Gajah Bener Meriah
Gajah Bener Meriah, Impian Ekowisata Berbasis Gajah
Di CRU DAS Peusangan memiliki tiga ekor gajah terlatih, dua jantan dan satu betina. Gajah inilah yang digerakkan menghalau gajah liar
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Nur Nihayati
Di CRU DAS Peusangan memiliki tiga ekor gajah terlatih, dua jantan dan satu betina. Gajah inilah yang digerakkan menghalau gajah liar
Laporan Fikar W.Eda | Bener Meriah
SERAMBIBEWS.COM, REDELONG --Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ir. Wiratno, M.Sc menyebutkan 50 persen gajah Sumatera berada di Aceh. Ini artinya, harus ada usaha dan perencanaan komprehensif melindungi hewan besar itu dan ekosistemnya.
Serta tentu saja, menyelamatkan masyarakat dan properti dari kerusakan akibat konflik gajah.
"Langkah cepat yang kita lakukan adalah mengoreksi besarnya alokasi anggaran KSDA Aceh, sehingga mencukupi untuk perlindungan gajah," kata Wiratno di lokasi Conservation Response Unit (CRU) Peusangan, di Kampung Negeri Antara Km 40, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah, Senin (24/2/2020).
Wiratno hadir di sana bersama wakil rayat Aceh di Komisi IV Muslim dari Partai Demokrat. Mereka didampingi Bupati Bener Meriah Sarkawi, anggota DPRK Kabupaten Bener Meriah, Supri Gumara dan lain-lain.
Di CRU DAS Peusangan memiliki tiga ekor gajah terlatih, dua jantan dan satu betina. Gajah inilah yang digerakkan menghalau gajah liar yang sering masuk pemukiman.
• Pejabat Tinggi Negara Terjangkit Corona: Mendagri Australia, Wapres Iran Hingga Istri PM Kanada
• Gajah Bener Meriah, Abang Kul dan Tragedi Gajah Putih
• Gajah Bener Meriah (1) Dihalau dengan Dentum Petasan
Tapi CRU Peusangan kekurangan dana untuk kerja menghalau gajah-gajah liar. Pernah, mereka, delapan bulan tidak beroperasi akibat tidak ada operasional.
CRU DAS Peusangan dikomandoi Syahrul Azmi, punya dua orang pawang, tiga asisten dan seorang juru masak dan seorang penjaga barak.
Di tempat itu sedang dibangun parit pembatas buatan, tapi karena kekurangan anggaran, pembuatan parit tersendat.
Politisi Demokrat, Muslim, mengatakan,
Bener Meriah dijadikan sebagai "pilot project" penanganan gajah secara komprehensif untuk Provinsi Aceh. Ia mengatakan, persoalan gajah memang bukan hanya di Bener Meriah. Melainkan juga Aceh Tengah, Bireuen, Pidie,Aceh Timur, Aceh Utara.
"Tapi kita mulai dulu dari Bener Meriah, sebagai pilot project. Nanti penanganan serupa diterapkan di daerah-daerah lain," kata Muslim.
Berulang kali Muslim menekankan bahwa, bagaimana gajah terlindungi, masyarkat hidup nyaman dan bahkan memberi penghasilan dari hewab-hewan dilindungi itu.
"Saya membayangkan, daerah ini akan jadi lokasi wisata yang hebat dengan hamparan hutan, dengan gajah, sungai dan gunung-gunung dan kopi gayo yangvterkebal. Saya kira kita harus mengarah ke konsep ekowisata berbasis gajah," ujar Muslim.
Muslim mengatakan, untuk penanganan jangka pendek akan dilakukan penggalian parit, pemasangan kabel kejut, penggiringan ke hutan. "Tapi dalam jangka panjang dan menengah, ditangani terpadu antar kementerian dan lembaga. Kita lakukan di Bener Meriah sebab ini akan jadi proyek contoh," ujar politisi Partai Demokrat ini. Ia kembali menyebut ekowisata berbasis gajah sebagai pilihan paling rasional.
Anggota DPRK Bener Meriah Sapri Gumara, megharap persoalan gajah segera diatasi. Dengan hadirnya Dirjen KSDAE dan melihat langsung kondisi lapangan, akan melahirkan satu program penanganan yang tepat, kata Gumara.
Penanganan konflik gajah di Bener Meriah kemudian dituangkan dalam satu rumusan, sebagai berikut:
1. Penanggulangan konflik Gajah di Kabupaten Bener Meriah disepakati sebagai pilot project yang merupakan bagian dari penanggulangan konflik Gajah di Provinsi Aceh secara keseluruhan. Penanganan dilaksanakan secara komprehensif dan simultan bersama para pihak yang terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, mitra kerja konservasi dan masyarakat.
2. Bupati Bener Meriah akan membentuk tim terpadu teknis yang akan mengkoordinir para pihak dalam penanggulangan konflik gajah di Bener Meriah.
3. Penanggulangan konflik gajah dilakukan jangka pendek, menengah dan panjang.
a. Jangka pendek:
1) Membuat pembatas (barrier) buatan berupa parit kanal, pagar listrik solar cell dan pos penjagaan. Video/dokumen dipakai sebagai panduan strategi penanggulangan konflik gajah di Kabupaten Bener Meriah dan segera menyusun rencana kerja.
2) Pemasangan GPS collar sebagai 'early warning sistem'.
3) Melakukan upaya penggiringan gajah dari area masyarakat oleh tim terpadu.
4) Pembinaan habitat gajah melalui upaya pengkayaan jenis pakan gajah di areal penggiringan.
5) Menggalang potensi pendanaan dalam waktu 3 (tiga) bulan