Mahasiswa Panik Masjid Tiba-tiba Tutup, Kandidat Doktor Asal Aceh Ngutang untuk Pulang dari Cina
Virus Corona benar-benar 'melumpuhkan' Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, yang merupakan tempat munculnya wabah tersebut serta kota-kota lain
BANDA ACEH - Virus Corona benar-benar 'melumpuhkan' Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, yang merupakan tempat munculnya wabah tersebut serta kota-kota lain di Cina. Tak hanya tempat-tempat atau fasilitas umum, sejumlah sarana ibadah umat muslim di negeri Tirai Bambu itu juga ditutup agar tidak terpapar virus yang sudah menelan korban jiwa lebih dari 100 orang tersebut. Masjid Nanjing adalah salah satu masjid yang ditutup pada Jumat (24/1/2020) lalu. Sehingga, pada hari itu di masjid tersebut tidak dilaksanakan shalat Jumat.
“Jumat lalu, saya masih berada di Kota Nanjing. Pada hari itu, saya hendak melaksanakan shalat Jumat di masjid yang sering saya datangi. Tapi, masjid tersebut ternyata ditutup dan tidak melayani jamaah. Dari situlah saya mulai panik," cerita Muhammad Sahuddin, mahasiswa asal Aceh Barat Dayah (Abdya) yang sedang kuliah di Nanjing Normal Universtiy (NNU), Cina, kepada wartawan sesaat setelah tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar, Selasa (28/1/2020) pagi.
Untuk diketahui, Sahuddin merupakan satu dari tiga mahasiswa Aceh yang sedang studi di Cina, pulang ke Tanah Air melalui Bandara SIM, kemarin. Ketiganya memilih pulang ke Aceh untuk sementara karena takut terekses atau terdampak virus Corona yang terus mewabah di negara tempat mereka menuntut ilmu selama ini. Ketiga mahasiswa itu tiba di Aceh dalam waktu yang tidak bersamaan karena mereka berangkat dari kota berbeda di Cina.
Sahuddin yang terbang dari Nanjing via Kuala Lumpur (Malaysia) beberapa hari lalu merupakan mahasiswa pertama tiba di Bandara SIM yaitu sekitar pukul 10.45 WIB, kemarin. Sementara dua orang lainnya yaitu Dinda Destari, mahasiswa Beijing Language and University (BLCU), dan Maria Effi Yana, mahasiswa Shanghai University, tiba di Bandara SIM sekitar pukul 17.00 WIB. Dinda terbang dari Beijing pada Senin (27/1/2020). Sebelum tiba di Aceh, dia terlebih dulu transit di Jakarta. Sedangkan Maria Effi Yana, berangkat dari Shanghai ke Kuala Lumpur sehari sebelumnya dan tiba di Aceh.
Muhammad Sahuddin, kemarin, tiba di Bandara SIM menggunakan pesawat komersial dari Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 2. Pantauan Serambi, setibanya di Ruang Kedatangan Internasional, ia langsung dipisahkan dari penumpang lain. “Muhammad Sahuddin, Muhammad Sahuddin,” panggil petugas. Setelah mendekat, dia langsung diperiksa kesehatan oleh petugas menggunakan thermoscanner. Petugas juga memakaikan masker kepada Sahuddin.
Tak cukup dengan alat pemeriksaan thermoscanner, Muhammad Sahuddin kemudian dibawa ke lantai dua untuk diperiksa kembali dengan alat pendeteksi lain. Tampak tangan Sahuddin dimasukkan ke salah satu alat oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial Aceh. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan selama hampir 30 menit, Muhammad Sahuddin dinyatakan tidak terjangkit virus mematikan itu. Sehingga, ia diizinkan pulang.
Harus ngutang
Dalam wawancara dengan awak media, mahasiswa program doktoral (S3) ini menceritakan, melihat kondisi yang sudah semakin parah akibat mewabahnya virus Corona, ia langsung berusaha mencari solusi terhadap keinginan terbesarnya yaitu bisa segera keluar dari Cina dan pulang ke Aceh. Lalu, kata Sahuddin, dirinya mencari cara meski harus meminjam uang (ngutang) pada kerabatnya untuk membeli tiket pulang ke Indonesia.
Menurutnya, Pemerintah Nanjing membuat aturan di mana warganya tidak boleh bertemu dengan orang ramai. "Saya hanya berpikir untuk keluar dari Cina secepat mungkin, minimal bisa sampai ke Kuala Lumpur saja dulu,” ujar Sahuddin. Selama perjalanan dari Cina ke Indonesia, Sahuddin menjalani pemeriksaan ketat dari pihak bandara. “Alhamdulillah, saya tidak ada apa-apa. Karena tidak ada riwayat perjalanan ke Wuhan, Alhamdulillah saya steril," ujarnya.
Muhammad Sahuddin menambahkan, ia merasa senang karena sudah tiba di Tanah Air. Namun, di sisi lain dirinya merasa sedih karena masih ada 12 mahasiswa asal Aceh yang kini terisolasi di Kota Wuhan. Menurutnya, mereka tidak bisa ke mana-mana karena otoritas Wuhan menutup akses transportasi.
Karena itu, Sahuddin berharap Pemerintah Aceh segera memikirkan cara untuk mengevakuasi 12 mahasiswa Aceh yang masih tinggal di kota tersebut. "Memang, hal ini merupakan otoritas Pemerintah Pusat. Mungkin, gubernur dan kepala dinas terkait bukan tidak mampu memulangkan mereka, tapi karena tidak ada kapasitas untuk melalukannya. Sebab, itu merupakan kewenangan KBRI dan Kemenlu. Saya berharap mereka segera dipulangkan, karena jika terlalu lama berada di sana (Wuhan) bisa tertekan batin,” harapnya.
Menurut Sahuddin, wabah virus Corona tidak boleh dianggap remeh. Pasalnya, setiap hari warga Cina yang menjadi korban terus bertambah. Khusus di Kota Nanjing, sebut Sahuddin, berdasarkan informasi yang diterimanya, hingga kini sudah sekitar 30-an warga terserang virus itu. “Saat saya mau pesan tiket, ada dua orang yang jadi korban. Terus, waktu mau berangkat sudah 18 orang. Progresnya sejak dari awal tak ada yang menurun, tapi terus bertambah,” katanya.
Seperti diberitakan kemarin, sebanyak enam mahasiswa Aceh yang selama ini kuliah di Cina dipastikan segera meninggalkan negara itu untuk sementara waktu. Mereka pulang secara terpisah dan akan tiba di Aceh dalam beberapa hari ke depan. Namun, mereka yang akan meninggalkan Cina dalam waktu dekat bukanlah mahasiswa yang menetap di Wuhan, kota tempat munculnya virus Corona. Saat ini, masih ada 12 mahasiswa Aceh di Wuhan. Mereka memilih berdiam diri di kamar asrama agar tidak terpapar virus tersebut melalui udara.
Jika Muhammad Sahuddin hanya diperiksa oleh tim Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial Aceh di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) untuk memastikan tidak terjangkit virus Corona, namun dua mahasiswa Aceh lainnya yang juga baru tiba dari Cina yaitu Dinda Destari dan Maria Effi Yana, setelah menjalani pemeriksaan di bandara oleh tim yang sama, keduanya dibawa ke RSUZA Banda Aceh, untuk diperiksa ulang. Pemeriksaan ulang itu dilakukan petugas atas permintaan kedua mahasiswa tersebut.
Kadis Kesehatan Aceh, dr Hanif, yang dikonfirmasi Serambi, Selasa (28/1/2020) malam tadi, membenarkan Dinda dan Maria dibawa ke RSUZA untuk diperiksa ulang atas permintaan mereka sendiri. "Ya, dibawa ke RSUZA tadi, tapi tidak apa-apa kok. Saat pemeriksaan di bandara dinyatakan sudah aman, namun mereka yang minta sendiri untuk diperiksa kembali di RSUZA," kata Hanif.