Berita Subulussalam
Pasar Sarang Burung Walet Terdampak Virus Corona, Pengusaha Hentikan Pembelian
Virus corona yang kini mewabah di Cina turut berimbas pada sektor ekonomi. Terkini, bisnis sarang burung walet
Penulis: Khalidin | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Virus corona yang kini mewabah di Cina turut berimbas pada sektor ekonomi.
Terkini, bisnis sarang burung walet dikabarkan ikut terdampak virus corona hingga membuat penurunan harga.
Hal itu disampaikan H Semi, salah seorang pengusaha sarang burung walet yang dikofirmasi Serambinews.com, Sabtu (8/2/2020).
H Semi membenarkan dampak virus corona merambah ke bisnis sarang burung walet.
Dikatakan, saat ini pasar sarang burung walet tidak jelas.
Bahkan, kata H Semi, para tauke sarang burung walet di Medan menghentikan pembelian sementara.
”Kalau soal dampak sudah kena, sekarang di Medan belum ada harga,” kata H Semi
• Wali Kota Affan Alfian Bintang Dukung PMI Aceh Bentuk UTD di Subulussalam
Akibat lesunya pasar sarang burung walet, H Semi mengaku terpaksa menghentikan sementara pembelian.
Ini karena dia tidak mungkin menyetok sarang burung tersebut hingga berbulan-bulan.
Pasalnya di medan sendiri sejauh ini belum ada informasi kapan bisnis ini kembali bergerak.
Menurut H Semi, tauke tempat dia menjual sarang burung walet di Medan saat ini juga belum menerima sehingga bukan sekadar turun harga tapi tanpa ada pembeli.
Lebih jauh H Semi menyampaikan dia memutuskan menghentikan sementara pembelian sarang burung walet lantaran belum ada tauke yang menampung di Medan.
Selama ini H Semi menjual sarang burung walet sekurangnya 100-an kilogram lebih.
Karenanya jika yang dibeli dari warga mencapai 100 kg dengan harga Rp 10 juta/per Kg saja, nilainya sudah mencapai Rp 1 miliar sementara pasar di Medan belum bergerak.
”Tidak mungkin uang terbenam begitu saja, karena saya itu membeli dalam jumlah besar, kalau sepuluh kilo mungkin tidak terasa lah, ini modal miliaran kalau taka da pasar maka rugi,” ungkap H Semi
Selama ini, kata H Semi, perputaran sarang burung walet di Subulussalam sangat menjanjikan.
Dulunya, sebelum wabah virus corona merebak di Cina, H Semi menjual antara Rp 12 juta – Rp 12,5 juta per kilogram.
Sementara untuk pembelian di Subulussalam berkisar antara Rp 11 juta – Rp 11.5 juta per kilogram.
• VIDEO - Tak Terima Ditilang, Pelanggar Lalu Lintas Cekik Polisi
Tapi, lanjut H Semi, dalam dua pekan terakhir bisnis sarang burung walet lesu akibat merebaknya wabah virus corona di Cina.
H Semi menyakini jika pasar sarang burung walet menjadi terganggu akibat virus corona di Cina.
Sebab pasar sarang burung walet terbesar itu ke Negara Cina.
Namun akibat wabah corona, ekspor sarang ke China mengalami kendala.
Hal itu karena banyak penerbangan ke China yang ditunda bahkan ditutup.
• Ustaz Bachtiar Nasir Jadi Penceramah Dalam Peresmian Masjid Agung dan Maulid di Abdya
"Selama ini pembeli terbesar dari China. Sedangkan di Cina sekarang sedang heboh wabah virus Corona,” ujar H Semi.
Selain sarang burung walet, virus corona sebelumnya juga dilaporkan berdampak pada bisnis kelapa sawit.
Bisnis Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit ternyata ikut terdampak virus corona yang melanda China sehingga mengalami penurunan harga termasuk di Kota Subulussalam.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Subangun Berutu, Rabu (29/1/2020) membenarkan terjadinya penurunan harga TBS di daerah ini sebagai dampak virus corona yang menerjang harga minyak sawit mentah (CPO).
Menurut Subangun, awalnya penurunan harga TBS tersebut lantaran suasana imlek di mana terjadi libur panjang.
Libur imlek memicu turunnya permintaan minyak kelapa sawit mentah sehingga menyebabkan harga TBS ikut merosot.
Namun, belum usai libur imlek bisnis CPO kembali terguncang menyusul merebaknya virus CPO di China.
• Polisi di Bireuen Tilang Kendaraan Pikap yang Bawa Penumpang
Dikatakan, pelemahan permintaan dari China dan India jadi pemicu utama anjloknya harga CPO pada perdagangan.
Subangun menjelaskan virus corona menjadi salah satu penyebab melemahnya permintaan CPO dari China.
Dijelaskan, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan harga CPO anjlok signifikan hari ini.
Pertama adalah China yang memasuki fase liburan tahun baru imlek. Biasanya pada masa liburan seperti itu permintaan berkurang.
Menurut Subangun, biasanya tahun baru imlek, libur akan berlangsung selama satu minggu.
Nah, masalahnya saat libur imlek hampir usai, suasana di China hingga dunia terguncang oleh kasus virus corona.
• Tim Dinkes Abdya Periksa Suhu Tubuh Awak dan Penumpang Susi Air, Cegah Virus Corona
Adanya virus corona yang merebak di China menyebabkan suasana bisnis ikut terganggu.
Akibatnya, lanjut Subangun, libur bisa lebih panjang hingga awal Februari mendatang.
”Tetap ada dampak virus corona ini, karena menyangkut bisnis dunia, China bagian dari pasar CPO dan saat ini di sana ada masalah besar menyangkut virus corona maka permintaan berkurang sehingga menyebabkan terganggunya pemasaran,” terang Subangun.(*)