Covid 19 di Aceh
Pengamat: Ada yang Cari Panggung di Tengah Musibah Covid-19 di Aceh
Kondisi hari ini dinilai kontradiktif antara anjuran serta seruan social Distancing dan Physical Distancing sesuai protokol WHO.
Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Asnawi Luwi | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pengamat Politik dan Pemerintahan di Aceh, Dr Taufik Rahim MSi, mengatakan, ditengah Aceh dilanda musibah virus corona ( covid-19), ada saja yang mencari sensasi dan kesempatan untuk cari simpatik hati rakyat dibalik musibah situasi virus corona sebagai kepentingan panggung politik menuju Pilkada/Pileg Tahun 2022- 2014 mendatang.
Hal itu diutarakan, Dr Taufik Rahim MSi kepada Serambinews.com, Senin (13/4/2020).
Kondisi hari ini sangat kontradiktif antara anjuran serta seruan socials Distancing dan Physical Distancing sesuai dengan memenuhi protokol World Health Organization (WHO).
Juga sejalan dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ditetapkan melalui Perppu Nomor 1 tahun 2020 yang ditetapan Presiden Republik Indonesia (RI).
Ternyata keputusan politik Presiden RI ini semestinya dapat dipatuhi secara rasional oleh semua pihak.
Tidak hanya ditujukan kepada masyarakat dengan berbagai keterbatasan serta fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dimiliki, tetapi juga bagi para elite politik, pemimpin dan juga yang saat ini dipercayakan untuk ikut mengelola negara serta pemerintahan dalam berbagai tingkatan. Baik itu provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
Bahkan koordinasi antara provinsi dengan kabupaten/kota juga sangat dipertanyakan. Bahkan sepertinya ini tidak berlaku karena merasa pejabat pada level lebih tinggi.
Demikian juga banyak pejabat turun ke desa-desa beramai-ramai ikut melanggar ketentuan socials distancing dan physical distancing, sehingga ber-photo ria, beramai-ramai seolah-olah dibagi ramai yang berminat dan memiliki citra sebagai penolong rakyat lemah serta kesusahan.
Demikian juga para politisi dan pengusaha yang memanfaatkan keprihatinan ditengah wabah serta pandemi coronavirus diseases 2019 (Covid-19), semestinya tidak berlaku semena-mena serta "pongah" melanggar aturan, juga ketentuan physical distancing dan socials distancing dengan dalih memberikan sumbangan dan batuan kepada masyarakat.
Bahkan dimanfaatkan sebagai panggung politik untuk membagi serta menyerahkan sembilan bahan pokok (sembako) dengan seenaknya melanggar aturan.
Bahkan menggunakan momen ini dengan menggunakan anggaran belanja publik, yang seolah-olah merupakan dana dari kantong serta kekayaan pribadi serta kelompok.
Sehingga pada momen penyaluran, bagi-bagi serta memberikan bantuan melibatkan photo-photo bahkan ber-"selfie ria". Seolah-olah memanfaatkan kondisi ini bak momen kampanye politik menuju 2020.
Semestinya, kata Taufik Rahim, ini harus disadari oleh para elite, pejabat publik, para politisi dan pengusaha. Bahwa momen pandemi covid-19 ini masyarakat sedang prihatin, cemas, was-was dengan keadaan serta kelangsungan hidupnya yang serba tidak jelas dan ketakutan akan kapankah virus korona berakhir melanda Aceh.
Karena, pasca virus korona melanda Aceh, sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat ekonomi lemah. Tidaklah memanfaatkan hal ini untuk pencitraan dan mencari panggung politik yang nampak tidak etis serta mengangkangi "etika politik".