Harimau Berkeliaran di Perkampungan
Dari Kepercayaan Masyarakat Hingga Rusaknya Habitat
Harimau memang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis. Hewan dilindungi ini diyakini tidak akan turun ke perkampungan tanpa sebab
Harimau memang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis. Hewan dilindungi ini diyakini tidak akan turun ke perkampungan tanpa sebab. Selain karena faktor rusaknya habitat, masyarakat juga mempercayai ada hal-hal lain yang menyebabkan hewan dilindungi ini turun gunung.
DUA ekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dilaporkan muncul di permukiman masyarakat Desa Darul Makmur dan Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam. Hewan dilindungi ini bahkan telah memangsa dua ekor sapi warga setempat.
”Sapi saya dimangsa dua ekor,” kata Rama (39), warga Desa Singgersing kepada Serambi, Minggu (16/2/2020). Ia mengaku memiliki sebelas ekor sapi yang dipelihara di areal perkebunan kelapa sawit di Desa Singgersing yang berbatasan dengan Desa Darul Makmur.
Pada Sabtu (15/2/2020) subuh, ia mendapati dua ekor sapi (induk dan anaknya) miliknya dimangsa harimau. Ia meyakini kedua sapinya dimangsa harimau karena mendapati jejak kucing raksasa tersebut di sekitar bangkai sapi. Selain itu, keyakinannya juga didasarkan pada tubuh sapi yang tersisa. “Anak sapi tidak ada tinggal, ludes dimakan. Sedangkan induknya tersisa separuh badan,” ungkap Rama.
Ia memperkirakan, harimau tersebut datang dini hari jelang subuh. Ia mendapati jejak khaki harimau di sekitar lokasi kandang sapi dan areal perkebunan. ”Mungkin ada dua ekor harimaunya,” duga Rama.
Staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah II Subulussalam, Riya Kamba yang dikonfirmasi Serambi membenarkan adanya laporan kemunculan harimau sumatera di Sultan Daulat. Pihaknya turun langsung turun ke lokasi mengecek informasi tersebut. “Benar memang, kami sudah turun dan ini sedang koordinasi dengan sejumlah pihak,” kata Riya.
Keuchik Darul Makmur, Jamaluddin, juga membenarkan kemunculan dua harimau tersebut. Induk dan anak harimau tersebut muncul di wilayah perkampungan sejak dua bulan terakhir. Namun khusus untuk wilayah Darul Makmur, pihaknya belum menerima laporan ada harimau yang memangsa ternak, kecuali laporan tentang gangguan anjing liar.
“Kalau Darul Makmur, Alhamdulillah walau sering ada penampakan harimau tapi belum memangsa ternak,” ujar Jamuddin.
Di Gampong Darul Makmur, harimau berkeliaran hanya sekitar 200 meter dari pemukiman penduduk. Kemunculannya sering pada tengah malam dan kerap terlihat oleh petani jagung saat melintasi lahan perkebunan mereka.
Jamaluddin juga menuturkan, bahwa ada kepercayaan masyarakat setempat bahwa harimau turun gunung jika ada permasalahan keburukan yang terjadi di tengah masyarakat, semisal perilaku buruk. Karena itu, diyakini turunnya harimau saat ini juga karena masalah ‘penyakit masyarakat’. ”Memang dulu juga ada muncul ke permukiman warga, kalau ada masalah di kampung dia turun,” tutur Jamuddin.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa turunnya harimau lantaran habitatnya sudah terganggu akibat hutan yang terus menipis serta stok makanan semakin berkurang. Data terbaru dari Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HakA), seluas 15.140 hektare tutupan hutan Aceh hilang pada 2019 akibat terjadinya perambahan. Angka ini setara dengan 2,5 kali lipat luas Kota Banda Aceh.(khalidin)