Buku Gayo dan Kerajaan Linge

Buku "Gayo dan Kerajaan Linge" Karya Yusra Habib Abdul Gani, Mengungkap Tabir Gayo

Yusra Habib Abdul Gani, salah seorang intelektual Gayo, kini bermukim di Denmark sejak 1998 Lahir di Kenawat 12 April 1954.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Yusmadi
For Serambinews.com
Buku mengungkap tabir Gayo ditulis DR. Yusra Habib Abdul.Gani, SH. 

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA -- Buku "Gayo dan Kerajaan Linge" yang ditulis DR. Yusra Habib Abdul Gani, SH terbitkan Mahara Publishing, 2018, mencoba mengungkap asal muasal Gayo dan Kerajaan Linge serta hubungannya dengan Kerajaan Aceh Darussalam dan sebarannya di beberapa daratan Pulau Sumatera.

Yusra Habib Abdul Gani, salah seorang intelektual Gayo, kini bermukim di Denmark sejak 1998 Lahir di Kenawat 12 April 1954.

Menamatkan studi bidang hukum di Universitas Muhammadiyah Jakarta dan lulus ujian negara di Fakuktas Hukum UI pada 1984.

Pernah menjadi dosen, dan menjadi salah seorang inteletual Gerakan Aceh Merdeka dan menyelamatkan diri ke Malaysia. Menulis sejumlah buku dan mengisi berbagai forum ilmiah dalam dan luar negeri.

Buku ini menerangkan, banyak hal temtang Gayo, mengingat tidak banyak literatur mengenai Gayo.

Maka kehadiran buku karya Yusra Habib Abdul Gani ini menjadi sangat penting dan bernilai.

Rektor Universitas Bung Karno Lantik Putra Gayo, Aldi Yusra sebagai Ketua BEM Fakultas Ekonomi

Bantah Isi Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, Yusra Habib Tulis Buku Gayo dan Kerajaan Linge

DR Yusra Habib Abdul Gani Tantang DR Zulyani Hidayah, Penulis Buku Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia

Ini Dia, Tiga Buku Gayo

Ia menguraikan tentang Kerajaan Linge berpusat di Buntul Linge (kini masuk Aceh Tengah) berdiri pada 1205 Masehi dengan raja pertama Adi Genali, berasal dari Imperium Rum, yang terdampar di Buntul Linge akibat tekanan dan pergolakan.

Negeri Rum yang dimaksud dalam buku ini adalah sebuah kerajaan yang memerintah di kawasan Turki sekarang.

Tulis Yusra Habib, pada kurun 1205-1453 terdapat komunitas muslim Rum yang berada dalam kehidupan keagamaan yang agak tertekan di bawah pemerintah Kerajaan Rum, sehingga sebahagian penduduknya memilih menyelamatkan diri ke EropaTimur, seperti Tarkizistan, Turkistan, dan Ajerbaizan.

"Dipredisksi atas alasan stabilitas politik dan keamanan, memicu seorang putra Rum, Adi Genali dan rombongannya memilih hijrah ke Pulau Ruja atau Sumatera beberapa tahun menjelang 1025 masehi. Lokasi yang dipilih adalah Buntul Linge dan kemudian mendirikan Kerajaan Linge pada 1025," tulis Yusra Habib.

Adi Genali punya empat anak, Ali Syah, Johan Syah, Malam Syah dan Datu Beru. Wilayah kekuasaan Linge dilukiskan dalam ungkapan "sebujur Acih selintang batak."

Yusra Habib menyebut ini sebagai klaim politik mengenai tapal batas geografi wilayah kedaulatan Kerajaan Linge, yang disimbolkan oleh Johan Syah sebagai "ranub" representasi kerajaan Aceh, Datu Beru sebagai "belo" representasi kerajaan Linge dan Ali Syah sebagai "sirih" representasi dari Sibayak Lingga untuk wilayah Tanah Karo.

Kerajaan Linge di bawah Adi Genali juga merumuskan konstitusi Kerajaan Linge yang dituangkan dalam "45 Pasal Edet Negeri Linge" dan menjalankan sistem pemerintahan yang dikenal dengan istilah Sarak Opat, dengan pembagian kekuasaan yang sangat jelas antara eksekutif, yudikatif dan legislatif melalui lembaga "reje, petue, imem dan rayat atau rakyat."

Menurut Yusra Habib, pemisahaan dan pembagian kekuasaan dalam sistem pemerintahan Sarak Opat di Linge dirumuskan pada 1115 Masehi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved