Luar Negeri
Kelompok Bersenjata Kongo Brutal, Dari Pemerkosaan Sampai Mutilasi Mayat
Kelompok bersenjata di Republik Demokratik Kongo, salah satu negara miskin di Afrika bertindak brutal.
SERAMBNEWS.COM, KINSHASA - Kelompok bersenjata di Republik Demokratik Kongo, salah satu negara miskin di Afrika bertindak brutal.
Tindakan mereka semakin mengerikan, mulai dari penculikan, pemerkosaan, pemenggalan sampai mutilasi mayat.
Konflik yang terus meletus tanpa henti di telah menewaskan lebih dari 1.300 orang, sebagian besar warga sipil.
Berbagai konflik yang melibatkan kelompok-kelompok bersenjata dan pasukan pemerintah terjadi dalam delapan bulan terakhir ini.
Aksi kekerasan terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir ini di provinsi-provinsi timur, kata Michelle Bachelet, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM), di Jenewa, Jumat (5/6/2020).
Dia mengatakan beberapa insiden mungkin menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan atau kejahatan perang.
Dikatakan, kelompok-kelompok bersenjata melakukan pembantaian dan pasukan keamanan juga bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat.
"Saya terkejut dengan meningkatnya serangan brutal terhadap warga sipil tak berdosa oleh kelompok-kelompok bersenjata," ujarnya.
Dia menambahkan militer serta pasukan keamanan juga telah melakukan pelanggaran berat, termasuk pembunuhan dan kekerasan seksual.
"Ini tidak hanya tercela dan tindak pidana, tetapi mereka juga merusak kepercayaan antara orang-orang dan perwakilan negara," ujarnya.
• Perang Dengan Pandemi Covid-19 belum Berakhir, Wabah Ebola Baru Terdeteksi di Kongo
• Roket China Long March-5B Diduga Pecah di Angkasa, Puing-puing Berjatuhan di Afrika
• Luar Biasa, Bocah Kenya Berusia Sembilan Tahun Terima Penghargaan dari Presiden
Dia mengatakan kekerasan yang terjadi baru-baru ini di Provinsi Ituri juga menyebabkan lebih dari 200.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Dilansir AFP, Jumat (5/6/2020), beberapa kelompok bersenjata telah hadir di provinsi-provinsi timur Kongo yang kaya mineral selama beberapa dekade terakhir ini.
Mereka menyerang warga sipil dan berjuang untuk menguasai wilayah dan sumber migas yang melimpah.
PBB mengatakan kelompok bersenjata utama yang melakukan serangan di Provinsi Ituri dikenal sebagai CODECO.
Sebagian besar terdiri dari pejuang komunitas Lendu dengan pemimpin utamanya terbunuh pada Maret 2020.