Update Corona di Lhokseumawe

Ketua IDI Lhokseumawe: Begini Dampak Stigma Masyarakat Terhadap Penyebaran Virus Corona

Bahkan di beberapa waktu lalu malah jenazah pun mendapat stigma, sehingga ditolak masyarakat untuk di kuburkan di wilayah tersebut," katanya.

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Nur Nihayati
For. Serambinews.com
Ketua IDI Cabang Lhokseumawe, dr Amroelloh. 

Bahkan di beberapa waktu lalu malah jenazah pun mendapat stigma, sehingga ditolak masyarakat untuk di kuburkan di wilayah tersebut," katanya.

Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Lhokseumawe, dr Amroelloh, memaparkan, makin merebaknya wabah covid-19 di tengah masyarakat, membuat panik dan ketakutan.

Terkadang tanpa sadar ada yang berpikir serta bertindak tanpa dasar pengetahuan dan informasi yang benar.

"Saat ini perhatian kita adalah Stigma (stempel negatif pada seseorang) terhadap pasien dan keluarga terinfeksi.

Bahkan di beberapa waktu lalu malah jenazah pun mendapat stigma, sehingga ditolak masyarakat untuk di kuburkan di wilayah tersebut," katanya.

Spesifikasi iPhone SE 2020, Harga Murah Namun Lebih Canggih

VIDEO - Corona Serang TNI, 15 Prajurit Meninggal Dunia

Tiang Listrik PLN Tumbang, Sapi Peliharaan di Lamreh, Aceh Besar Tersengat Kabel Listrik

Ada kasus lainnya, yaitu penolakan masyarakat terhadap tenaga kesehatan yang merawat Pasien covid 19.

Bentuk lainnya yang sering terjadi terkait wabah corona ini adalah stigma terhadap pendatang atau masyarakat yang baru pulang kembali ke daerahnya, baik dari luar negeri maupun luar provinsi.

Sedangkan faktor-faktor penyebab stigma terkait Covid-19, menurut dr Amroelloh, ada tiga, yakni:

1. Informasi yang bias, tidak otoritatif dan terkadang saling berbeda.

Tidak saling mendukung satu sama lainnya, sehingga membuat kehilangan kepercayaan kepada Pemerintah sebagai pemilik otoritas.

Ketidakpercayaan tersebut juga menimbulkan prilaku buruk kesehatan di masyarakat serta ditambah lagi kepercayaan yang merupakan mitos.

2. Kepanikan masyarakat yang terjadi akibat ketakutan, dimana akar masalahnya diakibatkan oleh tidak siapnya Pemerintah karena memang kita belum ada pengalaman terhadap wabah ini.

3. Kebijakan dan istilah .

Contohnya, Sosial distancing, yang menyebabkan secara sosial, orang makin tidak peduli, apa lagi kalau kita menggunakan kata-kata korban covid-19 bukan pasien, seolah-olah menjadi sumber masalah sehingga menimbulkan label negatif bagi penderita.

Sehingga, lanjut dr Amroelloh, stigma tersebut akan menimbulkan dampak bagi pasien dan penyebaran virus Corona.

Dampak Paling ringan adalah kurangnya keberanian melaporkan orang yang memiliki gejala covid-19.

Hal ini akibat takut didiskriminasi atau diusir dari keluarga, desa atau kelompoknya.

"Malah yang lebih dalam lagi akibatnya adalah si pasien yang tidak melapor tersebut menjadi penyebar virus di masyarakat,

sehingga jumlah kasus akan semakin banyak serta juga sulit melacak orang yang kontak sama yang bersangkutan," jelasnya.

Jadi sudah saatnya semua pihak menghilangkan stigma, tapi saling

mendukung dan bersinergi, sehingga dapat melewatinya dengan baik.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved