Berita Subulussalam

Harga Makin Anjlok, Pengusaha Yakin Sarang Burung Walet Akan Naik Dua Bulan Mendatang

Selain sarang burung walet, virus corona sebelumnya juga dilaporkan berdampak pada bisnis kelapa sawit.

Penulis: Khalidin | Editor: Yusmadi
SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN
Nurmalim, salah seorang pengusaha sarang burung walet di Kota Subulussalam. 

Laporan Khalidin | Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Bisnis sarang burung walet yang tertekan akibat wabah virus corona diyakini baru akan pulih dua bulan ke depan.

Hal itu disampaikan Nurmalim, salah seorang pengusaha sarang burung walet di Kota Subulussalam kepada Serambinews.com, Jumat (21/2/2020) dalam sebuah wawancara pada salah satu Kafe di Subulussalam.

Diakui, wabah virus corona masih menjadi ketakutan dan kekhawatiran banyak pihak di seluruh negara hingga berdampak pada dunia usaha atau bisnis seperti sarang burung walet.

Terkini, harga sarang burung walet dilaporkan semakin anjlok yakni hanya berkisar Rp 7 juta – Rp 8 juta perkilogramnya.

Menurut Nurmalim, berdasarkan informasi yang dia dapat bisnis sarang burung walet diyakini akan pulih kembali.

Namun, kata Nurmalim, pulihnya bisnis sarang burung walet paling tidak dua bulan ke depan. Meski demikian, Nurmalim tidak mau pula menerka-nerka atau memberi kepastian karena ini lagi-lagi kembali soal wabah virus corona apakah akan bisa diatasi dua bulan ke depan.

Nurmalim yang juga pengurus teras Partai Demorat Kota Subulussalam mengatakan pengalaman anjloknya harga sarang burung walet pernah terjadi beberapa tahun lalu. Hal itu akibat pengaruh krisis global.

Namun tak lama kemudian teratasi berkat kesigapan Negara memulihkan ekonomi termasuk bisnis sarang burung walet. Dikatakan, sarang burung walet juga pernah anjlok 2011 lalu saat itu harganya bahkan sampai titik nadir.

Harga sarang burung walet kala itu, lanjut Nurmalim hanya berkisar Rp 2 juta sampai Rp 3 jutaan per kilogram. Saat itu malah dikenal dengan harga 234 atau Rp 2 juta, Rp 3 juta dan Rp 4 juta per kilogram.

Harga ini anjlok dari Rp 12 jutaan per kilogram sebelumnya. Sempat bertahan hingga beberapa tahun namun belakangan harga sarang burung walet kembali naik.

Kini, sarang burung walet kembalik hancur. Nurmalim mengakui masih belum stabilnya bisnis sarang burung walet saat ini.

Anjloknya harga sarang burung walet menurut Nurmalim dampak dari wabah virus corona yang belum dapat ditangani. Nurmalim mengaku selama isu virus corona belum dapat ditangani, bisnis sarang burung masih akan cenderung melemah.

Harimau Kembali Mangsa Ternak Warga di Desa Singgersing Subulussalam

Gagal Tangkap Buaya Berkalung Ban, Matt Wright Kembali ke Australia dan Berjanji Kembali

Harga Realme C3 di Indonesia Bocor Jelang Peluncuran, Baterai 5.000 mAh Cuma Rp 1.549.000

”Ini masih berkaitan dengan wabahvirus corona, harga sarang burung walet anjlok,” kata Nurmalim

Ditambahkan, anjloknya harga sarang burung walet dalam sebulan terakhir ini disebabkan fokus pasar terhadap penyebaran virus corona bukan faktor lain.

Sebab, kata Nurmalim, selama ini pasar sarang burung walet didominasi ke Hongkong dan China. Sementara akses perdagangan kini ditangguhkan akibat merebaknya virus corona di China.

Sehingga para tauke di Indonesia seperti di Medan, mulai mengurangi pembelian. Kalaupun ada yang membeli, lanjut Nurmalim merupakan tauke besar mampu menyetok barang.

Masalahnya, kata Nurmalim sarang burung walet termasuk barang yang tidak bisa distok dalam jangka panjang alias harus segera dipasarkan atau digunakan. Sarang burung walet seperti tanaman palawija yang rusak jika tak segera digunakan.

Namun karena masalah wabah virus corona akses bisnis sarang burung walet ikut terdampak.“Intinya masih didominasi oleh faktor eksternal. Lagi-lagi karena ketakutan pasar terhadap ancaman virus corona,” ujar Nurmalim

Lebih jauh Nurmalim menjelaskan, dia memang masih membeli sarang burung walet namun dengan harga paling mahal Rp 8 jutaan per kilogram. Sedangkan rekan bisnisnya bahkan ada yang membeli hanya Rp 7 jutaan.

Tiga pekan lalu, menurut Nurmalim harga masih mencapai Rp 12 juta tapi karena virus corona menyebabkan penurunan drastis. Selain harga anjlok, jumlah barang yang dibeli juga menurun karena sebagian pebisnis walet menahan alias tidak menjual karena harga murah.

Sebelumnya juga diberitakan, virus corona yang kini mewabah di Cina turut berimbas pada sektor ekonomi. Terkini, bisnis sarang burung wallet dikabarkan ikut terdampak virus corona hingga membuat penurunan harga.

H Semi, salah seorang pengusaha sarang burung walet yang dikofirmasi Serambinews.com, membenarkan dampak virus corona merambah ke bisnis sarang burung walet.

Dikatakan, saat ini pasar sarang burung walet tidak jelas. Bahkan, kata H Semi, para tauke sarang burung walet di Medan menghentikan pembelian sementara.

”Kalau soal dampak sudah kena, sekarang di Medan belum ada harga,” kata H Semi

Selama ini, kata H Semi perputaran sarang burung walet di Subulussalam sangat menjanjikan. Dulunya, sebelum wabah virus corona merebak di Cina, H Semi menjual antara Rp 12 juta – Rp 12,5 juta per kilogram.

Sementara untuk pembelian di Subulussalam berkisar antara Rp 11 juta – Rp 11.5 juta per kilogram. Tapi, lanjut H Semi, dalam dua pekan terakhir bisnis sarang burung walet lesu akibat merebaknya wabah virus corona di Cina.

H Semi meyakini jika pasar sarang burung walet menjadi terganggu akibat virus corona di Cina. Sebab  pasar sarang burung walet terbesar itu ke Negara Cina. Namun akibat wabah corona ekspor sarang ke China mengalami kendala. Hal itu karena banyak  penerbangan ke China yang ditunda bahkan ditutup. 

"Selama t ini pembeli terbesar dari China. Sedangkan di Cina sekarang sedang heboh wabah virus Corona,” ujar H Semi.

Selain sarang burung walet, virus corona sebelumnya juga dilaporkan berdampak pada bisnis kelapa sawit.

Bisnis Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit ternyata ikut terdampak virus corona yang melanda China sehingga mengalami penurunan harga termasuk di Kota Subulussalam. Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Subangun Berutu Rabu (29/1/2020) membenarkan terjadinya penurunan harga TBS di daerah ini sebagai dampak virus corona yang menerjang harga minyak sawit mentah (CPO).

Menurut Subangun, awalnya penurunan harga TBS tersebut lantaran suasana imlek di mana terjadi libur panjang.

Libur imlek memicu turunnya permintaan minyak kelapa sawit mentah sehingga menyebabkan harga TBS ikut merosot. Namun, belum usai libur imlek bisnis CPO kembali terguncang menyusul merebaknya virus CPO di China.

Dikatakan, pelemahan permintaan dari China dan India jadi pemicu utama anjloknya harga CPO pada perdagangan. Subangun menjelaskan virus corona menjadi salah satu actor melemahnya permintaan CPO dari China.

Dijelaskan, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan harga CPO anjlok signifikan hari ini. Pertama adalah China yang memasuki fase liburan tahun baru imlek. Biasanya pada masa liburan seperti itu permintaan berkurang. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved