Terungkap Misteri Sungai Nil Tak Pernah Kering Meski Kemarau Panjang, Airnya Mengalir 30 Juta Tahun
Hingga kini para peneliti ingin menerapkan jenis analisis yang sama untuk sungai-sungai besar lainnya di dunia.
SERAMBINEWS.COM Berita viral hari ini. Misteri sungai Nil yang mampu alirkan air selama 30 juta tahun. Diduga karena mantel bumi bersambung atau Conveyor belt. Mantel bumi di sungai Nil bersambung dengan dataran tinggi Etiopia yang memiliki umur sama.
Misteri di Mesir memang banyak diperbincangkan oleh para peniliti dunia.
Dari sejarah Sphinx yang berbeda dari kenyataan yang diisukan oleh penulis Graham Hancock hingga sungai Nil yang ternyata disebut sebagai pusat peradaban tua.
Untuk sungai Nil sendiri yang juga disebutkan di berbagai literasi agama yang memiliki cerita yang hampir sama, sungai sepanjang 6800 KM ini masih banyak memiliki misteri.
Selain pemandangannya yang menakjubkan, penelitian terbaru dari Nature Geoscience mengungkapkan bahwa Sungai Nil telah mengalirkan air, irigasi, dan kehidupan selama 30 juta tahun.
Namun, yang masih menjadi misteri adalah mengapa arah sungai Nil tidak berubah.
Juga letaknya tidak bergeser walaupun sudah puluhan juta tahun.
Penelitian tersebut berpendapat bahwa ada bagian mantel bumi yang berbentuk seperti sabuk yang berputar di bawah Sungai Nil.
Dan sabuk atau mantel bumi ini menjaga sungai Nil tetap berada di tempatnya.
Salah satu sungai tertua di dunia ini mengalir melalui wilayah yang sama selama puluhan juta tahun.
"Salah satu pertanyaan besar tentang Sungai Nil adalah kapan asalnya dan mengapa ia bertahan begitu lama," ujar ahli geologi Claudio Faccenna dari University of Texas di Austin, seperti dikutip Science Alert, Rabu (13/11/2019), lansir dari Kompas.com pada (15/11/2019).
Sebetulnya, hipotesis usia terbentuknya Sungai Nil masih diperdebatkan.
Selain 30 juta tahun, terdapat hipotesis lin yang menjelaskan bahwa Sungai Nil mungkin pertama kali dibentuk hampir 6 juta tahun yang lalu.
Dan ditemukan fakta awal bahwa daerah aliran sungai Nil ini terhubung dengan celah Afrika Timur di Dataran Tinggi di Etiopia terbentuk bersamaan.
Penelitian terbaru ini menghadirkan bukti baru seperti pemodelan geologi baru.
