Viral Medsos

Gendong Bayi di Jalan Berlumpur, Perjuangan Guru Menuju Sekolah Daerah Terpencil di Aceh Timur

Guru itu berjalan kaki sambil menggendong bayinya, karena ia turun dari sepeda motor (sepmor) yang dikendarai suaminya. Ia terpaksa turun dari sepmor

Penulis: Seni Hendri | Editor: Nurul Hayati
Foto: Tangkap layar Facebook
Perjalanan guru SMP 4 Pante Bidari, menuju sekolah tempat mereka mengajar, di Gampong Sijudo, Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur. 

Guru itu berjalan kaki sambil menggendong bayinya, karena ia turun dari sepeda motor (sepmor) yang dikendarai suaminya. Ia terpaksa turun dari sepmor karena jalan becek, licin, dan berlumpur, di Gampong Blang Senong, Pante Bidari.

Laporan Seni Hendri | Aceh Timur

SERAMBINEWS.COM, IDI – Foto guru SMP 4 Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur, yang menggendong bayi dengan berjalan kaki di jalan berlumpur menuju sekolah tempatnya mengajar di pedalaman Aceh Timur, viral di media sosial facebook.

Guru itu berjalan kaki sambil menggendong bayinya, karena ia turun dari sepeda motor (sepmor) yang dikendarai suaminya.

Ia terpaksa turun dari sepmor karena jalan becek, licin, dan berlumpur, di Gampong Blang Senong, Pante Bidari.

“Foto itu saat ujian semester 2019. Guru saya Khusnul Khatimah Arif bersama suaminya dan dua anaknya menggunakan sepmor menuju sekolah di Dusun Sijuk, Gampong Sijudo, Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur,” ungkap Kepsek SMP 4 Pante Bidari, Islahuddin SPdi, MPd, kepada Serambinews.com, Jumat (14/2/2020).

Islahuddin mengatakan, Khusnul Khatimah Arif Guru Garis Depan (GGD) untuk daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) asal Meulaboh, Aceh Barat.

Di Aceh Timur, ia tinggal di Kuta Binjei, Kecamatan Julok, Aceh Timur.

Diam-diam Nikah Ketiga, Seorang Suami Dilabrak Istri Pertama saat Resepsi, Dipukuli hingga Kabur

Perjuangan Khusnul Khatimah menuju Sekolah Daerah Terpencil dengan berjalan kaki melewati jalan berlumpur dan membawa bayi.
Perjuangan Khusnul Khatimah menuju Sekolah Daerah Terpencil dengan berjalan kaki melewati jalan berlumpur dan membawa bayi. (Foto kiriman Kepsek SMP 4 Pante Bidari)

“Kita terus men-support para guru bahwa guru GGD di daerah 3 T memang harus menempuh perjuangan seperti itu, khususnya pada musim hujan. Kalau musim kering tidak ada masalah,” jelas Islahuddin.

Meski akses menuju SMP 4 Pante Bidari, berjarak 25 km dari jalan nasional, atau sekitar 2,5 jam perjalanan darat menggunakan sepmor, karena kondisi jalan rusak, namun semangat para guru mendidik siswa di daerah pedalaman Aceh Timur itu tidak pernah surut.

SMP 4 Pante Bidari, jelas Islahuddin, merupakan sekolah paling ujung di bagian barat Aceh Timur, yang berbatasan dengan Samar Kilang, Bener Meriah, dan Tanah Merah, Aceh Utara.

Saat ini sekolah itu memiliki 52 pelajar dari Gampong Sijudo, dan Sarah Gala.

Serta memiliki 11 guru PNS, dan sejumlah guru kontrak, dan memiliki 5 ruang kelas belajar, ruang laboratorium, dan perpustakaan.

Karena tempat tinggal guru dengan sekolah berjauhan,  jika sudah naik ke sekolah maka para guru nginap di sekolah.

Salah satu ruang laboratorium di sekolah itu disekat dan dijadikan kamar untuk para guru.

“Kalau sudah naik guru kami nginap 3-5 hari di sekolah. Sepulang jam sekolah, para guru juga membuat kegiatan ektrakurikuler,” jelas guru SMP4 asal Simpang Ulim ini.

Para guru memiliki semangat tinggi mengajar anak-anak di pedalaman itu.

Alasannya, karena para pelajar SMP di daerah pedalaman itu sangat antusias mengikuti proses belajar mengajar.

Mayoritas anak-anak dari suku Gayo, yang umumnya para orang tua siswa di daerah ini berprofesi sebagai petani.

Garuda Semprot Cairan Khusus, Antisipasi Penyebaran Virus Corona di Kabin Pesawat

“Bahkan guru tidak mau dipindahkan, karena sudah melekat dengan anak-anak. Anak-anak di daerah pedalaman itu sangat taat dan patuh serta memiliki minat belajar yang tinggi. Sehingga para guru sangat kagum," ungkap Islahuddin, yang sudah lima tahun menjabat Kepsek SMP4.

Jika dari sarana dan prasarana bangunan, mobiler siswa, dan guru, serta tenaga pengajar, jelas Islahuddin, SMP 4 sudah memadai.

Hanya, saja perlu bantuan komputer, karena anak-anak belum terjamah perangkat teknologi itu.

“Selain itu, kita butuh dukungan pemerintah agar daerah Sijudo dan Sarah Gala ini dapat terjangkau internet. Karena jaringan listrik dari Lhok Nibong sudah ada,” jelas Islahuddin.

Karena belum memiliki akses internet, jelas Kepsek, siswa SMP 4 Pante Bidari, selama ini mengikuti UNBK di SMP Pante Bidari Lhok Nibong.

Lulusan SMP 4 Pante Bidari ini juga tergolong berprestasi.

Karena, berhasil melanjutkan pendidikan ke sejumlah sekolah ternama di Aceh.

Karena siswa SMP 4 Pante Bidari, belum mencapai 60 orang.

Sehingga belum memenuhi syarat untuk mendapatkan program afirmasi, yaitu satu siswa mendapatkan satu tablet.

Janda Muda & Berondong Kepergok Mesum di Rumah Kosong, Dikejar Warga hingga Diciduk Polisi

Keterbatasan siswa inilah, salah satu faktor SMP 4 tidak memenuhi juknis untuk mendapatkan berbagai program dari Kemendikbud untuk sekolah daerah terpencil.

Harapan lain, disampaikan Islahuddin, agar Pemkab Aceh Timur, membangun sarana jalan menuju daerah terpencil itu.

Agar akses warga turun ke pusat kecamatan Lhok Nibong, mudah dijangkau.

Selama ini, akses warga di daerah pedalaman itu lebih dekat ke Lokop dan Tanah Merah, Aceh Utara.

Melalui jalur sungai menggunakan boat. 

Maret 2018 lalu, SMP 4 Aceh Timur, menjadi pusat kegiatan program mengedukasi anak negeri (MeAN) yang digelar oleh masyarakat SM3T bekerjasama dengan Guru Garis Depan. (*)

VIRAL Cerita Seorang Pria yang Tunangannya Terima Lamaran Orang Lain Padahal Belum Putus: Aku Kecewa

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved