Opini
Remembrance of Nurdin Abdurrahman: A Thoughtful, Fearless Warrior for Aceh's Freedom
I had come there to report on the growing independence struggle for the San Francisco Chronicle.
PENGANTAR
Kabar duka meninggalnya Tgk Nurdin Abdurrahman, mantan Bupati Bireuen Periode 2007-2012, Senin (8/6/2020) subuh lalu, menyebar hingga ke Amerika Serikat.
Jurnalis dan pembuat film asal Amerika, William Nessen pun ikut menuliskan kenangannya tentang sosok Nurdin AR, intelektual dan mantan juru runding GAM yang pernah lama tinggal di Australia.
Kenangan William Nessen tentang sosok Nurdin AR ini dikirim ke Harian Serambi Indonesia dan Serambinews.com oleh Munawarliza Zainal, mantan Wali Kota Sabang yang juga intelektual serta mantan juru runding GAM.
Artikel itu dikirim dalam dua versi, tulisan asli William Nessen dalam bahasa Inggris, serta versi bahasa Indonesia yang sudah diterjemahkan oleh intelektual perempuan GAM, Shadia Marhaban.
Artikel versi bahasa Indonesia telah ditayangkan di Harian Serambi Indonesia dan Serambinews.com, edisi Sabtu 13 Juni 2020.
Berikut kami turunkan juga tulisan asli William Nessen dalam bahasa Inggris.
Untuk tulisan versi Bahasa Indonesia bisa dibaca di SINI.
Remembrance of Nurdin Abdurrahman: A Thoughtful, Fearless Warrior for Aceh's Freedom
By William Nessen*)
I met Nurdin within a few days of my first journey to Aceh back in 2001.
I had come there to report on the growing independence struggle for the San Francisco Chronicle.
I had already spent several years in Indonesia and its most troubled regions.
I had been in Jakarta through the protests in 1998 and the fall of Suharto.
And I had been in East Timor for many months when protests started days after Suharto’s fall and grew and kept growing.