Parfum That Mangat Bee ‘Semerbak’ hingga ke Jakarta

Mahyed din Abubakar, Keuchik Gampong Kilometer VIII, Kecamatan Simpang Keuramat, Aceh Utara, memiliki tekad kuat untuk

Editor: bakri
FOTO MAHYEDDIN ABUBAKAR
Keuchik Kilometer VIII, Mahyeddin Abubakar memperlihatkan parfum ‘That Mangat Bee’ yang diproduksi UMKM desa tersebut 

LHOKSEUMAWE – Mahyed din Abubakar, Keuchik Gampong Kilometer VIII, Kecamatan Simpang Keuramat, Aceh Utara, memiliki tekad kuat untuk  terus menciptakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam upaya membuka lapangan kerja bagi masyarakat.

Sekitar satutahun lalu, dirinya membuat terobosan dengan membuka usaha kerupuk jengkol. Kini dirinya kembali membuat inovasi. Memanfatkan hasil nilam masyarakat, ia menggagas produksi parfum dan pewangi mobil. Parfum yang dibuat di desa pedalaman Aceh Utara tersebut diberi nama ‘That Mangat Bee’, yang berarti ‘Sangat Wangi’ dalam bahasa Aceh. Parfum yang diraciknya itu pun kini mulai ‘semerbak’ hingga ke Jakarta.

Mahyeddin menceritakan, ilmu meracik parfum dan pewangi mobil  ini diperolehnya melalui pelatihan yang digelar  Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) di Aceh Utara, pada pertengahan tahun 2019. Bermodal ilmu pengetahuan tersebut dan d i t a m b a h a d a n y a p r oduksi nilam di desanya, maka dia pun mulai mencoba meracik parfum yang wanginya awet.

Untuk memulai usaha tersebut, dirinya membentuk kelompok masyarakat. “Untuk tahap awal ini ada tiga warga yang bekerja sekaligus anggota,” katanya. Sedangkan proses pem buatan parfum dan pewangi mobil tersebut dimulai ada Oktober 2019.  Berawal saat dirinya mengolah nilam yang dibeli dari masyarakat menjadi minyak.

Setelah itu ia membeli bakal parfum sesuai aroma yang diinginkan. M e n g g u -nakan alkohol yang tidak m e n g a n d u n g Khamar dan botol dari toko grosir parfum. Lalu dimulai lah proses peracikan. Diawali dengan mengaduk minyak nilam, bakal parfum, dan alkohol yang tidak mengandung khamar. Komposisinya, 80 persen bakal parfum, 20 persen alkohol non khammar, dan 10 persen minyak nilam. “Minyak nilam dibutuhkan  untuk membuat wanginya awet,” katanya.

Selanjutnya, setelah diaduk sekitar 15 menit, maka cairan yang sudah  bercampur tersebut didiamkan dalam botol selama  24 jam. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam botol untuk dipasarkan.

Untuk saat ini, pihaknya baru memproduksi empat varian untuk parfum, yakni For Man, For Women, Aroma Seulanga,  dan Kopi. Sedangkan untuk pewangi mobil baru dua varian, yakni Aroma Seulanga dan Kopi.  Untuk kemasan dan harga, parfum dengan uku ran 50 mililiter dijual dengan harga Rp 95 ribu dan pewangi mobil ukuran 20 mili dengan harga Rp 25 ribu. Pemasaran produk itu sudah dimulai sejak 18 November 2019 memanfaatkan media sosial ataupun event UMKM.

“Untuk event UMKM, kita pernah pamerkan di Jakarta sebanyak dua kali,” katanya. Untuk peminat, menurutnya sejauh ini sudah lumayan, dimana omzet penjualan tiap bulannya sudah mencapai Rp 3 juta. “Pastinya kita akan terus mengembangkan usaha ini, termasuk dengan mendatangkan tim BBPOM Aceh untuk proses perizinan. Kami berharap produk ini semakin diminati masyarakat,” demikian Mahyeddin.(bah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved