Tinggi, Kelompok Rentan Terinfeksi Covid-19 di Aceh  

Satuan Tugas (Satgas) Unsyiah melakukan kajian ilmiah untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga Aceh tentang virus Corona

Editor: bakri
For serambinews.com
Prof Dr Khairul Munadi 

BANDA ACEH - Satuan Tugas (Satgas) Unsyiah melakukan kajian ilmiah untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga Aceh tentang virus Corona (Covid-19) dan kepatuhan warga terhadap social distancing termasuk distribusi informasi yang beredar di masyarakat terkait virus ini.

Survei dilakukan oleh Tim Peneliti dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Unsyiah dipimpin Prof Dr Khairul Munadi dengan anggota Dr Syamsidik dan Rina Suryani Oktari MSi.

Kajian dilakukan dengan metode sampling incidental (nonprobability sampling) menggunakan media online selama 24 jam dari 22-23 Maret 2020 dengan menggunakan google form. Survei berhasil menghimpun data dari 4.628 orang responden yang berdomisili di Provinsi Aceh.

Salah satu kesimpulan tim peneliti adalah, berdasarkan 4.628 data responden di Provinsi Aceh, terdapat porsi yang cukup signifikan dari responden (sekitar 57%) yang memiliki anggota keluarga yang rentan menjadi terinfeksi covid-19, seperti ibu hamil, balita, warga senior (usia di atas 65 tahun), dan penderita penyakit kronis (seperti diabetes dan jantung).

Kesimpulan lainnya, per tanggal 24 Maret 2020 atau saat survei diakhiri, sebagian besar responden masih melakukan aktivitas di luar rumah (sekitar 94%) dengan sekitar 35% nya masih beraktivitas ke luar rumah 4 kali atau lebih dalam satu hari. Bahkan sekitar 34% menghabiskan waktu di luar rumah selama 3 jam atau lebih.

“Ini perlu menjadi perhatian sebab semakin tinggi frekuensi aktivitas di luar rumah dan semakin lama berada di luar rumah (tempat keramaian), maka seorang akan semakin rentan terkena infeksi virus COVID-19,” kata pimpinan tim, Khairul Munadi didampingi Syamsidik dan Rina Suryani Oktari kepada Serambi, Kamis (26/3).

Tim juga menyimpulkan cukup banyak responden yang menghabiskan waktu di tempat yang berpotensi menggagalkan prinsip social/physical distancing seperti warung kopi dan resepsi pernikahan. Kedua tempat tersebut, lanjut Khairul menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh sekitar 29% responden.

Kedua tempat ini direkomendasikan agar dipantau/diawasi lebih ketat mengingat kesuksesan cara menghambat penularan virus Covid sangat bergantung dari social/physical distancing yang ketat jika pilihan lockdown tidak dilaksanakan.

Juga disimpulkan, secara kualitatif, para responden mengharapkan agar pemerintah mempertegas mekanisme menjaga jarak (social/physical distancing) dan memperkuat kapasitas medik di kabupaten/kota seluruh Aceh, memastikan ketersediaan masker dan hand sanitizer untuk individu yang sekarang semakin langka, dan meningkatkan kesiapan tenaga kesehatan melalui penyediaan alat pelindung diri (APD) yang lengkap dan sesuai standar.

Catatan peneliti

Peneliti memberikan catatan bahwa sebaran responden tidak proporsional dengan jumlah penduduk setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Namun secara umum dapat menggambarkan tingkat kepatuhan warga Aceh terhadap penerapan social distancing/physical distancing tersebut.

Secara umum, distribusi responden berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh perempuan dengan selisih sekitar 13%. Mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri/Pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Selain itu, jenis pekerjaan yang cukup dominan adalah pelajar/mahasiswa. Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah lulusan S1 dan selanjutnya adalah lulusan SMA/MA. Hampir 1/3 responden merupakan warga Kota Banda Aceh. Jumlah responden yang cukup besar juga tercatat dari Kabupaten Aceh Besar (sekitar 18.8%).

Kenyataan ini memperlihatkan tingkat kerentanan keluarga di Aceh terhadap virus dikaitkan dengan kondisi fisik dan kesehatan. Peran media sosial dan televisi signifikan dalam menyampaikan pesan-pesan ke masyarakat. Peran yang juga tidak kalah pentingnya adalah media cetak (koran).

“Di tengah gempuran dunia digital, ternyata cukup banyak warga Aceh yang masih menggunakan media cetak sebagai sumber informasinya. Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah peran tokoh agama dalam penyampaian pesan-pesan terkait virus,” ujar trio penelititi dari TDMRC Unsyiah, ini.

Mayoritas responden menyatakan beraktivitas di kantor selama seminggu ini jika keluar rumah. Selanjutnya, sekitar 39% juga menyatakan pergi ke pasar. Yang menarik adalah terdapat sekitar 1/5 dari responden yang menyatakan sering menghabiskan waktunya di warung kopi selama seminggu terakhir.

Ini tentu bertentangan dengan prinsip physical distancing/social distancing yang diimbau oleh pemerintah untuk memutus rantai penularan Covid-19. Ada sekitar 8.47% yang menyatakan sering menghadiri resepsi pernikahan dalam seminggu terakhir.

Masjid juga menjadi tempat yang signifikan dikunjungi oleh para responden. Ini perlu menjadi catatan agar dilakukan penyesuaian dan perbaikan sarana di masjid agar dapat membantu memutus rantai penularan virus. Mayoritas responden menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil atau sepeda motor sebagai moda transportasinya. Penggunaan kendaraan publik seperti bus umum tidak disarankan dalam masa-masa krisis ini.

Responden secara umum memiliki persepsi ragu-ragu terhadap kesiapan Pemerintah Aceh dalam menghadapi ancaman Covid-19. Terdapat 2.455 responden (53%) yang menyatakan mereka ragu-ragu. Sekitar 19% menyatakan sebenarnya Pemerintah Aceh tidak siap menghadapi ancaman ini. Namun, cukup menarik jika disimak bahwa sekitar 28% responden berpersepsi bahwa Pemerintah Aceh siap dalam menghadapi Covid-19.

Secara umum, hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat masih membutuhkan informasi resmi dari pemerintah setempat. Beberapa informasi yang dibutuhkan termasuk di antaranya: bagaimana penularan dapat terjadi, mengapa perlu isolasi, berapa lama virus dapat bertahan hidup pada orang yang positif Covid-19, apakah masker efektif dapat mencegah virus Corona, bagaimana membedakan flu biasa dengan Covid-19, bagaimana mencegahnya dan apa yang harus dilakukan ketika gejala muncul hingga transparansi mengenai jumlah dan penyebaran Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dengan Pemantauan (PDP) dan positif Covid-19 secara real.

Beberapa responden juga menyarankan agar diberlakukan kebijakan lockdown di seluruh wilayah Aceh, serta melibatkan TNI dan polisi untuk merazia seluruh tempat. Sebagian besar responden juga menyarankan penyiapan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap untuk para petugas medis, serta pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk menangani covid-19.(nas)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved