Berita Lhokseumawe
Sampah Masih Menumpuk di Waduk Pusong Lhokseumawe, Kadis PUPR Akui tak Ada Dana Perawatan
Padahal tempat ini memiliki dwifungsi, yakni untuk penampungan air dari kawasan kota dan tempat wisata.
Penulis: Saiful Bahri | Editor: Mursal Ismail
Padahal tempat ini memiliki dwifungsi, yakni untuk penampungan air dari kawasan kota dan tempat wisata.
Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Waduk Pusong Lhokseumawe sampai saat ini masih dipenuhi sampah.
Namun tetap belum ada upaya dari Pemko Lhokseumawe membenahinya.
Padahal tempat ini memiliki dwifungsi, yakni untuk penampungan air dari kawasan kota dan tempat wisata.
Begitu juga pada tahun ini, sudah dipastikan tidak akan bisa dirawat, sehubungan dana perawatan dan pemeliharaan tidak tersedia dalam APBK Kota Lhokseumawe tahun 2020.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Lhokseumawe, Dedi Irfansyah, ketika dikonfirmasi Serambinews.com, Minggu (26/1/2020) mengakui hal ini.
• Lantik Pengurus PASI Aceh, Mualem Harap Cabor Atletik Tambah Medali di PON Papua
• Darurat Virus Corona, Plt Gubernur Transfer Dana, Mahasiswa Aceh di Wuhan Ucapkan Terima Kasih
• Heboh Kekaisaran Sunda Empire’ Hingga ke Abdya, Ada Warga Mengaku Ketawa Sampai Sakit Perut
Dedi juga mengakui pengelolaan dan pemeliharaan waduk Pusong dilakukan UPTD yang secara struktur di bawah dinas yang dipimpinnya.
Namun sekarang ini UPTD tidak bisa bekerja dikarenakan ketidakadaan anggaran.
"Untuk tahun ini (2020) juga tidak tersedia dana di UPTD untuk pemeliharaan dan pengelolaan waduk," katanya.
Sebelumnya Dedi juga sempat menguraikan bahwa tahun-tahun sebelumnya UPTD memang memiliki anggaran untuk pengelolaan dan pemeliharaan waduk.
Seingat dia, pada tahun 2017, ada dana untuk perawatan waduk Pusong sekitar Rp 300-an juta, dan tahun 2018 ada sekitar Rp 200-an.
Baru mulai tahun 2019, dana tidak tersedia hingga tahun 2020 ini.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Kota Lhokseumawe pada tahun 2008-2010 membangun waduk Pusong di pinggiran aliran sungai Cunda.
Waduk yang dibangun menghabiskan anggaran Rp 100 miliar lebih ini memiliki multi fungsi.
Untuk penampungan air dari pusat kota, agar pusat kota tidak banjir, dan juga sekaligus sebagai lokasi wisata.
Saat waduk mulai difungsikan akhir tahun 2010, maka lokasi tersebut menjadi sebuah tempat wisata favorit bagi masyarakat Kota Lhokseumawe ataupun dari luar daerah.
Kebersihan, tertata rapi, dan pemandangan indah, menjadi andalan lokasi tersebut untuk dikunjungi wisatawan.
Untuk mengelola dan memelihara waduk, Pemko Lhokseumawe juga membentuk UPTD di bawah Dinas PUPR.
Dengan harapan, fungsi dan keindahan waduk tetap terjaga.
Namun keindahan dan kebersihan di waduk tersebut kini hanya menjadi kenangan.
Karena kini kondisinya sangat semrawut, bahkan tak jarang menebarkan bau dari sampah-sampah yang memenuhi lokasi waduk.
Pantauan Serambinews.com, Minggu (26/1/2020), sampah plastik memenuhi bagian samping kiri waduk.
Begitu juga rumput di keliling waduk tumbuh liar tanpa ada perawatan.
Bahkan di antara rumput-rumput di pinggiran waduk dipenuhi sampah.
Sehingga bila kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin kondisi waduk Pusong akan semakin semrawut, sehingga akan ditinggalkan para wisatawan. (*)