Warga Aceh Tengah Pertanyakan Bantuan Pemerintah
Sebagian warga Kabupaten Aceh Tengah mempertanyakan bantuan dari pemerintah setempat, terkait dengan dampak penyebaran virus corona
TAKENGON - Sebagian warga Kabupaten Aceh Tengah mempertanyakan bantuan dari pemerintah setempat, terkait dengan dampak penyebaran virus corona (Covid-19). Pasalnya, sejak virus corona mewabah, sebagian warga mengaku belum mendapat bantuan apa pun.
Sebagian warga di Kota Dingin itu mengaku “cemburu” dengan daerah lain yang sudah mendistribusikan bantuan kepada warganya, meskipun tak terdampak langsung. “Jangankan untuk kebutuhan pokok, sebatang sabun pun belum sampai kepada kami,” keluh salah seorang warga Takengon, Nur Aisyah, kepada Serambi, Minggu (3/5/2020).
Menurut Nur Aisyah, dampak virus corona sangat dirasakan oleh masyarakat, khususnya dari sisi ekonomi. Meskipun tidak terdampak langsung, tetapi sebagian warga mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok. “Apalagi sekarang kita sedang bulan puasa, semua jadi serba sulit. Jadi, mana katanya pemerintah mau beri bantuan,” ungkapnya.
Nur Aisyah menyebutkan, melihat informasi yang berkembang akhir-akhir ini, pemerintah akan segera memberikan bantuan kepada masyarakat, tetapi realisasinya belum terlihat. “Kita lihat beberapa daerah sudah ada realisasinya. Daerah kita, adem adem saja. Tentu kita sangat butuh bantuan melihat kondisi saat ini,” sebutnya.
Hal senada disampaikan Rizal, warga Aceh Tengah lainnya. Menurut Rizal, pemerintah dalam menyalurkan bantuan seakan tebang pilih, karena tidak merata. Alasannya, hampir seluruh masyarakat terkena dampak virus corona, bukan hanya sekelompok orang saja. “Beberapa kali pemerintah menyalurkan bantuan, tapi hanya untuk beberapa kelompok saja. Kami juga terdampak, kok nggak dapat bantuan,” tanya Rizal.
Menurutnya, kondisi ekonomi sebagian masyarakat semakin terpuruk karena tidak bisa beraktivitas untuk mencari rezeki lantaran dampak virus corona. “Sekarang kami tidak lagi memikirkan kebutuhan untuk lebaran, karena untuk sekarang saja sudah susah. Tentu dengan adanya bantuan, paling tidak bisa bertahan untuk beberapa hari ke depan,” akunya.
Dampak penyebaran virus corona juga sangat dirasakan oleh petani kopi arabika Gayo. Sejak mewabahnya virus corona, harga kopi di tataran pedagang lokal anjlok, bahkan nyaris tidak ada pembeli. Hampir semua sektor di daerah dingin itu bergantung kepada hasil panen kopi. Jika kopi tidak laku, berimbas pada lemahnya daya beli masyarakat untuk berbagai kebutuhan. (my)