Sarkawi Tagih Insentif Ekspor Kopi ke Pusat
Bupati Bener Meriah, Tgk H Sarkawi menegaskan, kopi arabika Gayo yang merupakan komoditas unggulan
TAKENGON - Bupati Bener Meriah, Tgk H Sarkawi menegaskan, kopi arabika Gayo yang merupakan komoditas unggulan dari Dataran Tinggi Gayo (DTG) ikut menyumbangkan devisa negara. Meski demikian, kabupaten penghasil kopi itu justru belum mendapat insentif apa pun dari pemerintah pusat. Malah komoditas ini dikenakan pajak hingga 10 persen.
Hal itu ditegaskan Tgk H Sarkawi ketika menghadiri acara pembukaan sosialisasi kopi organik arabika Gayo yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh di Gedung Olah Seni (GOS), Kota Takengon, Tengah, Sabtu (26/10). "Kami orang Gayo sudah menghasilkan devisa bagi negara ini. Pertanyannya, kami belum dapat insentif apa-apa dari situ," tegas Sarkawi.
Disebutkan Sarkawi, sampai dengan saat ini komoditas kopi masih dikenakan pajak. Berbeda perlakuan dengan sawit dan jagung yang tidak lagi dikenakan pajak. Untuk kopi arabika Gayo, masih dikenakan pajak oleh negara sebesar lebih dari 10 persen. "Untuk itu, kami butuh insentif dari kementerian. Ini merupakan suara orang Gayo," ungkap Sarkawi.
Bupati Sarkawi mengemukakan tentang insentif tersebut, karena dalam acara sosialisasi kopi organik arabika Gayo, juga dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Pertanian RI. Menurut Sarkawi, selama kuartal Januari hingga Juli 2019, ekspor kopi arabika Gayo ke Amerika Serikat sebesar 45 juta US dollar. "Itu artinya kita sudah menghasilkan devisa untuk negara ini. Bahkan sampai akhir tahun ini, diperkirakan angkanya mencapai 100 juta US dollar," jelasnya.
Lebih jauh dijelaskan, insentif yang diharapkan bisa diberikan pemerintah pusat berupa bantuan-bantuan yang bisa mengenjot angka produksi kopi arabika Gayo. Selama ini, proses pengembangan masih dilakukan secara manual sehingga menimbulkan beberapa kendala. "Saat ini hasil produksi per hektare hanya sekitar 750-800 kg/hektar per tahun. Padahal, potensinya bisa mencapai hingga 2 ton/hektar per tahun," lanjutnya.
Untuk itu, kata Sarkawi, harus dilakukan berbagai upaya dalam menggenjot tingkat produksi kopi. Kendala yang dihadapi pemerintah daerah saat ini adalah keterbatasan anggaran di APBK. "Untuk itu kami mengajak Pemerintah Provinsi Aceh dan kemenetrian untuk bersama-sama menjaga Gayo," ujar Sarkawi.
Ia mengakui bahwa akhir-akhir ini mengemuka sejumlah problem serta isu tak sedap terhadap kopi Gayo. Namun dipastikan pemerintah, khususnya Pemkab Bener Meriah, tidak tutup mata dengan timbulnya persoalan tersebut. "Ini merupakan warning bagi kita, agar ke depan benar-benar bisa menjaga kualitas kopi Arabika Gayo. Termasuk juga para penyuluh harus pro aktif, tidak bisa bekerja hanya di belakang meja," pintanya.
Dalam kegiatan sosialisasi kopi organik arabika Gayo itu, selain dihadiri Bupati Bener Meriah, Tgk H Sarkawi, juga perwakilan Bupati Aceh Tengah dan Gayo Lues, serta Kadis Pertanian dan Perkebunan Aceh, A Hanan. Hadir juga dalam acara itu Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian RI, serta para peserta sosialisasi dari tiga kabupaten di Gayo. (my)