10 Tahun Wafatnya Hasan Tiro
10 Tahun Meninggalnya Hasan Tiro, Putranya yang Bermukim di Amerika Berharap tak Ada Tafsir Politik
Karim memulai surat elektroniknya dengan kata-kata "Semoga Allah menerima Tgk Hasan Di Tiro ke taman surga.
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM,BANDA ACEH - Hasan Tiro atau bernama lengkap Dr Tgk Muhammad Hasan Di Tiro, Deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang juga tokoh kunci perdamaian Aceh wafat pada hari Kamis 3 Juni 2010.
Hasan Tiro diketahui meninggalkan putra semata wayang bernama Karim Tiro.
Kala kabar duka itu datang, putra semata wayang Hasan Tiro ini berada di Ohio, Amerika Serikat untuk merawat ibundanya karena dalam keadaan kurang sehat.
Saat menerima kabar duka itu dari keluarganya, Karim Tiro sangat berduka atas kepergiaan ayahandanya tersebut.
Namun, ia berada dalam posisi dilematis.
Ia merasa sedih karena tidak bisa pulang ke Aceh saat ayahandanya berpulang, karena kondisi ibundanya (Dora) juga dalam keadaan sakit-sakitan.
Pernyataan Karim Tiro ini disampaikan oleh Fauzi Zainal Abidin, keponakan Hasan Tiro, kepada Serambi di Banda Aceh, Kamis 3 Juni 2010.
Selain dari Fauzi Zainal Abidin, wartawan Serambi Indonesia juga mendapatkan tanggapan dari Karim melalui keluarga dekat Hasan Tiro, Musanna bin Abdul Wahab, serta dari Asnawi Ali, seorang warga Aceh yang menetap di Swedia.
Komentar Karim melalui ketiga orang ini dirangkum dan dimuat dalam salah satu berita utama terkait meninggalnya Tgk Hasan Di Tiro, di Harian Serambi Indonesia edisi Jumat 4 Juni 2010.
Sebagai pengingat sejarah, berikut kami turunkan kembali liputan yang mengangkat judul besar “Karim Tiro Sangat Berduka” dan judul kecil “Berharap tak Ada Tafsir Politik”.
• Mengapa Hasan Tiro Memproklamirkan GAM pada 4 Desember? Ternyata Ini Alasannya
• 9 Fakta Penting dari Sosok Deklarator GAM Tgk Hasan Tiro, Dari Bendera Hingga Karim yang Misteri
"Karim Tiro Sangat Berduka"
*Berharap tak Ada Tafsir Politik*
BANDA ACEH - Karim Tiro, anak semata wayang Tgk Hasan Tiro, menyatakan sedih mendengar kabar bahwa ayahnya sudah meninggal di Banda Aceh, Kamis (3/6/2010). Namun, ia tak bisa segera datang ke Aceh, karena ibunya (Dora) juga sedang sakit-sakitan di Ohio, Amerika Serikat, dalam usia tua, 77 tahun.
"Karim mengatakan berada dalam posisi dilematis. sehingga dia harus menjaga ibunya, Karim merasa sedih tak bisa pulang ke Aceh saat ayahnya berpulang," kata Fauzi Zainal Abidin, keponakan Hasan Tiro, kepada Serambi, Kamis (3/6/2010).
Hingga sore kemarin memang belum diperoleh kabar pasti tentang kepulangan Karim ke Aceh guna melihat jasad ayahnya untuk terakhir kali. Namun, semua prosesi berjalan lancar sampai jasad Hasan Tiro dibawa ke peristirahatan terakhir dan dimakamkan di Desa Meureu, Indrapuri, tanpa dihadiri Karim.
Karim juga ditengarai berada dalam suasana galau untuk memutuskan apakah dirinya akan segera kembali ke Aceh atau akan memilih waktu tersendiri untuk menziarahi makam ayahandanya. Suasana ini terlukis ketika, ia terlibat dalam pembicaraan off the record dengan Nezar Patria dari Viva News di Jakarta malam tadi.
Karim menolak memberikan statement, tetapi ia menyatakan akan memberikan penegasan sikapnya melalui salah seorang sahabat ayahandanya yang berada di Aceh. Namun tidak disebutkan nama tokoh tersebut.
Sejak beberapa hari lalu, berbagai sumber yang dihubungi Serambi menyatakan, sikap Karim Tiro merespon peristiwa duka tersebut sebagai sangat terguncang. Ia tidak ingin mengambil sikap yang akan menimbulkan tafsir politik. Ia sebenarnya ingin menempatkan diri pada rasa cinta pada ayahandanya tanpa terkait dengan berbagai konotasi politik.
Dalam kutipan berbagai sumber tersebut, dipastikan ia menyampaikan rasa empati besar dan sangat menganjurkan agar perdamaian yang telah dicapai di Aceh dipertahankan terus oleh masyarakat. Walau tak dapat pulang ke Aceh, namun Karim Tiro yang sudah menikah, tinggal bersamạ ibunya, di Ohio yang kini sedang sakit.
Dora, wanita keturunan Iran berkebangsaan Amerika, merupakan mantan istri Hasan Tiro. Pasangan ini bercerai, lalu Hasan Tiro menetap di Norsborg, Stockholm, Swedia. Dari Swedia pula ia kembali ke Aceh dan akhirnya wafat di Aceh.
Adapun Karim Tiro kini sudah menjadi doktor bidang sejarah di Xavier University. Berdasarkan penelusuran Serambi di situs universitas tersebut (www.xavier.edu), Karim sudah bekerja di universitas itu sejak tahun 1999. Ia menyandang gelar BA dari Drew University, dan MA serta PhD dari University of Pennsylvania.
Dalam biografi singkatnya di situs tersebut, Karim menyatakan bahwa dia adalah seorang sejarawan dengan spesialisasi di Amerika Utara (dari 16 hingga pertengahan abad 19). Ia membuat berbagai penelitian tentang sejarah perang Amerika, khususnya Perang 1812, Perang Meksiko, Perang Spanyol-Amerika, dan lainnya.
Sementara dalam penelusuran di situs mesin pencari data penduduk Amerika Serikat (www.ussearch.com), Karim M Tiro tinggal di Cincinnati, Negara Ohio. Saat ini ia berusia 41 tahun (2010 silam).
Saudara sepupunya di Aceh, Fauzi Zainal Abidin, belum dapat memastikan apakah dalam waktu dekat Karim, ayah dari Alexander itu, akan pulang ke Aceh untuk menziarahi makam ayahnya. “Sampai sejauh ini belum ada. Belum ada jawaban," katanya.
Sementara penegasan soal Karim tidak pulang ke Aceh dalam waktu dekat justru diperoleh Serambi dari keluarga dekat Hasan Tiro, Musanna bin Abdul Wahab tadi malam. Menurutnya, belum ada kepastian Karim akan pulang ke Aceh dalam waktu dekat. "Tapi kita sudah sampaikan kabar ini. Dan dia memang mengatakan tidak bisa pulang," ujarnya.
Musanna menambahkan, pihaknya langsung mengabarkan kepada Karim Tiro via telepon selular tentang meninggal orang tuanya kemarin siang. "Sekitar pukul 12.30 WIB kami langsung hubungi Karim untuk menyampaikan kabar duka. Dia tertegun, tak bisa banyak bicara ketika mendengar kabar duka itu. Namun, dia pastikan tak bisa pulang dalam waktu dekat, karena ibunya (Dora) yang sedang sakit tidak ada yang menjaga," kata Musanna mengakhiri pembicaraan.
• Ini Kisah Mengharukan, Akhir Perjalanan Hidup Sang Deklarator GAM Hasan Tiro
• Mengenang Kembali Sosok Tgk Hasan Tiro
Doakan ayahnya
Sementara itu, pukul 01.15 dinihari, Serambi memperoleh informasi bahwa Karim Tiro sudah membalas email (surat elektronik) yang dikirim oleh Asnawi Ali, seorang warga Aceh yang menetap di Swedia. Menurut Asnawi, email tersebut diterimanya Kamis (3/6/2010) pukul 20.15 waktu Swedia, atau Jumat (4/6/2010) pukul 01.15 WIB.
Dalam emailnya yang diteruskan kepada Serambi dinihari tadi, Karim memulai surat elektroniknya dengan kata-kata "Semoga Allah menerima Tgk Hasan Di Tiro ke taman surga.
Selanjutnya, Karim mengatakan, ayahnya adalah seorang yang mempunyai intelejensi luar biasa, ketetapan hati yang kukuh, serta keberanian. Ia juga berharap, semoga warisan ayahnya tersebut menjadi sebuah kedamaian untuk kemakmuran Aceh.
Saya mengucapkan terima kasih khusus kepada rakyat Aceh untuk loyalitas dan dukungan yang diberikan kepada ayah saya. Saya berterima kasih juga atas perasaan anda (Asnawi Ali) dan simpatinya," demikian tulis Karim dalam suratnya kepada Asnawi Ali, dan diteruskan kepada Serambi (sar/sup/nal).