Update Corona di Aceh
Jenazah Pasien Corona Dimakamkan di Areal RSUZA, Penolakan Terhadap Lokasi Pemakaman Disesalkan
Azharuddin mengaku miris saat mengetahui sikap masyarakat Aceh yang tega menolak jenazah Covid, padahal di dunia ini belum ada "funeral cluster".
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
Azharuddin mengaku miris saat mengetahui sikap masyarakat Aceh yang tega menolak jenazah Covid, padahal di dunia ini belum ada "funeral cluster".
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Suk (63), warga Brandan Barat, Sumatera Utara (Sumut) yang meninggal Rabu (17/6/2020) siang di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin Banda Aceh (RSUZA) Banda Aceh karena terinfeksi corona akhirnya dimakamkan di wilayah Aceh Besar beberapa jam setelah kematiannya.
Semula Suk hendak dimakamkan di areal pemakaman yang dipersiapkan Pemerintah Aceh melalui RSUZA untuk korban Covid-19, yakni di Gampong Data Makmur, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar.
Namun, pihak RSUZA mendapat kabar bahwa warga gampong tersebut menolak jenazah Suk dikebumikan di gampong mereka.
Alhasil, jenazah Suk dibawa ke Lampeunurut, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.
Di gampong ini terdapat areal pemakaman lama milik RSUZA.
Lokasinya jauh dari permukiman penduduk. Namun, lahan yang tersisa sangat terbatas/sempit.
• Rumah Korban Banjir di Aceh Utara Ludes Terbakar, Begini Kronologisnya
• Viral, Suami Bisikkan Sesuatu pada Istrinya yang Cemberut hingga Akhirnya Tersenyum, Warganet Baper
• Imigrasi Banda Aceh Kembali Buka Pembuatan Paspor, Kuota Pemohon Dibatasi 50 Persen
"Benar tadi saya dapat info bahwa ada penolakan di kuburan massal milik Pemerintah Aceh di Blang Bintang.
Akhirnya jenazah dibawa ke Lampeuneurut, di areal milik RSUZA," kata Azharuddin.
Menurut Azhar, ia kemudian mendapat laporan bahwa di Lampeunurut pun ambulans jenazah dilarang masuk oleh masyarakat.
Artinya, warga tak berkenan jenazah pasien Covid-19 dimakamkan di wilayah mereka.
Menjelang pukul 17.00 WIB, Azharuddin mengabarkan kepada Serambinews.com bahwa jenazah Suk akhirnya bisa dikuburkan di Lampeunurut, Aceh Besar.
"Alhamdulillah, atas negosiasi dengan masyarakat sudah ada titik temu dan jenazah Suk bisa dikuburkan di sana," kata Azharuddin.
Sesalkan penolakan
Azharuddin mengaku miris saat mengetahui sikap masyarakat Aceh yang tega menolak jenazah Covid, padahal di dunia ini belum ada "funeral cluster".
Dengan kata lain tidak ada penularan dari jenazah yang dikebumikan ke orang lain yang masih hidup.
"Bayangkan dalamnya kuburan 2 meter, dengan peti jenazah khusus Covid yang pemulasarannya pun punya standar tersendiri untuk menghindari penularan," kata Azhar.
Ia berharap semoga tidak terus berulang kejadian seperti ini di bumi syariat, Aceh.
"Kita malu kalau daerah lain mendengar berita ini.
Mereka mungkin akan bertanya ke mana sifat-sifat arif masyarakat kita? Ke mana peran orang-orang atau tokoh yang bisa mencerahkan?" tanya Azharuddin.
Kunjungi anaknya ke Aceh
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Hanif mengatakan bahwa Suk benar merupakan penduduk Brandan Barat, Sumatera Utara. Belum ada indikasi bahwa dia berdarah Aceh dan merantau ke Sumut.
Ia datang ke Aceh justru untuk mengunjungi anaknya yang berprofesi polisi di Banda Aceh.
Sesampai di Banda Aceh Suk sesak napas.
Apalagi dia punya penyakit penyerta, yakni pneumonia (radang paru-paru) dan diabetes mellitus.
Semula Suk dirawat di RS Pertamedika Ummi Rosnati Banda Aceh. Karena kondisinya terus memburuk akhirnya dirujuk ke RSUZA Banda Aceh pada 16 Juni 2020. Hasil swab-nya pada hari itu menunjukkan bahwa Suk positif Covid-19.
Hanya sempat sehari dirawat sebagai pasien Covid-19, Suk meninggal dunia pada Kamis, sekitar pukul 12.00 WIB di RICU RSUZA Banda Aceh. Tiga jam kemudian jenazahnya baru bisa dimakamkan setelah sempat ditolak warga Blang Bintang, Aceh Besar. (*)