Kisah Inspiratif
Mengenal Said Akram, Maestro Kaligrafi Kontemporer Asal Aceh yang Karyanya Mendunia
Ia dikenal sebagai salah satu perupa kaligrafi nasional yang karya-karyanya sudah mendunia, dan tetap konsisten dalam kemegahan percaturan seni lukis
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Zaenal
Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Lelaki kelahiran Pidie, Aceh, 3 November 1967 ini bernama lengkap Said Akram SSn.
Ia dikenal sebagai salah satu perupa kaligrafi nasional yang karya-karyanya sudah mendunia, dan tetap konsisten dalam kemegahan percaturan seni lukis kontemporer dewasa ini.
Said Akram mulai terjun secara profesional ke dunia kaligrafi sejak 1992.
Ia sudah mengikuti lebih dari 50 pameran yang diadakan secara nasional maupun internasional.
Darah seni kaligrafi ternyata sudah mengalir dalam diri Said Akram yang diturunkan dari sang ayah.
Ayah Said Akram yang bernama Said Ali Abdullah (almarhum) sangat terkenal di kalangan para kaligrafer Aceh.
Beliau adalah legenda seni kaligrafi Aceh yang telah melahirkan banyak karya dan murid yang telah mengharumkan nama Aceh pada ajang Musabaqah Tilawatil Quran tingkat nasional.
Tak hanya piawai dalam seni lukis, almarhum Said Ali juga merupakan pendakwah dan guru serbabisa.
Hampir semua pelajaran pernah diasuhnya, mulai dari seni, agama, hingga berbagai pelajaran umum lainnya.
Terakhir almarhum yang meninggal pada tahun 2015 di Banda Aceh, menjabat sebagai Kepala Pendidikan Guru Agama (PGA) Sigli, yang belakangan berubah menjadi Madrasah Aliah Negeri (MAN) 1 Sigli.
"Kebetulan keluarga kita pemain kaligrafi. Ayah merupakan pelatih di Aceh, almarhum abang saya, Said Rabadian, juga pelatih kaligrafi. Karena terbiasa melihat di rumah, saya menjadi tertarik belajar seni ini," kata Said Akram kepada Serambinews.com, yang ditemui di kediamannya di Lamglumpang, Ulee Kareng, Banda Aceh, Minggu (10/5/2020).
• Asrita, Mahasiswi Umuslim yang Jago Kaligrafi
• Mahasiswa Aceh di Amerika Bekali Pengungsi Rohingya Kaligrafi Islam Kontemporer
Alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia, Yogyakarta ini lebih memilih berkarya di tempat asalnya di Kota Banda Aceh.
Di tempat inilah ia bekerja yang didukung dengan suasana yang lebih kondusif, baik dari keluarga dan lingkungan untuk bisa lebih fokus dan berkontemplasi mewujudkan ide dan gagasan yang nantinya menjadi karya visual.
Sejak lulus dari Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dan berkiprah sebagai profesional artis, ia sangat dikenal dengan style lukisan-lukisan kaligrafi yang menonjolkan dan mengambil efek tetesan air dan akar yang membulat dan mengalir.
Ia berhasil ke luar dari kepungan pakem-pakem kaligrafi baku yang pernah ada sebelumnya.
Pergulatannya dengan lukisan kaligrafi adalah proses penelusuran lebih lanjut, terutama pada aspek estetika seni rupa yang digelutinya.
Tidak sekedar melukiskan kaligrafi, tapi mencari tipologi, representasi konsepsional, karakter dan identitas yang tepat bagi sang pelukis.
Akhirnya tampillah kaligrafi yang "cair", yang berair karena memang konsep tetesan air.
Estetika kaligrafi yang dipilih ini menjadi totalitasnya dalam memahami seni sebagai jalan untuk mencipta dan memperindah.
Misi profetis tentu dipahami oleh Said Akram bukan semata jalan mencipta keindahan hedonis, tetapi mencari jalur yang lebih sulit dan jarang ditapaki.
"Yaitu keindahan spiritual. Ini pulalah yang menjadi prinsip utama ide tentang estetika yang sudah kita kenal sejak Aristoteles yaitu menghadirkan ciptaan-ciptaan Tuhan dengan campur tangan seniman menjadi lebih indah, alamiah, nikmat sekaligus lebih spiritualis," sebut Dewan Pembina Dewan Kesenian Banda Aceh ini.
Di Aceh, keindahan seni kaligrafi karyanya dapat dinikmati pada Masjid Agung Babussalam, Kota Sabang.
Beberapa tahun lalu di Gedung Pusat Kebudayaan Qasr El Tsaqafa, El Imama, Kota Tlemcem, Aljazair berlangsung festival budaya yang diikuti oleh 29 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) maupun sejumlah negara non OKI, seperti Cina, India, Perancis, dan Amerika Serikat.
Kehadiran Indonesia pada festival budaya Tlemcen sebagai ibukota kebudayaan islam dunia saat itu diwakili oleh galeri nasional yang mengirimkan karya pilihan dari para pelukis Indonesia.
Di antaranya Said Akram, Affand, Ahmad Sadali, Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, Widayat, Amang Rahman, Ad Pirous, dan beberapa karya lainnya yang semuanya itu adalah karya para pelukis papan atas Indonesia.
• Video - Indahnya Lukisan Khat Peserta MTQ ke-34 Aceh Cabang Kaligrafi
• Alwi Umar Kapten Kaligrafi Dari Tanah Gayo
Aktif Mengikuti Pameran
Said Akram aktif mengikuti berbagai pameran sejak 1989 baik secara nasional maupun internasional, di antaranya;
* Ekshibisi Kaligrafi Islami di Yogyakarta
* Pameran seni lukis Islami pada MTQ Nasional di Pekanbaru
* Pameran seni rupa kontemporer di Museum Istiqlal Jakarta
* Pameran bersama lima pelukis Aceh di Banda Aceh
* Pameran melacak garis waktu dan peristiwa dari 150 seni rupawan Indonesia sejak zaman raden Shaleh 1807 di Galeri Nasional Indonesia
* Ekshibisi pada Konferensi Dunia Islam Dunia Melayu Sedunia, di Malaka, Malaysia
* Pameran Horizon of Light, Islamic Collection of The Indonesia National Gallery di Tlencem, Aljazair.
Disamping itu juga, salah satu karya lukisan kaligrafinya (kaligrafi kontemporer) menjadi pilihan untuk koleksi negara di Koleksi Galeri Nasional Republik Indonesia bersama delapan karya kaligrafer Indonesia lainnya.
Said Akram pun aktif sebagai dewan hakim dalam berbagai even, seperti pada MTQ provinsi Aceh 2017 dan 2019, serta MTQ Nasional di Medan, Sumatera Utara pada 2018.
Biodata Singkat
Nama: Said Akram
Tempat Tanggal Lahir: Pidie, 1967
Pendidikan terakhir: S-1 Instutut Seni Indonesia Yogyakarta
Aktivitas: Pelatih kaligrafi tingkat Provinsi Aceh dan Nasional
Alamat sekarang: Uleekareng, Banda Aceh
Email: saidakramaceh@gmail.com