Bangkai Babi di Sungai Subulussalam
Bangkai Babi di Sungai Singkil Dibakar Jauh dari Pemukiman Penduduk, Sukarelawan Sebut Tujuh Ekor
"Untuk menghilangkan bau serta penyakit yang ditimbulkan dari bangkai babi, kami bakar," kata Ichsan.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Mursal Ismail
Berat dugaan bangkai babi tersebut mati akibat terpapar penyakit atau virus kolera.
Sudah beberapa hari ini banyak bangkai babi yang hanyut di sungai Souraya,” kata Andong Maha, warga Desa Sigrun, Kecamatan Sultan Daulat, kepada Serambinews.com, Kamis (14/11/2019).
Kabar terkini soal bangkai babi yang hanyut di Sungai Souraya, videonya diposting di akun facebook warga Subulussalam.
Dalam video berdurasi 1,24 menit itu terlihat kondisi sungai Souraya tampak keruh dan menguning.
Video kiriman warga ini diabadikan dari atas jembatan Gelombang atau penghubung Desa Suka Maju dengan Sigrun.
“Itu kiriman teman saya, kejadian di Gelombang,” kata Yathie, pemilik akun facebook yang memposting bangkai babi hanyut di sungai.
Dalam video warga tampak heboh menyaksikan banyaknya bangkai babi hanyut di sungai yang membelah Desa Suka Maju dengan Sigrun ini.
Warga menyatakan bangkai babi berwarna putih tersebut sudah busuk.
Warga pun meyakini jika babi yang mati merupakan ternak bukan babi hutan.
Sebab, warna babi hutan biasa hitam sedangkan ternak putih.”Ini kami yakini babi ternak dan diduga sudah terpapar kolera,” tambah Andong.
Menurut Andong kejadian bangkai babi hanyut tersebut sudah berlangsung hampir seminggu terakhir.
Namun bangkai babi yang hanyut tidak sekaligus atau terjadi interval beberapa jam.
Dikatakan, bisa saja dalam beberapa menit hanyut lima ekor bangkai babi lalu beberapa jam kemudian hanyut lagi beberapa ekor.
Beberapa bangkai babi dewasa bahkan telah busuk dan pecah. Ada pula bangkai babi yang tersangkut di jarring para nelayan tradisional di sungai Souraya itu.
Intinya, kata Andong, setiap hari ada saja bangkai babi yang hanyut sehingga warga menduka kuat kalau hal tersebut disebabkan virus kolera.