Video

VIDEO - Kisah Siti Hajar, Janda Miskin di Aceh, Panjat 60 Pohon Pinang Sehari untuk Hidupi 4 Orang

Ia terpaksa memilih profesi sebagai tukang panjat pinang untuk mencukupi kebutuhan hidup dua anak, ibu, dan abangnya yang keterbelakangan mental.

Editor: Hari Mahardhika

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Siti Hajar (35) pantas disebut perempuan tangguh. 

Janda miskin ini mampu melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan kaum pria untuk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Saat ini Siti Hajar bekerja sebagai tukang panjat pinang di desanya. Pekerjaan ini dijalani sejak suaminya meninggal dunia beberapa tahun lalu. 

Ia terpaksa memilih profesi sebagai tukang panjat pinang untuk mencukupi biaya kebutuhan hidup dua orang putra, ibu, dan abangnya yang keterbelakangan mental. 

Bahkan perempuan perkasa ini tak peduli apa kata orang, meski resiko pekerjaannya itu penuh tantangan. 

Siti Hajar merupakan warga Desa Paloh Mampree, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen menjadi tulang punggung keluarga. 

"Anak saya dua, yang pertama Sulaiman (15) putus sekolah, dan Rafid (8) kelas IV SD, " Kata Siti Hajar kepada Kompas.com saat ditemui di rumahnya. 

Saat musim panen pinang tiba, Siti Hajar (35) selalu dicari-cari warga di tiga desa Kecamatan Peusangan Siblah Krueng. 

Siti selalu menjadi andalan warga untuk memanjat pohon pinang dan memanen buahnya. 

Meski pekerjaanya terbilang sangat ekstrem dan penuh resiko, Siti Hajar mengaku setiap hari ia mampu memanjat 60 batang pohon pinang dengan ketinggian rata-rata mulai 5 hingga 10 meter. 

"Rata-rata saya mampu panjat 60 batang pinang setengah hari, setelah itu saya urus anak, abang, dan ibu." 

Setiap pohon yang ia panjat hanya dibayar seharga Rp 2000 per batang. 

Jika tidak sedang musim panen pinang, Siti bekerja serabutan menjadi buruh tani sawah, pengupas pinang, apapun ia lakukan untuk memberi makan keluarganya. 

Kepala Desa Paloh Mampree M Nazar Nurdin, menyebut Siti merupakan warga yang termasuk dalam golongan sangat miskin. 

Bahkan, sebelum rumahnya dibangun dengan menggunakan dana desa pada 2019 lalu mereka tinggal di gubuk reyot tak layak huni. 

"Sekarang rumahnya sudah layak huni setelah kami bangun menggunakan dana desa, kalau sebelumnya mereka tinggal di gubuk tidak layak huni. 

Kameramen: Raja Umar/Kompas TV Aceh
Narator: Dosy Elfian
Editor: Hari Mahardhika

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved