TBS Sawit di Subulussalam Capai Rp 1.610/Kg
Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kota Subulussalam dalam dua bulan terakhir ini terus naik
SUBULUSSALAM - Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kota Subulussalam dalam dua bulan terakhir ini terus naik. Terkini, harga TBS kelapa sawit sudah mencapai Rp 1.610 per kilogram (Kg) di level Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS).
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Subangun Berutu kepada Serambi, Sabtu (4/1/2019) mengaku optimis jika harga sawit di daerah ini akan terus melonjak hingga level tertinggi. Saat ini saja, menurut Subangun, harga TBS sudah pada level tertinggi sejak sepuluh tahun terakhir.
Subangun yang akrab disapa Akeng Berutu menyebutkan, di PMKS PT Bumi Daya Agrotamas (BDA), harga TBS Rp 1.570 per kilogram. Sementara di PMKS TP Bangun Sempurna Lestari (BSL) Rp 1.590 per kilogram dan PMKS PT Samudera Sawit Nabati (SSN) sebesar Rp 1.560 per kilogram. PMKS yang tertinggi membeli TBS saat ini di Subulussalam adalah PT Global Sawit Semesta (GSS) yakni Rp 1.610 per kilogram.
Di sisi lain, naiknya harga TBS di Subulussalam nyaris tidak dapat dinikmati para petani di daerah ini. Sebab di saat harga TBS naik, produksi kelapa sawit dari kebun petani di Kota Subulussalam jutsru menurun. Jika sebelumnya petani mampu menghasilkan 1-1,5 ton TBS dalam sehektare, kini merosot hingga 40 persen bahkan mungkin lebih. Kondisi ini terjadi akibat tren penurunan produksi komoditas kelapa sawit.
Dia mengatakan, dalam dunia perkebunan kelapa sawit ada masa buah melimpah dan trek. Trek merupakan musim dimana tanaman sawit tidak berproduksi maksimal. Kondisi tersebut diakibatkan oleh kondisi iklim terutama cuaca yang tidak menentu. Saat memasuki masa pembungaan buah sawit, pasokan air hujan kurang maksimal. Meski telah dilakukan pemupukan, hasil TBS atau brondolan menurun.
Sesuai hasil penelitian, masa trek terjadi dalam kurun waktu Oktober-Maret. Masa itu merupakan proses pembungaan dan terjadi tren trek hingga produksi menurun. Kondisi ini, kata Subangun, diperparah oleh tidak terawatnya kebun petani akibat harga yang sejak dua tahun terakhir anjlok.
"Masalah ini semakin diperparah oleh harga yang kemarin anjlok, sehingga kebun petani tidak terawat termasuk pemupukan yang menjadi hal wajib bagi tanaman sawit," pungkas Subangun. (lid)