Penentuan Awal Ramadhan

Ini Hasil Kajian Ilmu Falak Terkait Penentuan Awal Ramadhan Tahun ini

Apabila hilal saat matahari terbenam sudah berada di atas ufuk, maka malam itu sudah dianggap masuk bulan baru.

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Taufik Hidayat
IST
Tgk Ismail SSy MA 

Laporan Saiful Bahri | Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Di Indonesia, kriteria dalam menentukan masuk awal bulan baru dalam penyusunan kalender hijriah masih belum seragam. Pemerintah dan beberapa Ormas Islam masih mempertahankan prinsip dengan kriteria masing-masing dalam menyusun kalender hijriah.

Perbedaan kriteria dalam penyusunan kalender hijriah akan mempengaruhi keseragaman dalam mengawali bulan Ramadhan, bila kondisi hilal belum terpenuhi kriteria yang dipakai oleh semua kalangan di Indonesia.

Dosen Ilmu Falak Jurusan Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah  IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is, menjelaskan, untuk Organisasi Muhammadiyah, dalam penenetapan awal bulan hijriah mengacu kepada kriteria hisab hakiki Wujudul Hilal, apabila hilal saat matahari terbenam sudah berada di atas ufuk, maka malam itu sudah dianggap masuk bulan baru.

Nahdlatul Ulama (NU) menganut kriteria hisab hakiki Imkan Rukyat 2 derajat, apabila posisi hilal saat matahari terbenam sudah berada di atas 2 derajat, maka kesaksian hilal itu diterima dan malam itu dianggap masuk bulan baru.

Persatuan Islam (Persis) menganut kriteria hisab hakiki Imkan Rukyat 3 derajat untuk tinggi hilal dengan 6,4 derajat untuk sudut elongasinya, artinya apabila saat matahari terbenam, hilal sudah berada di atas 3 derajat dengan sudut elongasinya 6,4 derajat, maka malam itu dianggap sudah masuk bulan baru.

Jadi, untuk mengetahui kapan jatuh 1 Ramadhan 1441 H, lanjut Tgk Ismail, terlebih dahulu harus mengetahui kondisi hilal (bulan sabit yang terlihat di atas kaki langit barat setelah matahari terbenam).

Hilal menjadi patokan dalam menetapkan awal bulan hijriah dalam kalangan mazhab hisab dan mazhab rukyat di Indonesia.

Data hilal untuk awal Ramadhan 1441 H di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Konjungsi geosentrik atau ijtma’ yaitu peristiwa ketika nilai bujur ekliptika bulan sama dengan nilai ekliptika matahari dengan diandaikan pengamat berada di pusat bumi. Peristiwa ini kembali terjadi pada Kamis, 23 April 2020 pukul 09.26 WIB atau pukul 10.26 WITA atau pukul 11.26 WIT.

2. Tinggi hilal di atas ufuk barat pada Kamis,  23 April 2020 masehi atau 29 Syakban 1441 H saat matahari terbenam di seluruh Indonesia berkisar antara 3,76 derajat busur (tertinggi) di Tua Pejat, Sumatera Barat, sampai dengan 2,70 derajat busur (terendah) di Jaya Pura.

3. Sudut elogasi adalah jarak sudut antara pusat piringan bulan dengan pusat piringan matahari yang terbentuk saat matahari terbenam di tempat pengamatan. Nilai sudut elogasi bulan saat matahari terbenam pada Kamis, 23 April 2020 atau 29 Syakban 1441 H di seluruh Indonesia berkisar antara 4,20 derajat (terendah) di Merauke sampai 5,11 derajat (tertinggi) di Sabang Aceh.

Sehingga dari data hilal di atas, sebutnya,  dapat dipastikan semua kriteria awal bulan hijriah yang dipakai selama ini oleh ormas Islam di Indonesia sudah terpenuhi pada tanggal 23 April 2020 atau 29 Syakban 1441 H.

 "Artinya, secara perhitungan ilmu falak awal Ramadhan 1441 H jatuh pada Jumat, 24 April 2020," ujarnya.

Namun begitu, untuk kepastian dalam memasuki awal bulan Ramadhan 1441 H, haruslah  menunggu hasil sidang Itsbat pemerintah yang akan dilaksanakan 23 April 2020 sore di Jakarta.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved