Update Corona di Aceh Tamiang

Aceh Tamiang Butuh Seribu Rapid Test untuk Awasi Pendatang dari Luar Negeri

Mursil menyebut TKI yang menggunakan jalur pesisir bukan hanya warga Aceh Tamiang, tapi berasal dari berbagai daerah, termasuk Medan, Sumatera Utara.

Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Ansari Hasyim
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto (kanan) memberikan keterangan terkait penanganan virus corona di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Yuri mengatakan pemerintah kedepannya akan menerapkan tes cepat (rapid test) COVID-19 melalui darah yang hasilnya dapat keluar lebih cepat, dapat dilakukan oleh seluruh rumah sakit di Indonesia dan akan efektif dilakukan kepada pasien yang telah terjangkit virus corona selama satu minggu. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay) 

Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang

SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Kabupaten Aceh Tamiang membutuhkan sedikitnya seribu unit rapid test untuk memastikan kondisi seluruh pendatang bebas dari virus Corona, khususnya melalui pesisir.

Kebutuhan rapid test ini diungkapkan Bupati Aceh Tamiang Mursil sangat mendesak mengingat gelombang kedatangan TKI melalui pesisir terus terjadi.

"Setiap hari ada puluhan TKI yang masuk melalui perairan Aceh Tamiang. Ini sangat beresiko mendatangkan virus Corona," kata Mursil, Senin (6/4/2020).

Gelombang kepulangan TKI ini merupakan dampak langsung atas penerapan lockdown di Malaysia.

Mursil menyebut TKI yang menggunakan jalur pesisir bukan hanya warga Aceh Tamiang, tapi berasal dari berbagai daerah, termasuk Medan, Sumatera Utara.

Stok 60 unit rapid test yang dimiliki saat ini disebutnya belum bisa mendukung pengawasan ini.

"Jadi pesisir kita ini memang sudah dijadikan pintu utama oleh TKI dari berbagai daerah. Normalnya satu per satu harus diperiksa, tapi sekali lagi kita tidak memiliki anggaran," ungkapnya.

Keterbatasan anggaran ini membuat Pemkab Aceh Tamiang hanya bisa mengimbau warga yang terdata memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri untuk mengisolasi mandiri.

Diakuinya kebijakan ini kurang efektif karena rentan dilanggar oleh orang tersebut.

Dia khawatir bila pola pengawasan ini tidak diubah akan menciptakan bom waktu.

Menurutnya sangat terbuka satu kampung terserang virus Corona akibat tingkat kesadaran warga memeriksakan kesehatannya rendah.

VIDEO - Cerita Pasien Positif di Aceh Sembuh dari COVID-19 dan Pesan Mereka Kepada Masyarakat Aceh

Edukasi di Tengah Pandemi Corona, LPP RRI Takengon Luncurkan Program Belajar di RRI

BREAKING NEWS - Kejari Bireuen Tahan Mantan Keuchik, Korupsi Dana Desa Tahun 2018 Rp 296 Juta

"Tidak semua warga memiliki pandangan serupa tentang kesehatan. Yang kita khawatirkan hanya karena satu orang malas berobat, ternyata sudah positif Corona," ujarnya.

Skenario terbaik menurutnya pengawasan ini dilakukan menggunakan rapid test.

Selain itu, dia berharap Pemerintah Aceh bersedia mendirikan ruang isolasi khusus di Aceh Tamiang sebagai antisipasi terburuk virus Corona.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved