Luar Negeri

Suram dan Semakin Parah: AS Menghadapi Lonjakan Pengangguran

Di AS, pengangguran yang meroket sebagai pertanda kehancuran yang paling terlihat, dimana hampir dalam semalam, setidaknya 30 juta pekerja kehilangan

Editor: M Nur Pakar
AFP / Olivier DOULIERY
Seorang wanita memperhatikan pengumuman di depan satu kantor yang tutup akibat virus Corona. 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Seperti tsunami global, pandemi virus Corona telah menyebabkan banyak nyawa melayang dan mengambil banyak korban ekonomi.

Di AS, pengangguran meroket sebagai pertanda kehancuran yang paling terlihat, dimana  hampir dalam semalam, setidaknya 30 juta pekerja kehilangan pekerjaan.

Laporan ketenagakerjaan AS, April 2020, yang dijadwalkan keluar pada Jumat (8/5), akan memperlihatkan tingkat pengangguran melonjak menjadi dua digit.

Mungkin setinggi 20 persen, jauh melampaui yang terburuk dari krisis keuangan global dan mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak Depresi Hebat abad lalu.

Pemerintah AS dan bank sentral bekerja dengan kecepatan menakjubkan untuk menyalurkan bantuan dan pembiayaan kepada para pekerja dan bisnis untuk mencoba mencegah keruntuhan ekonomi total.

Tetapi ada kekhawatiran yang berkembang bahwa penghentian sementara yang diberlakukan untuk menahan penyebaran virus akan menjadi permanen untuk banyak perusahaan.

Virus corona telah menginfeksi hampir 1,2 juta orang di Amerika Serikat dan menewaskan sekitar 70.000, menurut hitungan dari Universitas Johns Hopkins.

Tawon ‘Pembunuh’ dari Asia Ancam Washington

Dampak Ekonomi Pandemi Covid-19  

5 Saran Bill Gates untuk Akhiri Wabah Virus Corona, Vaksin Hingga Membuka Kembali Perekonomian

Analis juga khawatir beberapa kerusakan ekonomi mungkin permanen.

"Kami naik lift, tetapi kami harus naik tangga kembali," kata Tom Barkin Presiden Federal Reserve Bank of Richmond dalam sebuah pidato baru-baru ini.

Meskipun bantuan keuangan sebesar 3 triliun dolar AS atau sekitar Rp 45.119.134.997.085.300 (Rp 45 ribu triliun lebih) yang disetujui Kongres pada Maret 2020 belum mampu menutup kerugian para pekerja dan industri.

Seorang pria di AS memperhatikan pengumuman sebuah kantor tutup.
Seorang pria di AS memperhatikan pengumuman sebuah kantor tutup. (AFP / Frederic J. BROWN)

Ekonomi AS mengalami kontraksi sebesar 4,8 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini, periode yang hanya mencakup beberapa minggu dari penutupan bisnis yang ketat.

Pada kuartal kedua ekonomi bisa anjlok dua kali lipat lagi dari jumlah itu.

Dilansir AFP, Rabu (6/5/2020) Data di pasar kerja menjadi sangat buruk begitu cepat, sehingga tidak ada perbandingan.

Ahli statistik di Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) Departemen Tenaga Kerja, yang menghasilkan laporan pengangguran bulanan, menggunakan bencana alam sebagai titik rujukan.

"Yang paling dekat yang kami miliki ada dalam buku pedoman, tetapi sudah berubah jadi badai,” kata Komisaris Associate BLS, Julie Hatch Maxfield kepada AFP.

Tetapi peristiwa yang menghancurkan, seperti Badai Katrina 2005, bersifat regional, bukan nasional dan tentu saja bukan global.

Kehilangan pekerjaan menyebar dari maskapai penerbangan, hotel ke restoran dan pabrik, ketika negara bagian memerintahkan penutupan.

Kemudian menutup sekolah, klaim awal asuransi pengangguran melonjak dari pertengahan Maret, dengan 20 juta diposting dalam empat minggu pada bulan April.

Tetapi angka-angka itu dapat meremehkan ukuran sebenarnya dari goncangan, karena banyak orang belum dapat mengajukan tunjangan, dan yang lainnya tidak memenuhi syarat.

Tingkat pengangguran resmi di bulan Maret melonjak dari titik terendah bersejarah dari 3,5 persen menjadi 4,4 persen, dengan 701.000 orang kehilangan pekerjaan.

April akan jauh lebih buruk, dengan beberapa ekonom memproyeksikan kehilangan pekerjaan bagi 28 juta orang dan tingkat pengangguran 17 persen.

Krena semakin banyak bisnis melaporkan data mereka, kehilangan pekerjaan di bulan Maret diharapkan akan direvisi lebih tinggi juga.

Sebagai perbandingan, kehilangan pekerjaan selama krisis keuangan global pada 2008 dan 2009 mencapai 8,6 juta orang dan tingkat pengangguran mencapai 10 persen.

Banyak bisnis yang terpaksa tutup untuk menahan penyebaran COVID-19 mungkin tidak bertahan

Bahkan di antara pekerja yang masih bekerja, banyak yang melihat jam kerja mereka berkurang.

"Sekarang jelas ekonomi jatuh lebih cepat daripada yang diperkirakan siapapun," kata Diane Swonk, kepala ekonom di Grant Thornton, kepada AFP.

Pekan lalu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan tentang kerusakan yang masih ada yang disebabkan oleh penutupan sementara.

Dia mengatakan: “Butuh waktu lama untuk kembali ke tingkat pengangguran yang lebih normal."(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved