Anak Karakatau Erupsi

Anak Krakatau Erupsi, Ini Catatan Sejarah Letusan Krakatau Yang Membuat Tsunami Dunia

BMKG menjelaskan bahwa berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan menggunakan Tide Gauge dan Radar Wera menunjukkan erupsi Gunung Anak Krakatau t

Editor: Ansari Hasyim
Instagram @natgeoindonesia
Penampakan kengerian Erupsi Gunung Anak Krakatau sehari setelah tsunami di Banten 

Laporan Syamsul Azman I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Gunung Anak Krakatau kembali meletus, Jumat (10/4/2020) malam.

BMKG menjelaskan bahwa berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan menggunakan Tide Gauge dan Radar Wera menunjukkan erupsi Gunung Anak Krakatau tidak memicu terjadinya tsunami.

Terdengar pula dentuman di Jabodetabek yang membuat resah masyarakat, maka sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.

Dentuman tersebut anggapan masyarakat akibat adanya erupsi Gunung Anak Krakatau, namun Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan RI) melalui sosial media Instagram @lapan_ri, menjelaskan dentuman tersebut kemungkinan bukan dari suara letusan Gunung Anak Krakatau

Sejarah

Gunung Api Anak Krakatau, yang terletak di Selat Sunda, termasuk ke dalam wilayah Lampung Selatan dan merupakan salah satu gunung api aktif dari 129 gunung api Indonesia.

Cegah Penyebaran Virus Corona, Begini Kebijakan Masjid Baitur Rahim Kepada Jamaah Shalat Jumat

Harga Tomat di Tingkat Agen Penampung Turun Drastis di Pidie Jaya. Ini Penyebab dan Kisaran Harganya

Begini Curhatan Seorang Paramedis Soal Kesulitan di Balik APD yang Dikenakannya

Gunung Api Anak Krakatau sendiri sejak lahir tahun 1929, sampai saat ini masih memperlihatkan amukannya. Pada tahun 1993 dan 2001 letusan terjadi hampir setiap hari.

De Neve, dalam bukunya Worlwide ash fallout and distribution of the great eruptions of Tambora, menjelaskan bahwa letusan gunung Krakatau di Selat Sunda bisa mencapai 21.574 kali bom atom.

Ia juga berpendapat bahwa Gunung Api Anak Krakatau dilahirkan dengan kekuatan 45 kali bom atom. Namun letusan Gunung Tambora merupakan letusan yang paling besar di seluruh dunia dan yang tercatat 8 kali lebih besar dari letusan Krakatau 1883.

Perubahan dari Krakatau 1883 ke Anak Krakatau 1930, Menurut Verbeek dalam bukunya The Krakatoa eruption, kegiatan erupsi Krakatau dimulai pada Mei 1883, dan erupsi Plinian selama tiga hari terjadi pada 26, 27, dan 28 Agustus 1883.

Tekanan gas tinggi mengakibatkan hilangnya Gunung Api Perbuwatan, Gunung Api Danan, dan sebagian Gunung Api Rakata dan menyemburnya jutaan meter kubik material batu apung yang menghempaskan air laut.

Sehingga menimbulkan gelombang pasang (tsunami) dengan ketinggian lebih dari 30 M, merusak pulau-pulau di Selat Sunda dan sepanjang pantai Lampung Selatan dan Jawa Barat.

Tsunami yang ditimbulkan oleh letusan Krakatau telah menelan korban jiwa 36.417 orang dan menghancurkan kehidupan dan harta benda sepanjang pantai Lampung Selatan dan Jawa Barat

Penelitian Verbeek menyimpulkan bahwa tsunami Krakatau menimbulkan gelombang tinggi terjadi di Merak, 36 M; Teluk Betung, 24 M; dan pantai selatan Bengkulu, 15 M.

Padang, Sumatera Barat, tercatat 13 kali gelombang air pasang/ tsunami akibat dari letusan Krakatau.

Tsunami yang terjadi pada jam 10 pagi, 27 Agustus 1883 mempunyai kecepatan antara 540 sampai 810 km/jam.

Tsunami mengelilingi dunia dari Krakatau ke arah barat dan timur, kemudian dipantulkan kembali sebanyak 6 kali.

Gunung Anak Krakatau

Pada 29 Desember 1927 terjadi letusan bawah laut. Letusan tersebut menyemburkan air laut di pusat Kompleks Gunung Api Krakatau, menyerupai air mancur yang terjadi terus menerus sampai 15 Januari 1929.

Pertumbuhan Gunung Api Anak Krakatau yang terletak di pusat Kawasan Krakatau, tumbuh dari kedalaman laut 180 meter, dan muncul di permukaan laut pada tahun 1929.

Pada tahun 2000 dilakukan pengukuran dimensi Pulau Anak Krakatau, yaitu tingginya mencapai 315 meter di atas permukaan laut dan volumenya mencapai 5,52 km3.

Secara umum pertumbuhan Gunung Api Anak Krakatau ini rata-rata 4 meter per tahun.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved