MPU Aceh: Jangan Identikkan Cadar dengan Radikalisme
Pro dan kontra larangan penggunaan cadar dan celana cingkrang bagi aparatur sipil negara (ASN) terus bergulir sejak Menteri Agama
BANDA ACEH - Pro dan kontra larangan penggunaan cadar dan celana cingkrang bagi aparatur sipil negara (ASN) terus bergulir sejak Menteri Agama (Menag) mewacanakan larangan tersebut. Berdalih untuk menangkal radikalisme, wacana itu justru menuai kontroversi di tengah masyarakat.
Wakil Ketua Majelis Permusyarawatan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali ikut menanggapi wacanan tersebut. Ia dapat memaklumi jika alasan pelarangan tersebut karena bertentang dengan peraturan ASN. Tetapi ia mengingatkan agar cadar dan celana cingkrang tidak diidentikkan dengan radikalisme, karena itu bukanlah suatu subtansi dalam memberantas paham radikal.
“Kalau memang dianggap penggunaan cadar dan celana cingkrang jadi masalah dalam kenyamanan dalam melayani masyarakat, ya silakan (diatur kembali). Tapi jangan identikkan cadar dan celana cingkrang dengan paham radikalisme, itu tidak identik,” tegas ulama yang akrab disapa Lem Faisal ini dalam wawancara dengan Serambi, Sabtu (02/11/2019).
Menurutnya, cadar dan celana cingkrang tidak bisa dijadikan subtansi dalam memberantas paham radikal, karena subtansi sebenarnya adalah pada pemahaman. “Mereka (ASN) yang sudah terpapar radikal harus direhab kembali, harus membuka diri, dan bisa kembali bergaul dengan baik di kalangan masyarakat,” kata Lem Faisal.
Pimpinan Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Sibreh, Aceh Besar ini menyatakan sangat tak setuju jika pakaian niqab dan celana cingkrang itu diidentikkan dengan paham radikalisme. Pemerintah dia katakan, seharusnya melakukan kajian lebih mendalam dalam hal cara berpakaian ini.
“Jangan langsung mewacanakan seperti ini, karena membuat gaduh dan menghabiskan energi kita semua membahasnya,” tuturnya.
Selain itu, sambung Lem Faisal, juga masih banyak persoalan lain yang semestinya perlu diurus oleh Kementerian Agama, ketimbang mengurus persoalan berpakaian cadar dan celana cingkrang. “Yang perlu kita urus adalah bagaimana orang yang belum menutup aurat itu agar segera menutup auratnya. Masih banyak hal lain yang lebih penting saya rasa,” demikian Tgk H Faisal Ali.(dan)