Berita Aceh Singkil
Masa Konflik, Peti Tongkat Syekh Abdurrauf As Singkili Sempat Dicurigai Senjata Laras Panjang
Pada masa konflik berkecamuk di Aceh, aparat kemanan sempat mencurigai peti tongkat merupakan senjata laras panjang.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Mursal Ismail
Begitu juga dengan lembaran Alquran, ada yang mulai termakan usia.
Alquran tidak lagi berjilid.
Namun sebagai penggantinya dipasang jilid dari plastik transparan warna biru dengan perekat.
Harus bawa kain putih
Sore itu Serambinews.com yang datang bersama anak muda penyuka sejarah, Aini, Andri dan Agus boleh jadi paling beruntung.
Setelah wudhuk, tuan rumah membebaskan kami membuka peti, memegang tongkat dan membaca Aquran tulisan tangan sang aulia itu.
Kendati kami tidak bawa kain putih sebagai syarat.
Bagi yang ingin melihat dan memegangnya bisanya membawa kain putih.
Kain itu merupakan pengganti bungkus kain putih yang telah dipegang tangan.
Kebiasaan mengganti kain pembungkus setelah dipegang tersebut, dilakukan agar kain pembungkus tetap bersih sehingga tidak mempengaruhi tongkat besi.
“Biasanya bawa kain putih, tapi untuk kalian tidak apa-apa, nanti aku yang ganti masih ada banyak kain putih,” ujar Agus sambil senyum.
• Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah Apresiasi Eksistensi Persatuan Masyarakat Aceh (Permasa) di Kepri

Generasi ke-13
Agus Cibro merupakan generasi ke-13 sebagai pemegang tongkat dan Alquran tulisan tangan Syekh Abdurrauf As Singkili.
Sebelumnya dipegang almarhum ayahnya Lambung.
Meski ia anak kedua dari tiga lelaki bersaudara, namun tetap Agus yang dipercaya memegang dua benda pusaka itu.
“Berdasarkan hasil rapat keluarga, tongkat dan Alquran disimpan di tempat aku,” kata Agus, Senin (10/2/2020) sore.
Pria 51 tahun ini, tidak mengetahui nama lengkap silsilah pemegang tongkat dan Alquran sebelumnya.
Ia hanya hafal namanya sampai ke sang kakek yang bernama Wasir.
“Aku tidak hafal. Sama aku ini merupakan generasi ke-13,” jelasnya.
Mengenai pengetahuan tongkat dan Alquran merupakan peninggalan Syekh Abdurrauf, didapat dari cerita turun temurun orang tuannya.
Bagi Agus menjaga peninggalan dua benda itu jauh lebih penting.
“Saya sampaikan sama istri biarlah perut kosong asal terjaga warisan ulama ini,” kata Agus.
Menurutnya yang ingin melihat tongkat dan Alquran sudah sering datang.
Mereka berasal dari berbagai kalangan dalam daerah dan luar daerah.
Bagi yang ingin melihat Agus mempersilahkan datang ke rumahnya setiap hari Senin dan Jumat. (*)