Berita Jakarta
Pengusaha Nasional, Ismail Rasyid, Saatnya Aceh Lebih Banyak Bicara Kapal Bisnis, bukan Kapal Perang
“Saya mencatat ada tujuh yang dimohon oleh Pak Plt Gubernur Aceh kepada Bapak Jokowi yang mayoritas bicara tentang ekonomi.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Nur Nihayati
“Saya mencatat ada tujuh yang dimohon oleh Pak Plt Gubernur Aceh kepada Bapak Jokowi yang mayoritas bicara tentang ekonomi.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pengusaha nasional, CEO PT. Transcontinent, Ismail Rasyid menegaskan, saatnya Aceh lebih banyak bicara kapal bisnis, dan melupakan bicara kapal perang.
Kemiskinan bisa bisa ditekan signifikan apabila roda ekonomi berjalan kencang.
Ismail Rasyid menyatakan hal itu menanggapi permintaan dan langkah-langkah Pemerintah Aceh di bidang ekonomi untuk pertumbuhan ekonomi di Aceh.
Seperti diutarakan Plt Gubernur Nova Iriansyah dalam acara Kenduri Kebangsaan yang dihadiri Presiden di Sekolah Sukma Bangsa, Bireuen, Sabtu (22/2/2020).
• Kapay Hibur Anak Yatim Kajhu Aceh Besar di Wahana Impian Malaka, Peringati HUT Ke-2
• PTSB Malaysia, Poltek Kutaraja dan Perguruan Tinggi di Aceh Lakukan PkM di Gampong Alue Naga
• KMPAN Usul Nama Tgk Hasan Tiro untuk Nama Jalan Tol Aceh, Begini Tanggapan Mantan Jubir Partai Aceh
“Saya mencatat ada tujuh yang dimohon oleh Pak Plt Gubernur Aceh kepada Bapak Jokowi yang mayoritas bicara tentang ekonomi.
Saya mengapresiasi sambutan yang memberikan optimisme ekonomi Aceh akan bangkit dan investor akan ke sana,” sebut Ismail Rasyid, di Jakarta, Minggu (23/2/2020).
Menurut Ismail Rasyid, sambutan Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah di depan Presiden Jokowi yang meminta dukungan percepatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe.
Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong Aceh Besar, dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas (BPKS) Sabang adalah kepedulian Pemerintah Aceh untuk memicu cepat bergeraknya ekonomi di Serambi Mekkah.
"Hal-hal ang diungkapkan oleh Plt Gubernur Aceh itu adalah sebagai salah satu solusi membangun daerah dengan mempercepat KEK, KIA dan BPKS Sabang," ujar Ismail Rasyid yang baru kembali dari India bersama Plt Gubernur Aceh mengadakan pembicaran bisnis dengan pengusaha dan pemerintah India.
Ismail Rasyid menyebut, soal perizinan berusaha di Aceh, sudah sangat cepat dan menguntungkan investor, seperti dialami sendiri pihaknya yang saat ini sedang merampungkan pembangunan Pusat Logistik Berikat (PLB) di Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong.
PT Trans Continent, perusahaan yang bergerak di bidang "multi moda transport, logistics & supply chain" dengan "core business" di bidang industri pertambangan, perminyakan, energi serta perdagangan domestik maupun internasional dengan 19 cabang di Indonesia, dua di luar negeri (Australia & Filipina) serta jaringan kerja di 80 negara.
Perusahaan ini dirintis pada 2005 di Balikpapan, Kalimantan serta memiliki sekitar 400 karyawan dan 450 unit Alat Alat Kerja baik ukuran besar, sedang, dan kecil.
Alumni Fakultas Ekonomi Unsyiah ini menyatakan, pihanya sudah berinvestasi di KIA Ladong mengharapkan percepatan pembenahan dan penyediaan infrastruktur dasar untuk mendukung percepat realisasi investasi sehingga menjadi salah satu daya tarik bagi investor yang akan masuk untuk berinvestasi.
PT. Transcontinent adalah perusahaan pertama yang melakukan 'ground breaking' di KIA Ladong pada Agustus 2019 , dan hingga sekarang masih melanjutkan pekerjaan dasar dan penataan kawasan, persiapan konstruksi, proses perekrutan karyawan, semua rencana investasi dan pembangunan pasti harus melalui tahapan tahapannya.
Ismail melanjutkan, di Ladong segera beroperasi Pusat Logistik Berikat yaitu sebagai suatu kawasan yang akan menjadi tempat konsolidasi barang-barang atau komoditi unggulan Aceh yang dihasilkan oleh masyarakat untuk tujuan ekspor dan tempat transit barang-barang impor untuk tujuan industri yang masih mendapatkan fasilitas penangguhan pajak impor.
Dia menyebutkan alat-alat kerja untuk mendukung PLB seperti "forklift, prime mover, trailer, telehandler, tronton" dan lain-lain sudah siap beroperasi dan sekarang masih dipusatkan di Hub Regional PT Trans Continent di Sumatera Utara dan siap dimobilisasi kapan saja dibutuhkan.
CEO PT Trans Continent menambahkan salah satu lagi alat berat utama untuk "menghandle container" yaitu "reach stacker" dengan kapasitas 45 ton segera dikapalkan dari luar negeri ke KIA Ladong serta akan diproses "custom clearance" di Banda Aceh sesuai dengan komitmen PT Trans Continent dengan Kakanwil Bea Cukai Aceh Safuadi yang sangat cepat merespon serta memberikan "guidance" yang jelas dengan mengeluarkan izin PLB untuk PT Trans Continent hanya dalam waktu hitungan yang instant.(*)