RA Kartini
Intip! Sejarah Pelopor Emansipasi Wanita, Kisah RA Kartini yang Menolak Disebut Bangsawan
Hari Kartini yang akan dirayakan pada Selasa (21/4) merupakan hari peringatan dalam memperjuangkan emansipasi atau keseteraan kaum perempuan.
Orang Eropa, lanjut dia, lebih sering memanggil mereka "freule" (putri) alih-alih "Raden Ajeng". Betapa kesalnya Kartini karena setelah dijelaskan beberapa kali pun, orang-orang tetap memanggil mereka "freule".
Suatu waktu, tulis Kartini, seorang berkebangsaan Belanda datang untuk berkenalan dengan dirinya dan dua saudarinya. Melihat penampilan tiga anak Bupati Jepara itu, orang Belanda tersebut berbisik ke ayah Kartini.
"Bupati, saya membayangkan pakaian putri-putri begitu gemerlapan, keindahan ketimuran yang luar biasa. Tapi anak-anak Tuan sederhana sekali," ujar orang Belanda tersebut, sebagaimana dituliskan Kartini dalam suratnya tertanggal 18 Agustus 1899 itu.
Kartini menyenangi perbincangannya dengan Stella karena gelar bangsawan jarang terselip di setiap balasan suratnya.
Kartini senang mengetahui bahwa Stella menganggapnya sebagai perempuan biasa, yang sama-sama lantang dan keras menyerukan kebebasan.
"Harapan saya selalu, agar kamu senantiasa memanggil nama saya dan tetap berengkau-kamu kepada saya. Lihat sajalah, betapa baiknya saya mengikuti contohmu," kata Kartini, yang ketika itu berusia 20 tahun.
(Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul: Kartini, Keturunan Bangsawan yang Tak Sudi Disebut Bangsawan
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah RA Kartini yang Menolak Disebut Bangsawan, https://www.tribunnews.com/nasional/2020/04/21/kisah-ra-kartini-yang-menolak-disebut-bangsawan?page=all