Viral Medsos

Viral Video Polisi Kokang Senjata di Medsos, Sudah Diperiksa Propam dan Mengaku Hanya Bercanda

Sejauh ini, video tersebut telah diretwit sebanyak 10.100 kali dan telah disukai sebanyak lebih dari 41.700 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Editor: Faisal Zamzami
Twitter @kapansarjana
Viral Polisi kokang senjata di medsos 

Menurut Ramadhan, video diunggah karena GAP hanya ingin bercanda.

Namun ternyata, video tersebut viral di Twitter.

Menurut polisi, pengunggah pertama video tersebut di Twitter yaitu akun @kapansarjana_. Akun itu pun sudah dilaporkan ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya oleh GAP.

Hingga berita ini dibuat, video berdurasi empat detik tersebut telah dilihat sebanyak 4,7 juta kali.

Sementara itu, Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Siti Zunariyah mengungkapkan, perilaku pamer senjata dan jabatan dapat dinilai dari berbagai perspektif.

"Hal ini tidak terlepas dari dampak dari evolusi di bidang teknologi yang memberikan ruang sebebas-bebasnya bagi semua orang untuk menunjukkan identitas dirinya," ujar Siti saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/5/2020).

Menurutnya, tindakan itu juga tidak terlepas dari cara pandang materialis yang menempatkan segala sesuatu dengan ukuran materi, dan seragam adalah representasi atau simbol dari materi yang dimiliki seseorang.

"Hal ini menjadi pertanda seseorang sedang membutuhkan pengakuan, yang bisa jadi pada masa lalu hal tersebut tidak dia peroleh, ataupun eksistensi dia pada lingkungannya tidak cukup diakui sehingga mendorong dia untuk mencari eksistensi pada tempat lainnya, misalnya media sosial," terang Siti.

Sementara itu, jika dilihat dari perspektif psikologi sosial, fenomena pamer ini sebenarnya terkait dengan apa yang digagas oleh filsuf, Jean Baudrillard.

Siti mengungkapkan, Baudrillard sempat menggagas mengenai tanda dan penanda, bahwa tanda itu menjadi penting pada masa modern ini.

Tanda dapat menjadi simbol identitas seseorang, bisa jadi karena terkait relasi kuasa yang ingin dia mainkan atau bahkan juga terkait dengan politik identitas yang menjadi agenda dirinya atau kelompok yang mereprentasikan tanda tersebut.

"Seseorang yang memakai tanda tertentu, militer misalnya, tentu secara sosiologis kedudukannya sangatlah terhormat, bahkan ditakuti dan disegani, dengan menggunakan pakaian militer tersebut dia akan memberikan pesan tentang kepatuhan, kedisiplinan, kekuatan bahkan ketakutan," kata dia.

"Pesan-pesan inilah yang menjadi implikasi dari tanda-tanda yang dikenakan oleh seseorang. Karena yang terjadi sekarang adalah bukannya saya berpikir maka saya ada, tapi saya mengkonsumsi atau mengenakan apa, maka saya ada," lanjut dia.

Menilik viralnya video anggota polisi atau TNI yang melakukan "kokang" senjata tersebut, Siti beranggapan bahwa tindakan tersebut tentu tidak luput dari fakta bahwa hari ini kita dihadapkan dengan situasi yang penuh dengan ketidakpastian, baik secara ekonomi, politik dan faktor kesehatan.

Ia menyampaikan, masyarakat pada dewasa ini sangat memahami, karena kelompok-kelompok tersebut adalah bagian dari aparatur negara yang dengannya negara hadir sebagai kekuatan yang harus mengatur populasi yang majemuk dan kompleks ini.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved