Harga Gula Naik

Dilema Pedagang Gula Pasir di Aceh, Sudah Beli 500 Sak di Medan, Tapi Tak Berani Bawa Pulang

Informasi Serambinews.com peroleh, pasokan gula dari Sumut terhenti menyusul adanya instruksi Pemrov Sumut yang melarang ke luarnya gula pasir

Penulis: Herianto | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HERIANTO
Wadir Reskrimsus Polda Aceh, AKBP Hairajadi SH, Kadisperindag Aceh, Drs Muslem, Kadis Pangan Cut Yusmaniar sedang mewawancarai pedagang gula pasir di Pasar Aceh Senin (23/3/2020). 

Laporan Herianto | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Harga gula pasir di Aceh dilaporkan bergerak naik, menyusul terhentinya pasokan gula dari Provinsi Sumatera Utara.

Informasi Serambinews.com peroleh, pasokan gula dari Sumut terhenti menyusul adanya instruksi Pemrov Sumut yang melarang ke luarnya gula pasir dari provinsi itu.

Larangan ke luarnya gula dari Sumut ini membuat para pedagang gula di Aceh menghadapi dilema.

Pasalnya, mereka telah membeli gula pada distributor di Medan, Sumatera Utara, tapi tidak berani membawa pulang ke Aceh karena takut ditahan di perbatasan Aceh.

Dilema para pedagang gula di Aceh ini, diungkap oleh Wakil Ketua Kadin Aceh Bidang Perdagangan, H Ramli seusai rapat di Kantor Gubernur Aceh, Rabu (25/3/2020).

Rapat yang dilaksanakan Asisten II Setda Aceh, H T Ahmad Dadek, dihadiri Plt Kadisperindag Aceh, Drs Muslem, Kadis Perkebunan dan Pertanian, A Hanan, ST, MT, Kadis Ketahanan Pangan, Cut Yusminar, Kadis Kesehatan Aceh, dr Hanif,  Kepala Biro Ekonomi, Amiruddin, dan sejumlah pengurus Kadin Aceh serta pedagang gula di Aceh.

Ramli, pemilik Toko Istana Telur yang merupakan salah satu pemasok gula di Aceh mengatakan, setelah PT Kande Agung/PT Mastura tidak lagi memasok gula pasir dari Lampung dan Surabaya pada tahun 2017 lalu, kini praktis pasokan gula ke Aceh sangat tergantung dari Medan Sumatera Utara.

Maka, ketika pada Jumat (20/3/2020) lalu, Polda Sumut menyerukan gula pasir yang ada di Sumut tidak boleh diedarkan ke luar Sumut, pedagang gula pasir di Aceh tidak berani membawa lagi gula ke Aceh.

Padahal, kata Ramli, ada sejumlah pengusaha Aceh sudah membeli gula pasir dari distributor di Medan.

Tapi gula ini belum berani dibawa ke Aceh karena khawatir ditahan di perbatasan Aceh - Sumut, di Besitang.

Medan Mulai Hentikan Pengiriman Gula ke Pidie, Sejumlah Pedagang Mengeluh

Beredar Info Poldasu Larang Jual Gula Pasir Medan ke Aceh, Ini Kata Wadir Reskrimsus Polda Aceh

Tak Ada Pasokan dari Sumut, Harga Gula Melonjak  

Ramli mengatakan, kondisi itu sudah ia sampaikan dalam rapat penanganan stok kebutuhan pokok menghadapi pencegahan covid 19.

Menurutnya, Pemerintah Aceh, melalui Polda Aceh, akan melakukan koordinasi dengan Polda Sumut, agar gula pasir milik pedagang di Aceh yang sudah dibeli dari pedaganag gula pasir di Sumut, tidak ditahan di perbatasan.

Ramli mengatakan, jika ada jaminan dari Polda Aceh, gula pasir yang telah dibelinya tidak ditahan di perbatasan, maka pada Kamis besok, ia akan memuat 500 sak gula pasirnya yang ada di Medan untuk dibawa ke Banda Aceh dan Aceh Besar.

Menurutnya, jumlah gula yang telah dibelinya di Medan itu akan sangat berguna untuk menambah stok gula pasir di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Ramli mengatakan, di toko miliknya Istana Telur yang berada di Peunayong, saat ini hanya memiliki stok gula pasir sekitar 40 - 50 sak.

Karena stok yang sudah menipis, dia tidak lagi menjual dalam partai besar, melainkan harus dijual eceren dengan harga Rp 18.000/Kg.

Setiap orang hanya dibolehkan membeli 2 Kg, dan untuk pedagang pembuat roti/kue diberikan 5 - 10 Kg.

"Hal itu kami lakukan, untuk menjaga pelanggan dan meredam keresahan masyarakat terhadap kenaikan harga gula pasir, karena stoknya sudah menipis secara nasional,” ujar Ramli.

Harga Gula Pasir di Meulaboh Tembus Rp 22 Ribu Per Kilogram

Stok di Sabang

Sementara itu, Zulkarnain, pedagang grosir gula pasir di Pasar Aceh juga mengatakan bahwa semenjak, Selasa (24/3/2020), dia tidak lagi menjual gula pasir partai besar, tapi sudah eceran.

Kalau kita jual partai besar, stok gula pasir 50 sak, bisa habis dalam waktu satu hari, tapi kalau dijual eceran, bisa bertahan satu minggu, dan pelanggan tetap terjaga, kata Zulkarnain.

Ia mengatakan, gula pasir dijualnya di harga Rp 18.000/Kg.

Setiap orag hanya dibolehkan membeli 2 kilogram, kecuali untuk pedagang kue basah/roti yang dikenalnya, maka diberikan jatah 5 - 10 Kg.

Sama halnya seperti Ramli, Zulkarnain juga menyarankan kepada Pemerintah Aceh untuk meminta izin kepada Menteri Perdagangan agar memberikan kuota impor gula Aceh.

Hal ini untuk menanggulangi semakin menipisnya stok gula pasir di Provinsi berpenduduk 5 juta jiwa ini.

Zulkarnain mengatakan, informasi yang diperolehnya dari pedagang di Sabang saat ini di pulau freeport tersebut ada stok gula pasir sekitar 500 ton.

"Kalau diizinkan oleh Menteri Perdagangan untuk dibeli dan diimpor ke Aceh daratan, maka kami siap membelinya. Silahkan pemerintah mengenakan bea masuknya yang rasional dan kami siap menebusnya," ujar Zulkarnain.

Ramli dan Zulkarnain mengatakan, stok kebutuhan pangan yang sudah menipis dalam minggu ini, hanya gula pasir.

Lainnya, seperti telur ayam, minyak goreng, teung terigu dan beras cukup banyak.

Harga beras cenderung menurun, karena di beberapa daerah sedang panen.

Berikut rinciannya.

* Beras Keumala lokal kualitas sedang dijual Rp 145.000/sak (15 Kg) dari sebelumnya Rp 150.000/sak

* Beras Tangse Premium dijual Rp 155.000/sak dari sebelumnya Rp 160.000/sak.

* Telur ayam ras Rp 39.000 - Rp 40.000/lemping (30 butir)

* Tepung terigu Rp 8.000 - Rp 9.000/Kg

* Minyak goreng Rp 11.500 - Rp 12.000/Kg.

Pegang Pinggul Istri Orang, Pria Ini Dibacok Dengan Parang, Begini Kronologinya

Di Tengah Mewabahnya Corona, Warga Abdya Ramai-ramai Pulang dari Malaysia & Jakarta, Satu Masuk ODP

Naik Tajam

Pantauan Serambinews.com, Rabu (25/3/2020), di sejumlah pasar tradisional dan pasar swalayan di Banda Aceh, harga gula pasir yang tiga hari lalu dijual Rp 18.000 per kg, kini naik menjadi Rp 20-23 ribu per kilogram.

Pengecekan Serambinews.com di Pasar Lambaro, Aceh Besar siang tadi, harga gula dijual bervariasi.

Pada satu toko dijual dengan harga Rp 23 ribu per kilogram.

Sementara di toko lain pada deretan yang sama, dijual dengan harga Rp 21 ribu per kg.

Sedangkan di salah satu swalayan yang berada di kawasan Lambaro, hingga siang tadi gula dijual seharga Rp 19 ribu per kilogram.

Informasi lain diperoleh Serambinews.com, naiknya harga gula ini karena semakin menipisnya stok gula pasir di pasar tradisional di Aceh, khusunya di Banda Aceh dan Aceh Besar.

“Sudah tiga hari pasokan gula pasir dari Sumut tidak masuk ke Aceh,” ungkap salah satu pedagang kelontong di Pasar Lambaro.

Suzuya Mall, pasar swalayan terbesar di Banda Aceh bahkan sudah sebulan terakhir tidak lagi menjual gula pasir.

Viral di Medsos, Artis Lokal Hamdani Nyanyikan Lagu Virus Corona Berbahasa Alas

Harus Diimpor

Menyikapi kondisi ini, Asisten II Setda Aceh, H T Ahmad Dadek, Rabu (25/3/2020) siang tadi menggelar rapat bersam Plt Kadisperindag Aceh, Drs Muslem, Kadis Perkebunan dan Pertanian, A Hanan, ST, MT, Kadis Ketahanan Pangan, Cut Yusminar, Kadis Kesehatan Aceh, dr Hanif,  Kepala Biro Ekonomi, Amiruddin, dan sejumlah pengurus Kadin Aceh.

Dalam rapat yang berlangsung di Kantor Gubernur Aceh ini, muncul wacana dari pengusaha untuk mengimpor gula dari luar negeri, guna memenuhi kebutuhan di Aceh.

“Pemerintah Aceh harus mengusulkan kepada Menteri Perdagangan agar membolehkan impor gula ke Aceh, untuk pemenuhan kebutuhan gula pasir di provinsi ini,” kata Wakil Ketua Kadin Aceh Bidang Perdagangan, H Ramli setelah rapat tersebut, kepada Serambinews.com, Rabu (25/3/2020).

Alasannya, kata Ramli, produksi gula nasional saat ini memang sedang menurun, termasuk pabrik gula pasir yang ada di Lampung dan Sumut.

Informasi diperoleh, lanjut Ramli, hingga bulan ini pabrik-pabrik gula di Sumut dan Lampung belum melakukan penggilingan, karena alasan tebu yang ditanam belum cukup umur untuk dipanen dan digiling.

Keadaan itu, kata Ramli, membuat stok gula pasir di Sumut juga menipis.

Sehingga belakangan, pihak Pemprov Sumut melalui Polda melarang ke luar gula pasir dari Sumut.

Alasan yang disampaikan Polda Sumut itu sangat kuat, karena stok gula pasirnya terus menipis.

Sementara pabrik gula pasir yang ada di daerah itu milik PTPN, sampai kini belum melakukan penggilingan tebu, kata Ramli.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved