Ilmuwan Sebut Sebagian Pasien Covid-19 Mengalami Gangguan Saraf

Sejumlah ahli saraf di dunia menyebutkan bahwa sebagian pasien Covid-19 juga mengalami perkembangan kerusakan pada bagian otak.

Editor: Amirullah
thesun.co.uk
Bikin Obat Racikan dari Antivirus untuk Dua Penyakit Ini, Thailand Sanggup Sembuhkan Pasien Corona Hanya dalam Waktu 48 Jam, Bahkan Pasien Sudah Bisa Lakukan Ini Hanya dalam 12 Jam 

Meskipun, dalam satu makalah baru-baru ini, para ilmuwan China mencatat bahwa ada beberapa bukti bahwa virus corona bisa saja tidak terbatas pada saluran pernapasan dan menyerang sistem saraf pusat, dan penulis berspekulasi bahwa ini mungkin berpotensi menyebabkan kegagalan pernapasan akut pada pasien Covid-19.

Di antara laporan pertama tentang gejala tersebut dilakukan oleh seorang ahli saraf di Wuhan, China, tempat wabah bermula.

Sejak laporan pada Februari itu diluncurkan, para spesialis mengamati gejala serupa di Jerman, Perancis, Austria, Italia, Belanda, hingga Amerika Serikat dan dilakukan pada pasien di bawah usia 60 tahun.

Beberapa pasien dirawat karena adanya perubahan kondisi mental dan pada akhirnya dinyatakan positif Covid-19 meskipun tidak memiliki gejala klasik seperti demam atau batuk.

Mitos dan Fakta Seputar Wabah Virus Corona, Penyemprotan Desinfektan sampai Minum Antibiotik

Empat pasien lansia yang datang ke Rumah Sakit Danbury di Connecticut dengan ensefalopati juga akhirnya dinyatakan positif Covid-19, meskipun mereka tidak memiliki gejala lain.

Pasien yang menderita ensefalopati dan gejala bingung atau tidak koheren cenderung mengalami kejang, dan harus menerima pengobatan sesegera mungkin.

Namun, menurut ahli saraf di N.Y.U. Langone Health, Dr. Jennifer Frontera, kejang dapat bermanifestasi dengan cara yang lebih halus, tidak selalu ditunjukkan dengan perilaku yang dramatis seperti digambarkan dalam film atau acara televisi.

"Kejang tidak selalu membuat orang jatuh dan bergetar di tanah," kata Frontera.

"Beberapa penderita bisa saja seperti membelok, tidak memperhatikan, membuat gerakan yang tidak bertujuan berulang, atau hanya mengalami perubahan status mental ketika tidak sendirian."

Tetapi bahkan jika kejang tidak teramati, orang yang sakit harus waspada terhadap potensi gejala mental.

Frontera mengatakan, ketika merasa demam dan sakit kita memang merasa tubuh kita tidak nyaman, namun kita harus tetap bisa berinteraksi secara normal.

"Kita harus tetap dalam keadaan bisa menjawab rangkaian pertanyaan dan berkomunikasi secara normal," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebagian Pasien Covid-19 Juga Mengalami Gangguan Saraf"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved