Rasmito, Kakek Tunanetra yang Pantang Meminta-minta
RASMITO, kakek berusia 61 tahun yang tinggal di Desa Cipare-Pare Timur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, merupakan penyandang
RASMITO, kakek berusia 61 tahun yang tinggal di Desa Cipare-Pare Timur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, merupakan penyandang tuna netra sejak kecil. Meski dalam kondisi keterbatasan fisik, kakek Rasmito tetap bekerja keras mengangkut sawit. Serambi pada Minggu (9/2/2020) sempat mengunjungi Rasmito yang sedang bekerja di kebun layaknya orang sehat.
Rasmito tidak pernah putus asa dalam menjalani hidup. Sehari-hari pria bercucu empat ini tetap berusaha demi menyambung hidup, meskipun pekerjaan yang dilakoninya penuh risiko. "Harus tetap bekerja, kalau tidak bagaimana saya harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga," katanya.
Mungkin masa tua yang dibayangkan banyak orang adalah waktu bahagia saat menimang cucu, masa pensiun yang tenang, dan segala kebahagiaan lainnya. Namun nyatanya, Rasmito, pria tua yang tinggal di desa eks transmigrasi ini, dengan kondisi kebutaan tetap harus bekerja keras memanjat pohon kelapa dan pinang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Rasmito bersama istrinya Lijeh (59) tinggal di rumah bantuan pemerintah. Saat disambangi di kediamannya, kakek tunanetra ini mengenakan baju kaos atribut kampenye yang mulai kusam dipadu topi dengan warna yang telah memudar. Kepada wartawan, pria kelahiran Jember, Jawa Timur, 2 April 1959 ini mengaku telah melakoni pekerjaan sebagai pemanjat kelapa dan pinang sejak puluhan tahun meski kondisinya tidak dapat melihat.
Mungkin saja banyak yang meragukan kemampuan kakek Rasmito. Sebab, selain menyandang tunanetra, usianya juga mulai renta. Namun ibarat kata pepatah, selalu ada asa asal kita mau berusaha. Nah, ini telah dibuktikan kakek Rasmito sejak masih kecil hingga sekarang. Dia tak pernah mau menyerah apalagi kehilangan semangat untuk bekerja keras layaknya orang normal lainnya.
Rasmito pun mengaku tidak mau menjadi peminta-minta sebagaimana dilakukan banyak orang yang mengalami keterbatasan fisik. Bagi Rasmito, meminta-minta merupakan aib, dan jangankan melakukan terpikir pun tidak. Sebab, kata Rasmito, dia tetap bisa mandiri dan mengerjakan pekerjaan layaknya orang sehat."Meminta-minta malu saya, lebih baik saya bekerja, berapa dapat itu lah yang dimakan, kalau tidak ya ngutang nanti dapat duit bayar," ujar Rasmito.
Dia sudah menggeluti usaha buruh kasar sejak masih kecil. Dulu, kata Rasmito, dia juga menjadi buruh mencari kayu api, membabat kebun orang, atau memanjat pohon pinang dan kelapa. Selain itu, ada beberapa pekerjaan orang sehat yang dapat dilakukan Rasmito seperti menggali parit, mengasah parang, hingga mengangkut TBS kelapa sawit. Bahkan, Rasmito juga bisa membuat pagar kayu bila diminta bantu warga sekitar. (khalidin)