Berita Abdya
Harga Gula Pasir di Abdya Capai Rp 25.000 Per Kilogram, Pospera Saran Impor Melalui Pelabuhan Sabang
Harga ini jauh di atas harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 12.000 kg atau sudah naik lebih 100 persen.
Penulis: Rahmat Saputra | Editor: Mursal Ismail
Harga ini jauh di atas harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 12.000 kg atau sudah naik lebih 100 persen.
Laporan Rahmat Saputra I Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Harga gula pasir putih yang dijual eceran di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) hingga Rabu (1/4/2020) terus merangkak naik.
Beberapa waktu lalu, harga gula pasir di sejumlah toko dan swalayan di kawasan Blangpidie masih Rp 18.000 hingga Rp 20.000 kg.
Saat ini, harga gula pasir dijual di sejumlah swalayan dan kios di kawasan Blangpidie dan Susoh berkisar Rp 20.000 per kg, Rp 22.000 per kg, bahkan ada yang menjual Rp 25.000 per kg.
Harga ini jauh di atas harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 12.000 kg atau sudah naik lebih 100 persen.
Kondisi ini sangat memberatkan masyarakat Aceh, khususnya Abdya.
• UPDATE Kasus Corona di Indonesia 1 April: 1677 Positif, 103 Sembuh, 157 Meninggal Dunia
• Bantu Warga Berpenghasilan Rendah yang Terdampak Corona, Presiden Erdogan Sumbang Gaji 7 Bulan
• Dianggap Lalai Antisipasi Virus Corona, Presiden Jokowi Resmi Digugat
Apalagi saat ini di tengah kondisi ruang gerak masyarakat terbatas untuk bekerja karena sedang antisipasi dari virus Corona.
Harga gula pasir ini, diprediksikan terus merangkak naik, terlebih menjelang Bulan Ramadhan.
Menanggapi hal itu, Ketua Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Abdya, Harmansyah meminta Plt Gubernur Aceh segera mengimpor gula melalui Pelabuhan Bebas Sabang.
"Impor gula melalui Sabang khusus untuk kebutuhan Aceh sepertinya harus menjadi perioritas.
Sebab tidak mungkin kita terus menerus disandera oleh pengusaha gula dari Sumatera Utara.
Setiap menjelang Ramadhan dan hari raya, selalu saja harga gula tinggi," kata Ketua Pospera Abdya, Harmansyah.
Harmansyah optimis jika pelabuhan bebas sabang dapat difungsikan atau kran impor gula khusus Aceh dibuka, maka harga gula di Aceh tidak akan mahal seperti ini.
"Saya yakin banyak pengusaha Aceh yang sanggup menjadi importir gula.
Hanya saja Pemerintah Aceh bisa memfasilitasi para pengusaha, supaya lebih mudah dan cepat prosesnya," saran Harmasyah.
Menurutnya, jika impor itu bisa dilakukan, maka Pelabuhan Bebas Sabang yang sudah dibangun ratusan miliar ini bisa berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat Aceh.
"Saya rasa sudah saatnya masyarakat Aceh merasakan manfaat dari pelabuhan Sabang itu.
Jangan hanya sebagai hiasan yang tidak bisa dinikmati masyarakat," pungkasnya. (*)