Jurnalisme Warga

Keripik Bireuen, Bukan Sekadar Camilan

Apalagi kalau dimakan pada saat berkumpul bersama keluarga, saat nonton televisi, saat piknik, dan cocok juga untuk menjamu tamu

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Keripik Bireuen, Bukan Sekadar Camilan
CHAIRUL BARIAH, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Matangglumpang Dua, Peusangan

OLEH CHAIRUL BARIAH, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Matangglumpang Dua, Peusangan

Keripik adalah makanan ringan atau camilan yang paling banyak disukai oleh semua umur. Apalagi kalau dimakan pada saat berkumpul bersama keluarga, saat nonton televisi, saat piknik, dan cocok juga untuk menjamu tamu yang berkunjung ke rumah atau ke kantor. 

Penamaan  keripik biasanya tergantung dari bahannya dan ditambah nama daerah asalnya, salah satunya adalah  keripik Bireuen yang berasal dari Bireuen dan menjadi oleh-oleh khas “Kota Juang” ini.

Jika kita melintas di Jalan Banda Aceh-Medan dari arah timur maupun barat di seputaran Desa Bale Labang dan Geulumpang Payong pasti terlihat para gadis penjual keripik melambai-lambaikan tangan untuk menarik perhatian pengemudi agar berhenti dan membeli oleh-oleh. “Piyoh, piyoh,” seru mereka, berharap agar keripik atau lepat nagasarinya dibeli.

Pada hari libur yang lalu saya sengaja berbincang dengan beberapa gadis penjual keripik. Mereka pada umumnya hanya pekerja, sedangkan pemilik kios datang pada saat mengontrol saja. Keripik yang mereka jual di antaranya keripik ubi aneka rasa, keripik pisang, dan keripik sukun. “Keripik yang dijual sebagian besar berasal dari pemasok keripik di Bireuen, tapi ada juga yang diproduksi sendiri walau hanya kecil-kecilan,” ungkap Fauziah, penjual keripik di Geulumpang Payong.

Usaha keripik Bireuen sudah lama dimulai, sebagaimana disampaikan seorang pengusaha keripik, Zulfajri.  “Waktu saya masih SD keripik Bireuen ini sudah ada. Saat itu harga per kilonya 2.500 rupiah, tapi saya tak tahu pasti tahun berapa usaha keripik ini mulai ada di Bireuen.”

Dia yang semula bekerja pada orang lain sejak tahun 1990, kemudian tahun 2009 memberanikan diri membuka usaha sendiri walau modalnya pas-pasan dengan nama usaha “Meutuah Raya”. Saat itu bertepatan dengan tahun dia mempersunting Irma Safitri sebagai istrinya yang berprofesi sebagai guru honorer. Pendapatan yang diperoleh juga tidak terlalu memadai untuk membayar gaji enam orang karyawannya dan untuk menghidupi dua anaknya.

Berdasarkan keterangan beberapa penjaga kios keripik yang saya jumpai, ada satu tempat yang memproduksi keripik terbesar di Bireuen. Kemudian, saya hubungi sahabat saya, Chairul Miswar dan Nova untuk bertanya di mana lokasinya. Ternyata di desa asal sahabat saya, yaitu Meunasah Jok Juli. Kemudian, ditemani suami saya sempatkan diri berkunjung ke desa tersebut.

Desa Meunasah Jok Juli didirikan tahun 2007. Di bawah kepemimpinan Azhar yang didukung oleh masyarakat, desa ini terpilih sebagai Desa Sehat Tahun 2019, sekaligus menjadi Desa Percontohan untuk Lingkungan Bersih di Aceh. Di desa ini juga terdapat satu-satunya rumah botol, di samping sebagai tempat usaha keripik yang terbesar di Bireuen.

Usaha keripik itu bernama UD Ali Mandiri yang memproduksi delapan varian rasa keripik:  keripik pisang manis, lemak, gurih, keripik sukun, keripik ubi, ubi rasa jagung, ubi sambal, dan keripik ketela. Luas lokasi produksi dan persediaan bahan mentah yang siap dipasarkan adalah  ± 1 hektare, dilengkapi dengan fasilitas tempat tinggal, musala,  tempat menggoreng, dan pengolahan (mengupas, merajang, dan sortir). Menurut pemiliknya, Muhammad Ali, kelahiran tahun 1984, usaha ini dibangun untuk menampung tenaga kerja di seputaran Bireuen dan juga luar daerah, serta turut membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran.

Menurut Ramadhan, seorang pekerja, usaha ini sudah dimulai  ± 14 tahun lalu. Jumlah pekerjanya saat ini ± 30 orang. Pembagian jam kerja  shift pertama mulai pukul  08.00-12.00 dan shift  kedua mulai pukul 22. 00 WIB sampai dengan proses produksi selesai, terkadang sampai pagi. Bahan mentah berupa pisang kepok dipasok dari Nias, Sumatera Utara, sebanyak satu  truk per tiga harii, sedangkan pisang wak sebanyak  3.000 sisir untuk dua kali pengolahan  dipesan dari Desa Simpang Jaya, Kecamatan Juli yang dikenal sebagai pusat produksi pisang terbesar di Kabupaten Bireuen, selain dari Kecamatan Jeumpa.  Bahan mentah ubi kayu/singkong (Manihot utilissima) ada juga dibeli dari Desa Alue Udueng, Kecamatan Peusangan, selain dari beberapa desa di seputaran Bireuen,  begitu juga dengan buah sukun (Artocarpus altilis).

Pengolahan bahan seperti ubi  menggunakan mesin, sedangkan pisang dan sukun menggunakan mesin perajang manual.  Proses penggorengan menggunakan kayu bakar yang didapat dari seputaran Bireuen dan Bener Meriah. Untuk minyak makan, habis pakai 10 drum per minggu. Dari sisi kesehatan, berbagai produk keripik Bireuen sudah diperiksa oleh dinas kesehatan setempat dan dinyatakan layak untuk dikonsumsi.

Keripik yang sudah diolah biasanya dipasok untuk para pedagang keripik di seputaran Bireuen. Ada juga  yang dijual di toko milik sendiri. Sebagian lainnya dikirim ke luar Bireuen seperti ke Sabang, Saree, Banda Aceh, Meulaboh, dan daerah lainnya. Sedangkan untuk penjualan ke Medan sesuai pesanan saja, karena banyaknya permintaan di dalam Provinsi Aceh terkadang pesanan dari luar tak terpenuhi.  

Untuk harga jual per kilogram secara eceran sama denga harga di kios-kios sepanjang Jalan Banda Aceh-Medan. Keripik ubi original dibanderol dengan harga Rp 35.000 per kg, jenis ketela, pisang, dan keripik ubi rasa jagung dijual Rp 40.000 per kg. Sedangkan  keripik sukun Rp 60.000 per kg. Khusus untuk keripik sukun harganya disesuaikan dengan harga modal per buahnya. Jika sedang musim sukun harganya stabil, tapi kalau tidak sedang musim harganya lebih mahal. Semua produk keripik yang dijual untuk grosir adalah harga diskon agar ada margin keuntungan untuk pihak pembeli yang menjual kembali (reseller).

Keripik ubi/singkong berdasarkan sejumlah referensi ternyata memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan, yaitu sumber serat yang dapat menurunkan risiko stroke, jantung, kanker usus besar, dan dapat mengendalikan diabetes, tapi lebih bermafaat lagi kalau dikukus sebagai sumber  karbohidrat, tinggi protein, mengandung vitamin K, dan bermanfaat bagi pasien alzheimer atau pelupa. Vitamin B kompleks membantu memproduksi sel darah merah sehingga terhindar dari anemia, selain merupakan sumber mineral yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan melancarkan pencernaan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved