Verawaty, Memberdayakan Kaum Lemah
Menjadi manusia yang berguna bagi manusia lainnya tentu menjadi keinginan semua orang, apalagi ilmu dan pelatihan yang diberikan bisa
Menjadi manusia yang berguna bagi manusia lainnya tentu menjadi keinginan semua orang. Apalagi ilmu dan pelatihan yang diberikan bisa memperbaiki sekaligus meningkatkan perekonomian sebuah keluarga, terutama kaum duafa.
Hal tersebutlah yang dilakukan Verawaty. Gadis kelahiran Banda Aceh mendedidikasikan diri untuk mengembangkan dan memberdayakan kaum lemah, duafa, yatim, piatu, dan penyandang disabilitas. Ia juga membentuk sebuah wadah yang diberinama “Gampong Kreatif”, di Lampeuneurut, Aceh Besar.
Verawaty mengatakan, semua itu berawal dari keinginannya untuk membaktikan ilmu yang dimilikinya, agar berguna bagi masyarakat sekitar. “Karena saya orang ekonomi, maka saya ingin ilmu yang saya miliki itu tidak mati di saya. Alhamdulillah, kami bisa berkreasi dan membuat pekerjaan tangan. Saya teringat, kalau ilmu ini tidak saya tularkan, maka kalau saya meninggal, ilmu itu mati bersama saya,” kata Verawaty saat berbincang dengan Serambi Minggu (12/1).
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh ini menginginkan adanya pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan. Menurut dia, selama ini banyak kegiatan seminar dan pelatihan yang dilakukan instansi hanya sebatas seremonial dan tidak ada tindak lanjut.
Maka di Gampong Kreatif itu, kata Vera setiap pelatihan yang diberikan akan tetap berlanjut hingga didampingi sampai marketing. Misal, tidak bisa membuat handycraft atau souvenir maka akan diajarkan mulai dari awal. Bahkan ada yang tidak tahu sama sekali cara membuat peyek, itu juga akan diajarkan cara membuatnya.
“Jadi hard skill dan soft skillnya benar-benar kita ajarkan mulai dari nol, hingga ia benar-benar bisa dan mempunyi brand sendiri, sehingga nantinya bisa mandiri secara ekonomi,” kata Vera.
Ia menambahkan di Gampong Kreatif, siapa saja boleh bergabung namun fokusnya kepada janda, duafa, dan yatim piatu. “Karena saya yatim, jadi tahu sekali rasanya dan tidak ingin yatim lain juga merasakan hal yang sama seperti saya. Yatim itu biasanya dilirikin orang, kan begitu bahasanya jadi harus bisa mandiri,” tuturnya.
Sekecil apapun yang dilakukannya, ia berharap bisa bermanfaat bagi orang lain.
Namun mimpi itu tentu saja tidak selamanya berjalan dengan mulus, banyak hambatan dan rintangan yang sudah dilaluinya. Antaranya itu, ketika ingin membuat pelatihan di sebuah gampong langsung ditolak mentah-mentah oleh keuchiknya. Selanjutnya, membuat pelatihan kasab aceh di rumahnya sendiri di kawasan Lampeunerut, hingga waktu yang ditunggu tidak ada seorang pun yang hadir.
“Padahal saya sudah beli bahannya dan sudah ditungguin ternyata tidak ada yang datang. Sehingga datanglah tetangga jauh bilang ke saya ‘sabar ya Vera, ini bukan akhir dari segalanya melainkan awal yang sesungguhnya’,” kenang Vera.
Hingga saat ini, Vera terus fokus memberikan pelatihan kerajinan tangan kepada para janda dan duafa. Selanjutnya ia juga mendampingi kaum ibu itu untuk memasarkannya. Sukses terus Vera ya.(mawaddatul husna)