Bangkai Babi di Sungai Subulussalam

Bangkai Babi di Sungai Singkil Dibakar Jauh dari Pemukiman Penduduk, Sukarelawan Sebut Tujuh Ekor

"Untuk menghilangkan bau serta penyakit yang ditimbulkan dari bangkai babi, kami bakar," kata Ichsan.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Mursal Ismail
Dokumen Vetor
Bangkai babi dibakar di sekitar muara sungai Singkil, untuk mencegah bau serta timbulnya penyakit tak diinginkan, Jumat (15/11/2019). 

"Untuk menghilangkan bau serta penyakit yang ditimbulkan dari bangkai babi, kami bakar," kata Ichsan.

Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Bangkai babi yang hanyut di sungai Singkil, Aceh Singkil, dibakar, di sekitar muara Singkil, Jumat (15/11/2019) sore.

Bangkai babi itu dikumpul tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Singkil, Posal Singkil, Dinas Pangan Holtikultura dan Peternakan Aceh Singkil dan sukarelawan.

Petugas membakarnya jauh dari pemukiman penduduk di sekitar muara sungai.

"Untuk menghilangkan bau serta penyakit yang ditimbulkan dari bangkai babi, kami bakar," kata Ichsan.

Menurut Ichsan pihaknya tidak mengubur lantaran cukup sulit.

Alternatifnya dibakar, guna mencegah timbulnya penyakit dari bangkai.

Bangkai babi itu ditarik dari sungai, setelah di darat dibakar.

"Ada juga dua ekor yang sudah di tepi sungai, lainnya kami temukan di sungai lalu ditarik ke darat," ujarnya.

Sementara itu Vetor sukarelawan yang ikut bersama tim mengatakan, bangkai babi yang berhasil dimusnahkan ada tujuh ekor.

"Hitungan saya sekitar tujuh ekor," kata Vetor.

Bangkai babi hanyut di sungai Singkil, Kamis (14/11/2019).

Bangkai babi itu diduga hanyut dari wilayah Sumatera Utara.

Dampak Ratusan Bangkai Babi Hanyut di Sungai Souraya, Warga Subulussalam Takut Makan Ikan

Bangkai Babi Hanyut di Sungai Singkil, Wakil Bupati Perintahkan Stop Air PDAM

Terkait Bangkai Babi Hanyut di Sungai, Disnak Aceh Singkil: Kolera Babi tak Menular ke Manusia

Terkait Bangkai Babi Hanyut di Sungai Souraya, Ini Bahaya Kesehatan Menurut dr Sarifin Usman Kombih

Foto bangkai babi di sungai Souraya Subulussalam.
Foto bangkai babi di sungai Souraya Subulussalam. (CAPTURE VIDEO DARI FACEBOOK YHATIE SHIBASHOP SUBULUSSALAM)

Seperti diberitakan sejak sehari sebelumnya, masyarakat Kota Subulussalam dihebohkan dengan banyaknya bangkai babi hanyut di Sungai Souraya, Subulussalam dalam beberapa hari terakhir.

Berat dugaan bangkai babi tersebut mati akibat terpapar penyakit atau virus kolera.

Sudah beberapa hari ini banyak bangkai babi yang hanyut di sungai Souraya,” kata Andong Maha, warga Desa Sigrun, Kecamatan Sultan Daulat, kepada Serambinews.com, Kamis (14/11/2019).

Kabar terkini soal bangkai babi yang hanyut di Sungai Souraya, videonya diposting di akun facebook warga Subulussalam.

Dalam video berdurasi 1,24 menit itu terlihat kondisi sungai Souraya tampak keruh dan menguning.

Video kiriman warga ini diabadikan dari atas jembatan Gelombang atau penghubung Desa Suka Maju dengan Sigrun.

“Itu kiriman teman saya, kejadian di Gelombang,” kata Yathie, pemilik akun facebook yang memposting bangkai babi hanyut di sungai.

Dalam video warga tampak heboh menyaksikan banyaknya bangkai babi hanyut di sungai yang membelah Desa Suka Maju dengan Sigrun ini.

Warga menyatakan bangkai babi berwarna putih tersebut sudah busuk.

Warga pun meyakini jika babi yang mati merupakan ternak bukan babi hutan.

Sebab, warna babi hutan biasa hitam sedangkan ternak putih.”Ini kami yakini babi ternak dan diduga sudah terpapar kolera,” tambah Andong.

Menurut Andong kejadian bangkai babi hanyut tersebut sudah berlangsung hampir seminggu terakhir.

Namun bangkai babi yang hanyut tidak sekaligus atau terjadi interval beberapa jam.

Dikatakan, bisa saja dalam beberapa menit hanyut lima ekor bangkai babi lalu beberapa jam kemudian hanyut lagi beberapa ekor.

Beberapa bangkai babi dewasa bahkan telah busuk dan pecah. Ada pula bangkai babi yang tersangkut di jarring para nelayan tradisional di sungai Souraya itu.

Intinya, kata Andong, setiap hari ada saja bangkai babi yang hanyut sehingga warga menduka kuat kalau hal tersebut disebabkan virus kolera.

Sementara masyarakat Subulussalam juga mulai saling berkabar agar sementara waktu tidak mengonsumsi ikan air tawar.

Selain itu, sebagian masyarakat yang berada di bantaran Sungai Souraya atau DAS sebenarnya mengonsumsi air tersebut.

Imbauan jangan makan ikan sementara mengemuka di dunia maya atau media sosial facebook.

Camat Rundeng, Irwan Faisal yang dihubungi Serambinews.com, membenarkan wilayahnya juga ditemukan bangkai babi yang hanyut.

Namun jumlah bangkai babi yng hanyut tersebut tidak sekaligus. Terkadang kata Faisal, ada lima ekor bangkai babi hanyut.

Kondisi sungai Souraya yang melintas di Kecamatan Rundeng saat ini dalam keadaan keruh dan menguning.

“Di Rundeng juga ada bangkai babi yang hanyut. Kadang lima ekor, gak menentu," kata Faisal yang berjanji akan mengimbau warganya untuk tidak mengonsumsi air sungai.

Sungai Souraya yang membentang membelah sebagian besar Kota Subulussalam hingga ke Kabupaten Aceh Singkil ini berulu di Aceh Tenggara atau sering disebut sungai Alas.

Selain itu, beberapa kawasan Dairi, Sumatera Utara juga terkoneksi ke Sungai Souraya termasuk sungai kecil atau kali yang ada di sana.

Ini dibuktikan kejadian akhir 2018 lalu di mana korban banjir bandang dua desa di Kecamatan Silima Pungga-punga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara hanyut ke sungai Souraya.

Karenanya, bangkai babi yang hanyut ini diduga berasal dari Kabupaten Dairi atau lainnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved