Fenomena Keraton Agung Sejagat

Banyak Orang Ingin Jadi Raja Meski Cuma Beberapa Hari, Ma'ruf Amin: Orang Sakit Butuh Penyembuhan

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengomentari fenomena Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah, yang sedang hangat diperbincangkan publik...

Editor: Yusmadi
KOMPAS.com/RAKHMAT NUR HAKIM
Wakil Presiden Maruf Amin di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (26/12/2019). 

SERAMBINEWS.COM - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengomentari fenomena Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah, yang sedang hangat diperbincangkan publik.

Menurut Ma'ruf, fenomena itu mengindikasikan banyaknya orang yang sakit dan butuh penyembuhan.

"Kalau ini repot. Itu sekelas khalifah, jangankan raja, ini ada yang mengaku nabi. Ini indikasi banyak orang sakit, butuh penyembuhan," ujar Ma'ruf saat ditemui di Rumah Dinas Wakil Presiden, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (17/1/2020).

"Banyak orang ingin jadi raja meski cuma beberapa hari," tutur dia.

Fenomena Keraton Agung Sejagat sempat menyita perhatian karena mengklaim menjadi induk dari semua negara di dunia.

Bahkan, kekuasaannya tidak terbatas hanya di daerah Purworejo.

Kerajaan yang berpusat di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, ini dipimpin oleh Raja Sinuwun Toto Santoso Hadiningrat.

Sedangkan Sang Ratu, yang memiliki nama asli Fanni Aminadia, dipanggil dengan sebutan Kanjeng Ratu Dyah Gitarja.

Kuda Laut Jangka Benam Munthee Aceh Tengah pada Lanjutan Turnamen Bolavoli HUT Kuda Laut

Mobil Camry Pelaku Pembunuhan Hakim Jamaluddin Bernopol Cantik dan Istimewa, Ini Huruf dan Digitnya

Penyesuaian Tarif, Iuran BPJS Kesehatan Naik, Tarif Ojol Juga Naik?

Polisi pun menyelidiki keberadaan kerajaan yang dinilai meresahkan masyarakat itu.

Sang Raja dan Ratu akhirnya diamankan Polda Jawa Tengah.  

Setelah menjalani pemeriksaan, polisi menetapkan Toto dan Fanni sebagai tersangka.

Kapolda Jateng Irjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan, polisi memiliki bukti permulaan adanya motif penarikan dana dari masyarakat.

Mereka menarik dana dengan cara menipu melalui penggunaan simbol-simbol kerajaan palsu. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved