Angka Kematian Akibat Corona Terus Mengecil

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat jumlah kasus terkonfirmasi positif virus Corona di Indonesia bertambah

Editor: bakri
Dok. BNPB
Achmad Yurianto 

* Kasus di Jakarta Melambat Pesat

JAKARTA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat jumlah kasus terkonfirmasi positif virus Corona di Indonesia bertambah sebanyak 415 orang. Dengan penambahan tersebut, kini total kasus positif Corona di Indonesia sebanyak 9.511 kasus.

Kenaikan yang cukup signifikan itu menunjukkan penularan Covid-19 di tengah masyarakat masih terjadi. "Kasus positif 9.511 orang," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Selasa (28/4/2020).

Achmad Yurianto pun menyampaikan angka pasien sembuh juga mengalami kenaikan menjadi 1.254 orang setelah ada penambahan sebanyak 103 orang. Dalam hal ini, Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah dengan sebaran pasien sembuh terbanyak, yakni 363 orang. Disusul Jawa Timur sebanyak 144 orang, Sulawesi Selatan 108, Jawa Barat 103, Jawa Tengah 89, dan wilayah lain di Indonesia sehingga total mencapai 1.254 orang.

"Kita bersyukur bahwa pasien sembuh sudah cukup banyak. Di DKI Jakarta sudah mencapai 363 orang, Jawa Timur 144 orang, kemudian Sulawesi Selatan 108 orang, Jawa Barat 103 orang, Jawa Tengah 89 orang sehingga total keseluruhannya adalah 1.254 orang,” jelasnya.

Kriteria pasien sembuh yang diakumulasikan tersebut adalah berdasarkan hasil uji laboratorium selama dua kali dan ketika pasien tidak ada lagi keluhan klinis.

Di samping itu, Achmad Yurianto juga mengatakan, penambahan angka kematian yang terkonfirmasi positif Covid-19 juga terus mengecil. Tercatat hingga kemarin, ada penambahan pasien meninggal sebanyak 8 orang sehingga totalnya menjadi 773 orang. Angka tersebut berangsur-angsur turun apabila dibandingkan dengan data per hari sebelumnya.

Kendati demikian, hal yang masih harus diwaspadai adalah kasus meninggal tersebut paling banyak ada pada kelompok usia sekitar 41-60 tahun dan beberapa lainnya di atas usia tersebut. Selain itu ada faktor penyakit penyerta atau komorbiditas hipertensi, diabetes, jantung dan penyakit paru-paru, yang memperburuk kondisi pasien hingga meninggal dunia.

Selanjutnya Gugus Tugas merincikan data positif Covid-19 di Indonesia yaitu di Provinsi Aceh sembilan kasus, Bali 215 kasus, Banten 388 kasus, Bangka Belitung 10 kasus, Bengkulu 8 kasus, Yogyakarta 93 kasus, DKI Jakarta 4.002 kasus. Selanjutnya di Jambi 32 kasus, Jawa Barat 969 kasus, Jawa Tengah 682 kasus, Jawa Timur 857 kasus, Kalimantan Barat 51 kasus, Kalimantan Timur 115 kasus, Kalimantan Tengah 121 kasus, Kalimantan Selatan 150 kasus, dan Kalimantan Utara 92 kasus.

Kemudian di Kepulauan Riau 89 kasus, Nusa Tenggara Barat 221 kasus, Sumatera Selatan 143 kasus, Sumatera Barat 144 kasus, Sulawesi Utara 43 kasus, Sumatera Utara 111 kasus, dan Sulawesi Tenggara 45 kasus. Lalu di Sulawesi Selatan 453 kasus, Sulawesi Tengah 42 kasus, Lampung 44 kasus, Riau 40 kasus, Maluku Utara 26 kasus, Maluku 22 kasus, Papua Barat 37 kasus, Papua 177 kasus, Sulawesi Barat 37 kasus, Nusa Tenggara Timur 1 kasus, Gorontalo 15 kasus, dan dalam proses verifikasi lapangan 27 kasus.

Akumulasi data tersebut diambil dari hasil uji spesimen sebanyak 79.618 yang dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 46 laboratorium. Sebanyak 62.544 kasus spesimen yang diperiksa didapatkan data 9.511 positif dan 53.033 negatif.

Kemudian untuk jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi 213.644 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 20.428 orang. Data tersebut diambil dari 34 provinsi dan 297 kabupaten/kota di Tanah Air.

Sementara itu, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, mengungkapkan bahwa tren kasus Corona di Indonesia terus melambat. Doni mengatakan kasus Covid-19 di DKI Jakarta mengalami pelambatan yang cukup pesat.

"Khusus DKI Jakarta perkembangan terakhir kasus positif telah alami perlambatan yang pesat. Dan saat ini telah mengalami flat," kata Doni, Selasa(28/4/2020).

Menurunnya kasus Covid itu dia katakan, karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berjalan dengan baik. Pemerintah DKI menurut Doni, tegas dalam menerapkan PSBB. Pemerintah DKI juga mengeluarkan imbauan, peringatan, hingga sanksi kepada perusahaan-perusahaan yang tidak mengikuti protokol kesehatan.

Jumlah penambahan kasus virus corona di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Kota Depok juga terus menurun. Hal itu dikatakan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat, Berli Hamdani Gelung Sakti. Penurunan ini berlangsung pasca-diberlakukannya kebijakan PSBB.

Kendati menurun, lanjut Berli namun sebarannya meluas. "Kalau dilihat dari sebaran kasus, untuk Bodebek selama sembilan hari melakukan PSBB menunjukkan penurunan. Tapi secara wilayah ada perluasan. Jadi sebarannya melebar," ujar Berli.

Menurut dia, Pemprov Jawa Barat (Jabar) akan menggencarkan pengetesan Covid-19 melalui metode polymerase chain reaction (PCR) di kawasan yang memberlakukan PSBB, seperti di Bandung Raya dan Bodebek. Dia mengatakan pengetesan Covid-19 sistem rapid diagnostic test (RDT) akan digencarkan di kawasan non-PSBB yang fungsinya memperluas pemetaan persebaran Covid-9 di Jawa Barat.

Sementara itu, para ilmuwan di Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD) memprediksi wabah Covid-19 di Indonesia bakal kelar pada bulan Juni nanti. Menurut mereka, saat ini Indonesia sudah memasuki masa puncak.

Prediksi ini dibuat oleh Laboratorium Inovasi Berbasis Data (DDI SUTD) dan ditampilkan di situsnya, bertajuk 'Kapankah COVID-19 Akan Berakhir?' Mereka tak hanya membuat perkiraan untuk Indonesia. Ada 27 negara lain yang ikut diprediksi oleh akademisi dari SUTD ini.

Mereka membuat prediksi ini berdasarkan data yang terus diperbaharui, terakhir pada 26 April 2020. Metode yang digunakan adalah model SIR, atau susceptible (rentan), infected (tertular), recovered (sembuh), diterapkan untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi virus Corona ini. Mereka menerapkan kode-kode dari Milan Batista, ilmuwan dari Universitas Ljubljana, Slovenia. Juga data dari situs Our World in Data.

Namun demikian, Laboratorium Inovasi Berbasis Data SUTD ini memperingatkan bahwa penelitian yang mereka tampilkan di situs itu hanya bertujuan untuk pendidikan dan riset, serta bisa jadi memuat kesalahan (eror).

Namun hal itu dibantah pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono. Ia menegaskan bahwa Indonesia masih jauh dari puncak pandemi Covid-19. Di hari-hari mendatang, jumlah pasien positif Covid-19 diprediksi masih akan terus bertambah.

"Menurut perhitungan kami, puncaknya ada di minggu-minggu sebelum lebaran," kata Pandu kepada Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

Pandu mencatat, perhitungan puncak sebelum lebaran akan terjadi bila masyarakat tidak mudik atau pulang kampung ketika mendekati lebaran. Jika masyarakat nekat melakukan perjalanan ke kampung halaman, baik untuk mudik atau alasan apapun, maka periode puncak Covid-19 akan bergeser lagi atau terjadi lebih lama lagi.

Pandu mengingatkan, jika Indonesia menargetkan bulan Juni Covid-19 di Indonesia berakhir, maka diperlukan strategi dan langkah nyata untuk memutus mata rantai penyebaran. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

PSBB tidak hanya untuk Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia yang saat ini sudah menerapkannya. Akan tetapi sebaiknya untuk semua wilayah Indonesia. "Karena persebaran Covid-19 sudah merata ke seluruh wilayah," ungkapnya.

Selain PSBB, tes masal juga harus dilakukan untuk memastikan jumlah pasien positif Covid-19 sesungguhnya. (tribunnetwork/yud/kps/wly/kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved