Tengah, empat di antaranya lulus beasiswa, sementara 45 orang lainnya lulus non beasiswa.
"Posisi mereka sedang persiapan berangkat. Kasihan mereka harus urus syarat lagi dari awal kerena BPSDM minta syarat wajib ada LOA dan toafl 500. Padahal sangat terbuka peluang untuk integrasi program BPSDM dengan Kemenag. BPSDM tinggal membiayai yang lulus secara nasional saja, tanpa perlu susah buat tes khusus lagi,” ungkap Fadhil.