Konflik Papua
Seperti Aceh yang Pernah Dilanda Konflik, Begini Riwayat Konflik Papua yang Masih Menuntut Merdeka
Sebelum referendum digelar, Presiden Soeharto ternyata sudah menandatangani kontrak karya dengan PT Freeport untuk penambangan emas di Puncak Jaya.
Menurut dia, sejak awal Papua adalah bagian dari Indonesia, karena merupakan daerah koloni Hindia Belanda yang harus diserahkan begitu muncul negara baru.
“Itu prinsip hukum internasional,” kata Faizasyah.
Hal serupa terjadi di Afrika, sehingga mereka kini terpisah dalam negara-negara kecil meski secara sebenarnya secara etnis dan budaya mempunyai banyak kesamaan.
“Afrika dijajah banyak negara. Sehingga setelah merdeka mereka terpisah oleh garis kecil-kecil yang disepakati negara penjajah,” ujar dia.
Perlawanan dan Pelanggaran HAM di Papua
Ketidakpuasan penduduk Papua ini memicu perlawanan yang lebih serius dengan membentuk gerakan politik militer yang sering disebut sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Perlawanan bersenjata mereka pecah untuk pertama kalinya pada 26 Juli 1965 di Manokwari.
Menurut laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) berjudul The Current Status of The Papuan Pro-Independence Movement, kegiatan penambangan Freeport pada 1973 memicu aktivitas militer OPM di wilayah Timika.
Kemudian pada Mei 1977, sekitar 200 gerilyawan OPM menyerang Freeport dan direspons dengan operasi militer, terutama di Desa Amungme.
Tanah Freeport sendiri dulunya merupakan tanah adat suku Amungme dan Komoro yang merupakan penduduk asli di wilayah tersebut.
Direktur Eksekutif United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Markus Haluk dalam buku “Menggugat Freeport” menyebutkan 60 orang suku Amungme menjadi korban kekerasan militer dalam insiden itu.
Kasus-kasus kekerasan dan pelanggaran HAM terus terjadi di Papua.
Gelombang kekerasan yang terjadi sekitar tiga bulan belakangan mengakibatkan delapan orang sipil tewas di Deiyai dalam kerusuhan pada 28 Agustus 2019.
Kemudian, kerusuhan lain terjadi pada 26 September 2019 mengakibatkan 33 orang tewas di Wamena dan empat orang tewas di Jayapura.
Tragedi mengenaskan lainnya terjadi pada 2 Desember 2018 yang menewaskan 31 pekerja proyek jalan raya Trans Papua tewas ditembaki di wilayah Nduga oleh kelompok bersenjata Papua pimpinan Egianus Kogoya.