Luar Negeri
Setelah Tentara Berperang Dengan Tangan Kosong, India Kembali Berperang Dengan Hacker China
Pertarungan India dan China terus berlanjut tanpa henti. Seusai tentara berperang dengan tangan kosong di Lembah Galwan, kini giliran para hacker
Saat ini, pandemi Covid-19 adalah pilihan para peretas.
Vishwanath mengatakan dukungan pada wabah pandemi COVID-19, para penjahat cyber mengirim email phishing.
Berbentuk pembaruan penting atau di bawah penyembuhan palsu.
Bahkan, saran palsu, obat palsu untuk mengekstraksi uang.
Email semacam itu dapat berupa malware, trojan, atau ransomware yang bertujuan meluncurkan serangan di seluruh organisasi.
Sesuai laporan PwC baru-baru ini tentang 'krisis COVID-19, dampak keamanan siber pada organisasi India.
Setidaknya setengah lusin versi palsu dari situs 'PM CARES' telah muncul untuk menargetkan orang-orang India.
Menurut pejabat Kementerian Dalam Negeri, lebih dari 8.000 pengaduan diterima dari orang-orang India di dalam dan luar negeri.
Khususnya tertipu untuk menyumbang ke portal palsu.
Email spam bertema malware digunakan untuk mendistribusikan malware dan Trojans, terutama Trojan perbankan Emotet.
Email Phishing dirancang sebagai komunikasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk mencuri kredensial email.
Email phishing bertema COVID-19 menargetkan industri manufaktur, keuangan, transportasi, farmasi dan kosmetik.
Serangan terhadap sektor perbankan, pertahanan, dan manufaktur juga sangat besar.
Sesuai penelitian PwC, banyak organisasi India melihat peningkatan serangan 100% dari 17 sampai 20 Februari 2020.
Juga, ada peningkatan 66% dalam deteksi oleh sistem keamanan endpoint pada Maret 2020.
Peningkatan serangan brute force 100% pada Maret 2020 tentang sistem internet, ujar Vishwanath.
Data pelanggaran organisasi di India sekitar antara 100 juta hingga 200 juta dolar AS per tahun.
Sedangan pada 2019, biaya rata-rata pelanggaran data di India mencapai 119 juta dolar AS, sesuai laporan PwC.(*)