Berita Lhokseumawe

Miris, Pedagang Pakaian Pasar Los Lhokseumawe Mulai Gulung Tikar, Ini Sebabnya

Pantauan Serambinrws.com, Kamis (23/1) siang, beberapa kios di los dalam kondisi tutup.

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Mursal Ismail
For serambinews.com
Kondisi kios di pasar Los Lhokseumawe yang tutup akibat penjualnya gulung tikar 

Pantauan Serambinrws.com, Kamis (23/1) siang, beberapa kios di los dalam kondisi tutup.

Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Para pedagang di Los Pusat Kota Lhokseumawe sekarang ini dilaporkan banyak yang gulung tikar.

Hal ini menyusul sepinya para pembeli.

Sedangkan kondisi ini mulai terjadi sejak tiga tahun yang lalu.

Pantauan Serambinrws.com, Kamis (23/1) siang, beberapa kios di los dalam kondisi tutup.

Hal ini terjadi dikarenakan pedagangnya sudah gulung tikar.

Begitu juga kios-kios yang masih terbuka untuk menjual berbagai jenis pakaian, terlihat penjualnya hanya duduk di depan kios sambil berbincang sesama pedagang lainnya.

Rumah Tertimpa Kelapa dan Kebahagiaan Janda Rosmadah Kala Terima Bantuan dari Pemko Lhokseumawe

Tak Selesai Dibangun, Bupati Aceh Singkil Naik Trail Sendirian Cek Jalan Asantola-Ujung Sialit

Sebelum Ditemukan Meninggal Dekat PPI Peudada, Ade Fauzi Ingin Balik, Kemudian Lari ke Arah Sungai

Sepi pembeli.

Zakir, seorang penjual pakaian di Los F pusat Kota Lhokseumawe, menceritakan, dulunya tempat mereka berjualan menjadi favorit masyarakat untuk belanja pakaian.

Satu hari saja, omset mereka rata-rata bisa mencapai Rp 1 juta.

Namun sejak tiga tahun terakhir, jumlah pembeli semakin menurun.

"Terparah dalam dua tahun terakhir. Sepinya luar biasa. Bahkan ada sampai berhari-hari tidak ada pembeli satu orang pun.

Malah ada beberapa teman kami yang sampai dua pekan tidak ada pembeli satu orang pun juga," katanya.

Atas kondisi tersebut, beberapa pedagang di sana mulai gulung tikar.

Mereka memilih berhenti berdagang di kawasan tersebut dikarenakan sudah sepi pembeli.

Ditanya kenapa hal ini bisa terjadi, menurut Zakir, faktor ekonomi masyarakat yang semakin morat-marit.

"Mayoritasnya dikarenakan masyarakat memang tidak ada uang, makanya sepi pembeli.

Walaupun ada juga faktor maraknya penjualan secara online, tapi persentasenya kecil," ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved