Corona Serang Dunia

Pemuda Afrika Diburu di Cina, Diusir dari Rumah, Jadi Gelandangan

Para pemuda asal Afrika di kota terbesar Cina selatan telah menjadi buruan warga dan polisi, diusir dari rumah, apartemen atau hotel

Editor: M Nur Pakar
AFP/FRED DUFOUR
Sejumlah pemuda Afrika berkumpul di jalanan Kota "Little Africa" sebuah distrik di Guangzhou, Ibu Kota Provinsi Guangdong, Cina pada 2 Maret 2018. 

SERAMBINEWS.COM, BEIJING - Para pemuda asal Afrika di kota terbesar Cina selatan telah menjadi buruan warga dan polisi, diusir dari rumah, apartemen atau hotel, lalu jadi gelandangan.

Mereka telah menjadi sasaran kecurigaan, pengusiran secara paksa, sampai karantina yang sewenang-wenang.
Bahkan harus mengikuti tes virus corona secara massal ketika negara itu meningkatkan perjuangan melawan infeksi impor.

Cina mengatakan telah berhasil menghentikan wabah COVID-19, tetapi sekelompok kasus baru-baru ini terkait komunitas warga Nigeria di Guangzhou memicu dugaan diskriminasi oleh penduduk dan pejabat setempat.

Pihak berwenang di pusat industri berpenduduk 15 juta jiwa itu, Sabtu (11/4) mengatakan delapan orang yang didiagnosis menderita penyakit itu telah menghabiskan waktu di distrik kota Yuexiu, yang dikenal sebagai "Little Africa".

Dikatakan, lima warga negara Nigeria yang menghadapi kemarahan meluas setelah muncul laporan melanggar karantina dan berkunjung ke delapan restoran serta tempat umum lainnya. Ditambahkan, hampir 2.000 orang harus diuji COVID-19 atau menjalani karantina, kata media pemerintah.

Negara Barat Ragukan Data Kematian Akibat Covid-19 di Cina, Begini Bantahan Jubir Kemenlu Cina

Guangzhou telah mengkonfirmasi 114 kasus virus corona impor pada Kamis (9/4), 16 di antaranya warga Afrika, selebihnya warga Tiongkok yang kembali pulang dari luar negeri.

Hal itu telah menyebabkan komunitas Afrika menjadi sasaran kecurigaan, ketidakpercayaan dan rasisme di Cina.

Beberapa warga Afrika kepada AFP, Sabtu (11/4) mengatakan mereka diusir secara paksa dari rumah dan hotel.

"Saya sudah tidur di bawah jembatan selama empat hari tanpa makanan... Saya tidak bisa membeli makanan di mana pun, tidak ada toko atau restoran yang melayani saya," kata Tony Mathias, seorang mahasiswa yang mengikuti pertukaran pelajar asal Uganda yang dipaksa keluar dari apartemennya pada Senin (6/4/2020).

"Kami seperti pengemis di jalan," kata pria berusia 24 tahun itu. Mathias menambahkan polisi tidak memberinya informasi tentang tes atau karantina, tetapi sebaliknya mengatakan kepadanya untuk pergi ke kota lain.

Di Tengah Antisipasi Corona, 7 Pekerja Cina Masuk Nagan Raya Hingga Diusir, Ini Penjelasan Kakanim

Polisi di Guangzhou menolak memberikan komentar ketika dihubungi AFP, Sabtu (11/4/2020).

Seorang pengusaha Nigeria mengatakan diusir dari apartemennya pada awal pekan ini.

"Di mana-mana polisi melihat kita, mereka akan datang dan mengejar kita dan menyuruh kita pulang, tetapi kemana kita bisa pergi?" tanyanya.

Warga Afrika lainnya mengatakan telah menjalani tes COVID-19 secara massal, tetapi tidak banyak yang meninggalkan Cina baru-baru ini, sehingga dikarantina secara sewenang-wenang di rumah atau di hotel.

Cina telah melarang warga asing memasuki negara itu dan banyak pelancong dikirim ke karantina 14 hari, baik akomodasi mereka sendiri atau fasilitas pemerintah.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved