Luar Negeri
Presiden Amerika Serikat Donald Trump Sebut Pemakzulan Dirinya Hoaks dan Memalukan
Presiden AS Donald Trump menyebut sidang pemakzulan terhadap dirinya yang akan digelar di Senat AS " hoaks" dan "memalukan".
SERAMBINEWS.COM, DAVOS - Presiden AS Donald Trump menyebut sidang pemakzulan terhadap dirinya yang akan digelar di Senat AS " hoaks" dan "memalukan".
Pernyataan itu dia sampaikan kepada awak media saat menghadiri forum ekonomi di Davos, Swiss, dilansir AFP Selasa (21/1/2020).
Saat itu, awak media bertanya kepada Trump mengapa dia ada di Davos, dan tidak berada di Washington untuk memantau sidang pemakzulan dirinya.
"Saat ini, kami bertemu dengan para pemimpin dunia, orang terpenting di Bumi ini, dan berharap membawa bisnis yang bagus," katanya.
"Yang lain hanya hoaks. Hanya perburuan penyihir selama bertahun-tahun dan sayangnya, memalukan," sindir presiden 73 tahun itu.
Trump dimakzulkan di level DPR AS pada Desember 2019, buntut percakapan teleponnya dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Dalam sidang yang berlangsung di Senat AS Selasa siang waktu setempat, Trump didakwa penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi upaya penyelidikan Kongres.
Dalam dakwaan pertama, dia dituding menekan Zelensky untuk menyelidiki calon rivalnya di Pilpres AS 2020, Joe Biden.
Dia disebut menahan bantuan militer Ukraina sebesar 391 juta dollar AS, sekitar Rp 5,3 triliun, untuk menekan Kiev.
Kemudian dalam dakwaan kedua, Trump dituduh sengaja menahan saksi maupun dokumen yang diperlukan Kongres sebagai bukti penyelidikan.
Sang presiden pun menunjuk 12 orang sebagai kuasa hukumnya, termasuk sosok yang terlibat dalam pemakzulan Presiden Bill Clinton 1998 silam.
Dalam argumentasi para pengacara presiden, mereka menyebut dakwaan impeachment yang diajukan DPR AS "sembrono" dan "penyimpangan" konstitusi.
Dalam materi pembelaan mereka, tim Gedung Putih menyatakan Senat harus menolak artikel pemakzulan, dan membebaskan sang presiden secepatnya.
Namun manajer DPR AS, yang bertindak sebagai jaksa penuntut, dalam memorandumnya yakin Trump sudah menyalahgunakan kekuasaan.
Dalam pandangan mereka, Trump sudah mengancam keamanan nasional hingga demokrasi AS ketika meminta intervensi negara asing.
"Perilaku Trump adalah mimpi buruk para Pendiri Bangsa. Jadi, sudah seharusnya dia dilengserkan dari jabatannya," ucap para manajer.
Dalam agenda Selasa, materi sidang akan berfokus kepada penetapan aturan seperti batas mendengarkan argumentasi dua belah pihak.
Selain itu, materi Selasa ini juga akan fokus apakah perlunya memanggil saksi atau bukti yang diperlukan untuk memperkuat vonis.
Sebanyak 100 senator sudah disumpah untuk bertindak adil, dengan persidangan bakal dipimpin Ketua Mahkamah Agung AS, John Roberts.
Meski begitu, Trump yakin bahwa 53 senator Republik yang menguasai Senat bakal segera membebaskannya dari tuduhan.
Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell sudah mengisyaratkan dia akan lebih banyak berdiskusi dengan tim Gedung Putih.
Untuk bisa melengserkan Trump, dibutuhkan dua per tiga dukungan, yang artinya sebanyak 67 senator harus memberikan kata setuju.
Itu berarti kubu oposisi dari Demokrat yang berjumlah 45 orang, ditambah dua senator independen, butuh 20 orang politisi Republik untuk membelot.
Sebelumnya, Mayoritas rakyat Amerika Serikat ( AS) mendukung agar Presiden Donald Trump dinyatakan bersalah dan dilengserkan oleh Senat AS.
Menjelang sidang level Senat yang akan digelar pada Selasa (21/1/2020), CNN menggelar survei di mana 51 persen mendukung pemakzulan Trump.
Sebanyak 45 persen menolak Trump dipecat dari Gedung Putih, menurut survei yang digelar pada 16 sampai 19 Januari 2020 itu.
Angka 51 persen merupakan dukungan tertinggi sejak CNN menyurvei opini rakyat negeri “Uncle Sam” terhadap isu pemakzulan yang membelah AS.
Survei juga menunjukkan, rakyat AS percaya terhadap dakwaan pemakzulan Trump yang diajukan oleh House of Representatives (DPR AS).
Sebanyak 58 persen percaya bahwa presiden berusia 73 tahun itu telah menyalahgunakan kekuasaan kepresidenan untuk kepentingan pribadinya.
Tidak berbeda tipis, 57 persen juga yakin presiden dari Partai Republik itu menghalangi penyelidikan yang dilakukan oleh House of Representatives.
Seperti survei-survei yang sudah digelar sebelumnya, dukungan dan penolakan publik terbelah berdasarkan afiliasi partai.
Sekitar 89 persen pemilih Demokrat menginginkan pelengseran Trump.
Hanya 8 persen Republikan yang mendukung presidennya dimakzulkan.
Adapun pemilih independen sendiri terbelah, di mana 48 persen mendukung dan 46 persen lainnya menolak.
Elektabilitas Trump tetap berada di angka yang relatif stabil seperti sebelumnya, yaitu 43 persen rakyat AS puas terhadap kinerjanya.
• Kentut Beberapa Kali di Hadapan Tetangganya, Pasangan Suami Istri Dibacok Dengan Parang
• VIRAL Bocah 7 Tahun Diduga Dianiaya Orangtua Kandung, Korban Alami Gangguan Ingatan hingga Buta
• Ditantang Berkontribusi, KTNA Aceh Tamiang Minta Disediakan Pasar
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump Sebut Pemakzulan Dirinya Hoaks dan Memalukan"
Penulis : Ardi Priyatno Utomo