Berita Aceh Tengah
Ribuan Liter Racun Rumput Terjual, Dampak Isu Kopi Gayo Mengandung Bahan Kimia tak Pengaruhi Petani
Diperkirakan, perbulan mencapai ribuan liter herbisida berbagai merk yang digunakan sebagai racun rumput laku terjual, di daerah penghasil kopi
Penulis: Mahyadi | Editor: Nurul Hayati
Diperkirakan, perbulan mencapai ribuan liter herbisida berbagai merk yang digunakan sebagai racun rumput laku terjual, di daerah penghasi kopi arabika itu. Mulai dari dosis rendah hingga tinggi.
Laporan Mahyadi | Aceh Tengah
SERAMBINEWS.COM, TAKENGON – Penggunaan herbisida atau racun rumput di kalangan petani di Kabupaten Aceh Tengah, cenderung masih tinggi.
Diperkirakan, perbulan mencapai ribuan liter herbisida berbagai merk yang digunakan sebagai racun rumput laku terjual, di daerah penghasik kopi arabika itu.
Mulai dari dosis rendah hingga tinggi.
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh Serambinews.com, Jumat (18/10/2019) di sejumlah toko pupuk serta obat-obatan untuk pertanian dan perkebunan di Kota Takengon, paska beredarnya kabar tentang kopi arabika Gayo mengandung glyphosate, justru tidak mempengaruhi penjualan herbisida.
Penjualan racun rumput atau herbisida masih tetap stabil.
Sebelum maupun sesudah munculnya kabar, tentang adanya penolakan kopi arabika Gayo dari sejumlah buyer di Eropa.
• Jumpai Ketua DPRA, Munandar Minta Perjuangkan PPI Ujung Serangga
Karena mengandung zat kimia jenis glyphosate.
Kabar tersebut, belum memberikan pengaruh besar terhadap penjualan herbisida di Aceh Tengah.
Hal itu, diakui sejumlah pedagang pupuk serta obatan-obatan pertanian di Kota Takengon.
Menurut sejumlah pedagang yang menolak identitasnya dipublikasi, dalam sebulan herbisida bisa terjual hingga 1.000 liter.
“Itu hanya untuk toko saya aja. Kalau seluruh toko, mungkin jumlahnya perbulan bisa mencapai lima ton habis terjual,” kata salah seorang pedagang pupuk di Kota Takengon.
Dia menambahkan, sebagian petani, ada yang telah memahami tentang dampak negatif dari penggunaan herbisida.
Khususnya racun rumput merk tertentu yang memiliki kadar glyphosate tinggi.
“Terkadang, saya juga sering menyarankan kepada petani yang membeli herbisida di toko ini, kalaupun harus menggunakan herbisida, pakai yang kadarnya glyphosatenya rendah,” ujarnya.
Bagi sebagian petani, lebih memilih menggunakan herbisida karena proses kerjanya cepat serta tidak membutuhkan banyak tenaga.
Jika dibandingkan membersihkan lahan secara manual, dengan cara dicangkul maupun dibabat menggunakan mesin.
“Kami sebagai pedagang, tidak egois harus menjual herbisida dengan kadar glyphosate tinggi. Makanya, kami juga sering sarankan pakai yang dosis rendah saja,” akunya.
Pedagang pupuk lainnya menyebutkan, rata-rata pembeli herbisida merupakan petani yang tidak tergabung di koperasi-koperasi organik.
“Kalau petani yang tergabung di koperasi kan dilarang pakai herbisida. Tapi kan tidak semua petani, ikut di koperasi sehingga sebagian masih tetap menggunakan herbisida,” ujarnya.
• Bupati Nagan Raya Serahkan Dokumen KEK-KIT ke Plt Gubernur Aceh, Tiga Kepala Daerah Mendukung
Sementara itu, herbisida yang dijual di sejumlah toko pupuk di Kota Takengon, ada beragam merek dan jumlah mencapai puluhan.
Ada yang memiliki kadar glyphosate tinggi ada juga yang kadarnya rendah.
Harga yang dijual untuk merek tertentu berkisar mulai harga Rp 65 ribu hingga Rp 85 ribu/botol.
Untuk kadar glyphosate tinggi, rumput akan mati sekitar dua pekan setelah dilakukan penyemprotan.
Untuk mempercepat, rumput mati terkadang para petani mencampur dengan beberapa jenis zat kimia lain.
Termasuk diaduk dengan pupuk.
“Kalau tidak dicampur dengan zat lain, butuh waktu dua minggu baru daun rumput menguning. Tapi kalau dicampur, tidak sampai seminggu rumput mati,” ujar salah seorang petani yang ditemui Serambinenws.com di salah satu toko pupuk di Kota Takengon. (*)
• Zeky Bako, Pemuda Subulussalam yang Disebut Andhika ‘Pulen Banget’ Kembali Diundang KDI